Nilai–Nilai dalam Hikayat Si Miskin

Nilai–Nilai dalam Hikayat Si Miskin

Wilayah Melayu merupakan wilayah nan sangat kaya akan cerita. Jika kita menggali kehidupan di masyarakat, maka akan kita temukan berbagai cerita nan merupakan cerita hikayat Melayu klasik .

Cerita ini memberikan citra pada kita akan kekayaan masyarakat nan seharusnya menjadi sumber inspirasi diri. Wacana buat membangun karakter personal bisa dibentuk secara mantap jika cerita–cerita nan ada dijadikan sebagai acuannya.

Semua cerita mengangkat kondisi–kondisi terbaik nan harus dilakukan agar kehidupan tercipta kondusif. Nilai–nilai positif kehidupan ada dalam setiap cerita sehingga bisa direfleksikan ke diri kita masing–masing. Bukankah pembentukan karakter bisa ditempuh dengan memperbanyak masukan informasi ke dalam diri? Bukankah karakter itu bisa kita peroleh jika kita banyak membaca hal–hal nan positif ?

Cerita hikayat pada dasarnya merupakan cerita nan diarahkan buat memberikan citra kepada masyarakat pembaca atau pendengar atas kondisi nan diharapkan oleh pencerita atau pengarangnya. Mereka berharap agar nilai–nilai nan dimasukkan dalam cerita bisa diunduh oleh pembaca atau pendengar dan selanjutnya dijadikan sebagai jati diri.

Karakter diri telah menjadi isu terbesar buat menghadapi pola kehidupan dunia nan sedang bergulir ke negeri kita. Setiap kegiatan dikatakan sebagai program antisipasi globalisasi. Oleh sebab itulah, maka kita harus melakukannya karena jika tidak, kita akan kesulitan saat melangkahkan kaki.



Hikayat Si Miskin dalam Cerita Melayu Klasik

Cerita hikayat Melayu klasik memang merupakan karya sastra nan sarat makna kehidupan. Jika kita mempelajari secara mendalam, maka kita bisa membentuk karakter diri sebaik–baiknya.

Ada banyak cerita hikayat Melayu klasik nan bisa kita temukan. Dan, semua telah memberikan kesadaran kepada para pembacanya. Salah satu contoh cerita hikayat tersebut ialah Hikayat si Miskin. Kita bisa membuat kompendium ceritanya sebagai berikut.

“Pada suatu zaman ada sepasang suami istri nan mendapatkan sanksi berupa kutukan. Kutukan nan mereka terima ialah hayati dalam kemiskinan. Dampak kemiskinan nan mereka hadapi, hayati mereka selalu susah. Suatu saat, mereka mempunyai anak nan lucu.

Anak itu mereka beri nama Marakrama. Keberadaan anak tersebut membawa perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi keluarga nan berkecukupan, tak berkekurangan.

Seorang pakar nujum merasa iri terhadap kehidupan mereka, maka dia menghasut sang ayah. Si pakar nujum mengatakan bahwa anak nan mereka miliki akan membawa sial dalam kehidupan selanjutnya dan harus dibuang. Ayahnya terpengaruh dan si anak pun dibuangnya. Akibatnya, kehidupan mereka kembali seperti semula, miskin . Hayati mereka serba kekurangan lagi.

Sementara itu, Marakrama menjalani hayati dengan belajar ilmu kesaktian. Dia tumbuh menjadi anak muda nan sakti. Hingga suatu hari, dia dituduh mencuri dan harus menjalani sanksi dibuang ke laut.

Berhari–hari dia terapung–apung di bahari dan akhirnya terdampar di tepi pantai. Pantai dari sebuah pulau nan dihuni oleh seorang raksasa rakus. Dia berjumpa dengan Putri Cahaya dan diselamatkan dari kerakusan sang raksasa.

Marakrama sukses membunuh sang raksasa dan pergi meninggalkan pulau bersama Putri Cahaya. Mereka menumpang sebuah kapal, tetapi sang nahkoda berniat jahat. Dia dengan teganya membuang Marakrama ke laut.

Pada saat Marakrama terapung di laut, seekor ikan membawanya ke negeri loka kapal singgah, yaitu Negeri Pelinggam Cahaya. Marakrama menetap di rumah Nenek Kebayan nan tinggal bersama seorang putri bernama Putri Mayang. Ternyata, Putri Mayang ialah adik kandung Marakrama.

