Fasilitas Bandar Primer di Indonesia
Bandar primer Indonesia merupakan salah satu penunjang jalur transportasi di negara nan perairannya jauh lebih luas daripada daratnya ini. Indonesia sebagai negara kepulauan sangat layak memperhitungkan keberadaan transportasi udara dengan lebih serius. Hal ini hendaknya mulai menjadi perhatian pemerintah dan rakyat. Bandar primer atau saat ini dapat dikatakan sebagai bandara ialah hal nan paling krusial buat negara Indonesia sebab salah satu alat transportasi di Indonesia saat ini banyak di pilih oleh kalangan masyarakat buat memeprcepat waktu buat bisa sampai pada tujuan nan dikehendaki.
Apalagi dalam kurun waktu dasawarsa ini berbagai bala alam di darat banyak terjadi di bumi Nusantara ini. Jalur udara terkadang menjadi satu-satunya cara tercepat buat memberikan donasi kepada para korban nan berada di daerah terpencil dan susah didatangi dengan jalur darat ataupun air. Jalur udara sering kali dipilih buat mempercepat waktu tempuh nan efektif dalam menjangkau wilayah nan kita kehendaki. Jalur udara sering juga dipilih sebab tak adanya kendala nan berarti seperti nan ada pada jalur air atau darata yangs ering banyak kendala, seperti macet, hambatan cuaca atau sebaginya.
Di samping itu, saat ini masyarakat sudah mulai sangat menghargai waktu sehingga perjalanan melalui udara menjadi pilihan pertama. Buktinya sekarang bermunculan maskapai baru nan semakin maju dan difasilitasi pesawat-pesawat baru. Contoh maskapai Lion, Sriwijaya Air bahkan memborong pesawat-pesawat terkini dalam melayani penumpang dengan harga nan murah. Maskapai - maskapai pesawat penerbangan ini memang menbantu masyarakat buat bisa menjangkau wilayah nan masyarakat inginkan dengan penawaran - penawaran nan sangat berbagai sehingga, jalur udara dalam bandar utama ni memang sangat banyak peminatnya.
Dengan semakin banyaknya pengguna pesawat terbang maka sudah seharusnya pihak pemerintah juga mengimbangi dengan menyiapkan bandar-bandar udara nan representatif. Sampai saat ini, bandar primer nan ada masih terbatas baik dalam jumlah maupun fasilitasnya. Bandar -0 bandar udara saat ini memnag menjadi salah satu hambatan dalam transportasi jalur udara ini. Banyak wilayah - wilayah di Indonesia nan belum memepunyai bandar udara atau bandar primer nan layak buat dijadikan sebagai landasan pesawat nan mengantarkan masyarakat sampai tujuan. Seringkali terjadi betapa banyaknya landasan nan ada pada bandar udata kurang baik kondisinya sehingga mengakibatkan kecelakaan.
Fasilitas Bandar Primer di Indonesia
Sebut saja bandar udara primer nan ada saat ini semisal Soekarno-Hatta Tangerang (dahulu masuk Jakarta), bandar udara Adi Sumarmo Solo Jawa Tengah, bandar udara Juanda Surabaya, bandar udara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang.
Bandar udara Soekarno-Hatta merupakan bandar udara primer nan berskala internasional. Kita berharap bahwa dengan sebutan skala internasional itu pelayanan juga sinkron dengan sebutan internasional tersebut.
Bandara nan memiliki tanah seluas 18 km² ini memiliki dua landasan pacu paralel primer masing-masing sepanjang 3.990 meter nan terhubung oleh dua taxiway silang. Ada tiga bangunan terminal primer yaitu; Terminal 1 (penerbangan domestik saja), Terminal 2 (penerbangan internasional dan Garuda Airlines penerbangan domestik), dan Terminal 3, Pier 1 (Air Asia internasional dan penerbangan domestik). Ada juga terminal angkutan buat kargo domestik dan kargo internasional. Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 180 loket check-in, 36 pengklaiman bagasi dan 45 gerbang. Sub terminal 1A-1B-1C-2D-2E-2F masing-masing memiliki 25 loket check-in, 5 pengklaiman bagasi dan 7 gerbang. Terminal 3 memiliki 30 loket check-in, 6 pengklaiman bagasi dan 3 gerbang.
Fasilitas nan ada di bandar udara Soekarno-Hatta dari dulu hingga sekarang tak ada peningkatan. Lift nan menghubungkan lantai dasar dengan lantai bawah telah berkali-kali macet. Troli nan semestinya secara perdeo diperuntukkan penumpang, justru menjadi huma bisnis para pengambil jasa angkut. Belum lagi calo tiket nan masih bebas berkeliaran di halaman depan.
