Film Titanic - Cerita nan Humanis

Film Titanic - Cerita nan Humanis

Film Titanic ialah salah satu film tersukses nan pernah ada. Film ini muncul sebelum tahun 2000. Film Titanic nan melambungkan nama Leonardo de Caprio dan Kate Winslet disebut- sebut sebagai salah satu film nan melegenda sepanjang masa. Coba iseng- iseng kita bertanya kepada teman atau kakak tentang film Titanic ini, sebagian besar dari mereka niscaya akan tahu bagaimana ceritanya secara umum. Seberapa besar pesona film Titanic ini?



Film Titanic - Ketulusan Dapat Datang dari Siapa Saja

Dalam film Titanic diceritakan tentang romansa Jack dan Rose, cinta terlarang sebab beda kasta. Rose dari kalangan bangsawan sedangkan Jack rakyat biasa. Mereka dipertemukan saat Rose nan merasa hidupnya hampa hendak bunuh diri lalu diselamatkan oleh Jack. Sejak saat itu cara pandang Rose terhadap global ini berubah. Dia menjadi lebih ceria dan positif.

Selanjutnya dapat kita tebak alurnya, bahwa keluarga besar Rose tak setuju sebab mereka beda kasta. Namun demikian mereka berdua tidak bergeming sebab sudah telanjur saling mencintai. Sebuah peristiwa besar yaitu terbelahnya kapal Titanic lah nan kemudian memisahkan mereka. Jack rela wafat demi Rose. Pada film Titanic ditunjukkan tentang ketulusan Jack terhadap Rose. Padahal sebelumnya mereka berdua tak saling mengenal.

Jack dikenal sebagai berandalan dalam kehidupan sehari- hari, sedangkan Rose ialah wanita terhormat. Penonton disadarkan pada film Titanic ini bahwa ketulusan dapat datang dari siapa saja dan dapat dimiliki oleh siapapun orangnya tanpa memedulikan latar belakangnya. Tunangan Rose nan notabene sama-sama berasal dari kalangan atas justru tak memedulikan keselamatan Rose dan hanya memedulikan nasibnya sendiri.



Akting Memukau Leonardo de Caprio dalam Film Titanic

Penggemar Leonardo de Caprio niscaya setuju bila aktingnya sebagai Jack sangat memesona. Di film Titanic tersebut Leonardo de Caprio mampu membuktikan bahwa meskipun saat itu ia masih tergolong pemula, namun aktingnya tidak dapat disepelekan. Boleh dibilang film Titanic ialah debut Leonardo de Caprio buat meniti karier di global entertainment.

Terbukti setelah film Titanic berakhir, nama Leonardo de Caprio begitu inheren di hati banyak penonton. Dan bila kita tengok sedikit film-film nan dimainkan oleh bintang muda tersebut, kita dapat menemukan benang merahnya. Rata- rata, Leonardo de Caprio memerankan tokoh pria nan setia terhadap pasangannya.

Film Titanic, Inception, Romeo & Juliet, dan Departed, di film-film tersebut Leonardo de Caprio memerankan tokoh nan hanya mencintai satu wanita dalam hidupnya. Pantas saja bila ia memiliki banyak penggemar di hampir seluruh belahan global terutama wanita.



Film Titanic - Cerita nan Humanis

Apa nan akan kita lakukan bila umur kita tak akan lama lagi. Bayangkan bila satu jam lagi global akan kiamat dan bumi akan meledak. Apakah kita akan stress, bingung, atau sebaliknya bersikap tenang dan menikmati sisa-sisa umur? Itu adegan memilukan dan mengharukan nan akan kita lihat pada film Titanic pada detik- detik terakhir sebelum kapal Titanic tenggelam.

Semua awak kapal sudah tahu bahwa mereka akan mati. Bilapun mereka memiliki kesempatan buat menyelamatkan diri, kesempatan itu tak sebanding dengan risiko nan dihadapi. Di film Titanic itu ditunjukkan beberapa kondisi awak kapal menjelang kematian.

Ada nan bernyanyi dan mencoba menikmatinya buat nan terakhir kali, ada suami istri nan sudah tua berpelukan dan mereka senang sebab dapat wafat bersama, ada nan menangis sebab belum dapat menerima kematian, dan ada pula nan berusaha menyelematkan diri ke kapal- kapal kecil.

Dalam film Titanic, Rose dan Jack termasuk awak kapal nan berusaha menyelamatkan diri ke kapal- kapal kecil. Pada adegan tersebut kita diingatkan akan kematian. Dan bagaimana cara menjemput kematian, dengan ketenangan atau kegalauan. Semua bergantung pada diri kita sendiri. Yang jelas, di manapun kita berada dan sejauh apapun kita berlari, kematian itu niscaya akan datang menghampiri entah dengan cara nan bagaimana.