Mereka pun berangkat ke Negeri Puspa Sari. Di Puspa Sari, ibunya bekerja sebagai pemungut kayu. Marakrama merasa sedih melihat keadaan negeri, lalu berdoa serta memohon kepada dewa agar keadaan Negeri Puspa Sari dikembalikan seperti semula. Karena kegigihan Marakrama, maka dewa mengembalikan kondisi Negeri Puspa Sari nan makmur.

Namun, kondisi tersebut menyebabkan Maharaja Indra Dewa risi dan menyerang Puspa Sari. Akan tetapi, dengan kesaktian nan dimiliki, Marakrama bisa mempertahankan dan mengalahkan Maharaja Indra Dewa. Akhirnya, Marakrama menjadi Sultan di Mercu Negara. Mereka hayati senang ....”

Jika kita membaca secara lengkap cerita hikayat Melayu klasik, setidaknya kita memperoleh hal–hal positif. Hal–hal positif tersebut merupakan amanat nan ada dalam cerita. Dan, amanat tersebut meliputi hal-hal berikut.

  1. Dalam kehidupan kita, orang lain selalu berusaha mempengaruhi kita, maka jangan gampang terpengaruh apa nan dikatakan oleh orang lain. Jajak terlebih dahulu dan pelajari sebaik–baiknya.
  2. Jika kita menjadi seorang pemimpin, maka haruslah adil dan pemurah.
  3. Rintangan dan cobaan ialah hal biasa dalam hidup, maka hadapi dengan sabar dan luas hati.
  4. Semua manusia ialah sama, maka lihatlah seseorang dari hatinya, jangan penampilan luarnya.
  5. Terhadap orang nan mengalami kesulitan hidup, kita harus selalu siap menolong mereka.
  6. Ketika menghadapi persoalan hidup, maka jangan terlalu gampang menyerah. Kita harus terus berjuang buat menyelesaikan masalah.
  7. Percayalah bahwa Tuhan nan mengatur semua, baik dan buruk, hayati dan kematian, senang dan kesedihan. Kita hanyalah menjalankan takdir nan diatur-Nya.


Nilai–Nilai dalam Hikayat Si Miskin

Seperti telah kita uraikan di depan, setiap cerita hikayat membawa misi dan nilai–nilai kehidupan. Demikian juga halnya dengan Hikayat Si Miskin. Nilai–nilai nan terkandung di dalam cerita hikayat ini ialah sebagai berikut.



Nilai Moral

Nilai moral nan bisa kita peroleh dari Hikayat Si Miskin ialah sikap bijaksana dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hayati ini. Untuk kondisi tersebut, maka jangan pernah memaksakan keinginan kita terhadap orang lain. Semua sudah ada jalannya masing–masing.



Nilai Budaya

Salah satu budaya hayati di wawasan timur ialah sikap hormat kepada orang tua. Artinya kita harus menghormati keberadaan orang tua. Di samping itu, sebagai anak kita juga harus selalu berbakti kepada orang tua.



Nilai Sosial

Sebagai hasil karya manusia, maka cerita hikayat juga tak jauh dari urusan kemanusiaan. Urusan humanisme itu ialah urusan sosial. Dan, jika cerita Hikayat Si Miskin kita apresiasi, maka nilai sosial nan kita dapatkan ialah bahwa kita harus saling tolong menolong tanpa pamrih buat orang nan membutuhkan donasi kita. Kita harus selalu siap membantu orang lain buat meringankan beban hidupnya.



Nilai Religius

Sebagai makhluk kreasi Tuhan, maka nan patut kita percaya ialah Dia. Oleh sebab itu, jangan pernah mempercayai segala macam ramalan nan dilakukan atau dikatakan seseorang. Ramalan itu sesuatu nan tak jelas, jadi kebenarannya tak bisa dipertanggungjawabkan. Tuhanlah nan menentukan nasib manusia, jadi percayakan semua pada-Nya.



Nilai Pendidikan

Dalam cerita Hikayat Melayu Si Miskin ada nilai–nilai pendidikan nan perlu kita pahami dan jadikan sebagai hasil apresiasi karya sastra ini. Ada nilai–nilai positif kehidupan di dalam cerita tersebut.

Nilai positif tersebut ialah sikap peduli terhadap orang lain dan bersiap melakukan kegiatan hayati sosial dengan berlandaskan keikhlasan hati. Dan, hal nan krusial lagi ialah terbentuknya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri dan meningkatkan keimanan terhadap Tuhan.

Jika kita memperhatikan uraian di atas setidaknya kita semakin konfiden betapa para sastrawan sejak dahulu telah berusaha buat menanamkan nilai karakter personal. Dan, kita seharusnya menjadikan semua itu sebagai acuan hayati lebih baik.