Akuisisi Mandalaair

Akuisisi Mandalaair

Mandalaair atau Mandala Airlines ialah maskapai penerbangan nasional nan berumur 40 tahun. Maskapai penerbangan ini mulai beroperasi pada 1969 saat Indonesia sedang membangun ulang sektor ekonomi nan sempat ambruk dampak masalah politik dan ekonomi. Namun sekalipun telah berusia matang buat sebuah perusahaan penerbangan, belakangan kinerjanya semakin merosot tajam sehingga Mandalaair hampir bangkrut. Memburuknya kinerja Mandalaair sehingga tak mampu bersaing dengan maskapai penerbangan lain terutama nan murni dikuasai oleh swasta, menarik perhatian banyak pihak tentang nasib maskapai nasional ini.

Maskapai Mandalaair nan awalnya dikelola oleh negara ini memang tak termasuk lamban dalam merespon perkembangan pasar. Padahal semestinya sebagai maskapai nan pernah meraih prestasi dan penghargaan sebagai maskapai nasional terbaik di Indonesia, tetap memimpin pasar dengan perubahan apapun nan terjadi.



Sejarah Mandalaair

Awalnya, Mandalaair dimiliki oleh Kesatuan Militer (Kostrad). Pada 1990, maskapai ini termasuk maskapai terbaik dan memimpin pasar industri penerbangan di Indonesia. Namun setelah munculnya deregulasi di industri penerbangan pada 2002, perusahaan ini lamban merespon lingkungan nan baru sehingga tak mampu bersaing dengan maskapai-maskapai baru. Dan hukum alam pun terjadi, hanya perusahaan nan siap merespon segala perubahan dengan taktik jitu dalam berbisnislah nan mampu bersaing. Karena alasan-alasan itulah maka Mandalaair semakin menunjukkan kinerja memburuk. Walaupun begitu, Mandala Air sukses memenangkan The Most Potential Brand in Airlines Service buat Indonesia Best Brand Award .

Tahun 2006 merupakan tahun nan paling krusial bagi manajemen Mandalaair sebab ada kesempatan bangkit dari keterpurukan. Pada tahun 2006 maskapai penerbangan Mandalair secara resmi dibeli oleh Cardig International (51%) dan Indigo Partners (49%). Sebagai perusahaan nan telah membaca pasar potensial nan ada di Indonesia, tentu saja pemugaran dan langkah-langkah pemugaran nan strategis cepat dilakukan. Kedua investor ini melihat potensi pasar nan besar di Indonesia dan memerlukan sebuah maskapai generasi modern dengan pengelolaan lebih baik.

Dengan pasar domestiknya nan lebih besar daripada India, investasi ini berpeluang bagi Mandala buat memanfaatkan jaringan rute penerbangan nan luas dengan brand nasional nan kuat serta menjadikan Mandalaair sebagai maskapai penerbangan modern nan ditunjang dengan keamanan, bisa diandalkan, dan harga nan terjangkau. Taktik inilah nan diharapkan bisa mengangkat kinerja Mandalaair sekalipun menjadi perusahaan nan memberikan laba optimal dengan tetap memperhatikan pelayanan nan maksimal terutama dalam hal keselamatan. Masalah terakhir ini merupakan pekerjaan rumah nan tak dapat dianggap sederhana. Beberapa kasus kecelakaan pesawat terbang nan terjadi di Indonesia sepuluh tahun terakhir, tentu akan semakin menyadarkan bahwa masalah keselamatan tak dapat dianggap main-main.



Cardig International dan Indigo Partners

Cardig International fokus bisnisnya ialah pada industri aviasi seperti pelayanan bandara, solusi logistik terintegrasi, in-flight catering , maskapai kargo, pengiriman barang internasional, dan maskapai penerbangan. Saat ini, Cardig International memiliki investasi di sepuluh perusahaan.

Sementara Indigo Partners ialah perusahaan nan berinvestasi pada sektor penerbangan dan transportasi. Perusahaan ini juga memiliki saham di beberapa maskapai penerbangan, seperti Spirit Airlines (USA), Wizz (Eropa), Tiger (Singapura), Abnanova Airlines (Rusia), dan Mandalaair. Berbekal pengalaman dan taktik jitu dari kedua investor tersebut, diharapkan Mandalaair akan cepat bangkit dan menjadi maskapan nasional nan benar-benar bisa diandalkan, bisa dipercaya dan tentu saja memberikan laba bagi pemegang saham.



Akuisisi Mandalaair

Terjadinya akuisisi oleh sejumlah investor, menandai perubahan nan signifikan bagi Mandala. Hal ini diawali dengan perubahan brand maskapai nan menambahkan dua Airbus A320 di awal peremajaan armadanya. Pesawat dengan daya angkut besar ini merupakan jawaban agar Mandalaair bisa mengangkut maksimal penumpang ke berbagai rute, terutama rute domestik nan beberapa diantaranya merupakan jaluar penerbangan gemuk.