Jack dan Rose memang dapat menyelamatkan diri dalam film Titanic tersebut. Namun, Jack pada akhirnya meninggal sebab tak dapat menahan dinginnya air laut. Tinggallah Rose nan kemudian hayati hingga berusia senja.



Film Titanic - Kesombongan Membawa Petaka

Sebelum kapal Titanic menabrak gunung es, sebenarnya kapten kapal sudah diingatkan bahwa nun jauh di sana ada gunung es nan dapat mematahkan kapal. Namun, sang kapten tak percaya dan berkata bahwa kapal Titanic ialah kapal megah dan kuat nan pernah ada, jadi tak mungkin bila hanya sebab gunung es, kapal Titanic dapat hancur. Namun, nan terjadi malah sebaliknya.

Keegoisan dan kesombongan sang kapten mengantarkan ia dan semua awak kapal pada kematian. Belajar dari film Titanic seharusnya membuat kita semakin sadar bahwa sikap merasa tinggi sehingga sulit menerima input dari orang lain ialah sikap nan merugikan. Bila nan rugi hanya diri kita sendiri mungkin tak masalah, namun bagaimana bila keegoisan dan kesombongan kita tersebut membawa bala bagi orang-orang di sekitar kita.

Seandainya kapten kapal tersebut tak terlalu arogan dan mau mendengarkan saran, mungkin kejadian memilukan tersebut tidak akan terjadi. Apakah dalam kehidupan konkret kita sering menemukan orang- orang seperti itu? Atau mungkin kita sendiri.

Bila iya, saatnya berbenah buat menjadi lebih baik. Secerdas dan setinggi apapun pangkat seseorang, dia tetaplah manusia nan tidak paripurna dan membutuhkan saran dari orang lain. Pun sebaliknya, selemah- lemahnya seseorang, dia memiliki sisi nan kuat nan dapat dijadikan contoh oleh orang lain.



Film Titanic - Diremehkan nan Kuat

Film Titanic juga mengajarkan kepada kita buat nan kesekian kalinya bahwa tidak ada gunanya meremehkan orang sebab dapat membawa bala untuk kita sendiri. Orangtua Rose nan sebelumnya sangat membenci Jack sebab dianggap bukan dari golongan nan sederajat dibukakan mata hatinya ketika Jack mati-matian menolong Rose.

Sedangkan tunangan Rose dalam film Titanic nan berasal dari keluarga berkelas malah tak memiliki nyali buat menyelamatkan tunangannya. Bila tidak diselamatkan Jack, mungkin Rose akan wafat sebab tidak ada nan memedulikannya.

Dalam kehidupan sehari- hari, mungkin kita sering menjumpai hal semacam itu. Yang diremehkan dan tidak diharapkan biasanya nan membawa kejutan berupa kemenangan. Sedangkan nan disayang dan dibangga-banggakan biasanya malah mengecewakan. Sahih tidak? Bila saat ini kita merasa diremehkan, seharusnya kita bersyukur sebab itu artinya nan meremehkan kita sedang lengah. Dan orang nan lengah mudah kalah.



Film Titanic - Harta Memang Krusial tapi Bukan nan Terpenting

Jack menyelamatkan Rose nan ingin bunuh diri. Padahal, Rose sudah memiliki segalanya. Namun ia merasa hidupnya tak pernah damai. Sedangkan Jack sebaliknya, dia ialah tipe orang nan easy going . Baginya, hayati ini harus dijalani seberapapun beratnya. Lagi-lagi kita disadarkan pada film Titanic ini bahwa harta bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan. Meskipun tentu saja nan paling baik dan banyak diharapkan oleh semua orang ialah harta dapat menunjang kebahagiaan.

Namun, semua itu tidak akan ada artinya tanpa adanya ketenangan batin dan hati. Dari film Titanic, kita dapat meniru Jack nan sangat menikmati hayati dan menjalani hari-hari tanpa beban. Setidaknya, ketika kita tahu bahwa hayati kita tidak lama lagi, kita dapat meninggalkan global ini dengan senyuman sebab setiap hari kita mengisinya dengan hal- hal positif.

Film Titanic mengajarkan banyak hal kepada kita tentang kehidupan. Seharusnya kita tidak hanya melihat unsur romantismenya saja, namun juga unsur-unsur nan lain. Film Titanic ialah salah satu film nan mewakili banyak sisi nan sering kita alami dalam kehidupan ini.