Coba Anda perhatikan, begitu penumpang memasuki halaman terminal maka segera diserbu para calo nan menawarkan tiket. Sepertinya agak sulit mencari kelebihan bandar udara Soekarno-Hatta ini.
Sekarang, Bandar udara Soekarno Hatta tak jauh beda dengan sebuah terminal bis. Orang merokok di sepanjang jalan menuju terminal-terminal membuat sesak para calon penumpang. Namun sampai saat ini, tak terlihat upaya penertiban. Padahal, loka ini merupakan loka generik nan semestinya mengikuti anggaran undang-undang embargo merokok di loka umum. Inilah citra dari sisi ketertiban.
Kemudian dari sisi penyediaan fasilitas, ruang tunggu di setiap terminal sudah tak muat alias tak sinkron dengan jumlah calon penumpang nan ada. Bayangkan, buat sekali penerbangan Lion nan kapasitas 330-an orang dimasukkan dalam satu terminal nan penuh sesak, pastilah kursi loka duduk menjadi tak muat, sehingga banyak nan terpaksa duduk lesehan di lantai.
Hal ini akan semakin menyedihkan jika penerbangan mengalami delayed, beberapa jam pula. Yang lebih parah lagi seringnya berganti terminal ketika penumpang sudah siap naik pesawat. Penumpang harus lari-lari menuju terminal nan berbeda dikarenakan pesawat parkirnya di loka lain.
Inilah citra carut-marutnya fasilitas dan pelayanan di bandar udara Soekarno-Hatta nan berskala internasional itu. Belum lama ini juga beberapa kali terjadi listrik padam dampak suplai listrik mengalami gangguan teknis.
Nah apa mau dikata, penumpang nan sudah kadung di bandara mau tak mau bertahan dengan suasana nan kurang nyaman tersebut. Akan lebih malu lagi jika dibandingkan dengan Bandar udara Changi Singapura nan penuh dengan fasilitas perdeo dan benar-benar berstandar internasional. Kepuasan penumpang sangat diperhatikan. Mungkin dari mempelajari fasilitas - fasilitas di Changi Singapute seharusnya Indoensia dapat lebih dapat memperbaiki bandar utamanya sendiri. Ini jelas akan sangat berguna sebab selain sebagai Bandar utama nan merupakan landasan pertama bagi para tamun internasional, bandar udara Soekarno - Hatta ini memang bandar primer di Indonesia nan sering dipilih oleh banyak masyarakat.
Badar primer nan lain seperti Adisucipto Yogyakarta, permasalahan utamanya ialah sempitnya landasan buat mendarat. Sehingga pada saat landing, para penumpang siap-siap senam jantung. Hentakan pesawat ketika mendarat cukup keras.
Terbatasnya ketersediaan huma dengan padat penduduk di sekitar bandara memicu pemerintah buat merelokasi bandara ke Gadingsari, Sanden di Kabupaten Bantul atau di Temon Kulon Progo. PT Angkasa Pura I dan Yogyakarta Provinsi Administrasi telah menunjuk Kulonprogo sebagai baru bandara lokasi. Ini akan dibangun tanpa Dana Pemerintah Pusat dan akan dibangun oleh Joint Venture antara PT Angkasa Pura I dan GVK Group dari India dengan 51 dan 49 persen saham, masing-masing. Diprediksi, akan dioperasikan pada tahun 2016.
Adisucipto sedang dipugar buat mengatasi meningkatnya jumlah penumpang. Lokasi bandara ini tak biasa sebab terminal hanya sekitar 10 meter dari jalur kereta api. Planning jangka panjang telah dikembangkan buat membangun Adisucipto sebagai "terminal menyatu" dengan membangun stasiun kereta barah dan terminal bus di bandara. Masih ada masalah lebih terbatasnya ketersediaan lahan. Sebuah terowongan nan menghubungkan gedung terminal dan loka parkir baru (di sebelah utara rel kereta api) telah selesai. Pembangunan baru Stasiun Maguwo di sebelah utara bandara juga telah selesai.
Selain kedua bandar primer di Indonesia nan menjdi bandara Internasional di Jakarta dan Jogjakarta tersebut, di Bandung juga terdapat bandar utama nan bertaraf Internasional juga. Bandar udara ini terletak di kawasan pemukiman penduduk nan jaraknya lumayan dekat. Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara ialah sebuah bandar udra nan terletak di Kota Bandung Jawa Barat Indonesia. Selain buat melayani masyarakat, bandara ini juga merupakan salah satu pangkalan angkatan udara TNI. Jika dilihat di peta maka bandara generik akan terlihat di sebelah barat selatan dan militer di kanan barat selatan. Di sebelah utara landas pacunya bisa terlihat hanggar-hanggar milik PT. Dirgantara Indonesia.
Semoga pihak pemerintah mau memperbaikinya.