Pada 2007, tim manajemen internasional diberi tugas buat mentranformasi maskapai penerabangan ini menjadi perusahaan generasi modern nan efisien, aman, dan bisa diandalkan. Ini ialah nilai tambah nan diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Tujuan utamanya ialah menjadikan Mandalaair atau Mandala Airlines sebagai maskapai penerbangan terdepan baik di Indonesia maupun regional.

Pengelolaan perusahaan ini dipegang oleh jajaran manajemen berpengalaman internasional. Langkah berikutnya nan dianggap berani dan tak main-main ialah ketika manajemen Mandalaair memutuskan buat memesan 30 pesawat Airbus baru dengan menghabiskan dana sebesar 2,3 miliar dolar AS. Pembelian pesawat ini akan menumbuhkan perusahaan dengan rata-rata 25 persen per tahun. Sementara itu, penggunaan semua jenis pesawat Boeingnya dihentikan. Untuk perawatan pesawat, Mandala bekerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company.

Dengan dimilikinya armada moderna berdaya angkut besar, kini, Mandalaair hadir dengan menawarkan jaringan pelayanan nan luas, yaitu 17 tujuan penerbangan dengan menggunakan pesawat nan aman. Armada Airbus A320 dan A319 dengan ketepatan jadwal, kebersihan pesawat terjaga, dan penawaran harga nan terjangkau. Kebijakan pada harga nan terjangkau juga merupakan taktik menghadapi perubahan pasar yaitu fenomenal dengan hadirnya maskapai penerbangan nasional lain nan membandrol harga murah. Namun sekalipun memberikan harga nan terjangkau, tak berarti akan mengabaikan hal-hal krusial lainnya. Karena itulah manajemen Mandalaair lebih bahagia menyebut tiket dengan harga terjangkau dan bukan dengan harga murah. Istilah harga murah ini risi disalah artikan oleh masyakat calon penumpang, nan identik dengan pelayanan asal-asal dan mengabaikan masalah keselamatan dampak aturan buat pos perawatan rutin pesawat misalnya dikurangi.



Armada Mandalaair

Maskapai penerbangan ini menerapkan one single aircraft policy (kebijakan pengoperasian satu jenis pesawat), yaitu armada Airbus. Perusahaan ini mengganti semua armada Boeing dan mulai menerapkan kebijakan baru ini pada Januari 2009.

Jenis pesawat nan dioperasikan Mandala Airlines ialah Airbus A320 dengan kapasitas kursi 180 dan A319 dengan kapasitas 144 kursi. Jenis pesawat ini dipilih sebab canggih, menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan efisien dalam pemakaian bahan bakar. Namun di tengah pemugaran berbagai sektor tersebut dan masyarakat mulai kembali mempercayai perjalanannya dengan menggunakan maskapan penerbangan nasional ini, tiba-tiba saja Mandalaair berhenti beroperasi pada tanggal 12 Januari 2011 sebab masalah utang. Tim kurator mengatakan bahwa maskapai ini akan kembali beroperasi pada bulan Mei 2011.



Saratoga Group Kuasai Saham Mandalaair

Akhirnya, Saratoga Group mengambil alih saham Mandala sebesar 51 persen. Sisanya dimiliki oleh Tiger Airways, para pemegang saham lama, dan para kreditor. Saratoga Group ialah perusahaan investasi nan didirikan Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno. Sementara itu, Tiger Airways ialah maskapai penerbangan nan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Singapore Airlines.

Napas baru dan suntikan dana baru diharapkan akan kembali membuat Mandalaair bebas terbang. Pelaksanaan teknologi canggih pada pesawatnya dan penataan menajemen pelayanan nan lebih profesional, memberi secercah asa bahwa maskapan penerbangan nasional nan memiliki sejarah panjang ini diharapkan akan terus beroperasi dan berubah menjadi perusahaan nan benar-benar sehat dan menguntungkan. Karena bagaimana pun juga ketika orientasi bisnis diutamakan, hitung-hitungannya ialah untung rugi. Kalau memang tak memberikan hasil nan sepadan dibanding kapital dan perhatian, untuk apa dilanjutkan. Kalau kejadiannya terus seperti ini, maka Mandalaair akan tersendat-sendat dan dikhawatirkan akan kambuhnya penyakit lama yaitu kurang dapat merespon pasar. Seringnya perubahan memang tak selamanya baik, sebab dapat menyebabkan terus melakukan pemugaran fundamental dan mulai abai dengan pasar. Atau pemugaran nan terlalu ekstrim juga biasanya akan timbul gejolak nan tak sehat terutama dari sisi sumber daya manusia.