Umar bin Khatab

Umar bin Khatab

Kisah islami banyak menjadi inspirasi buat bisa dijadikan contoh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari bagi orang nan selalu ingin memperbaiki diri. Kisah-kisah nan bernuansa islam bisa menjadi pelajaran dan motivasi dalam pembentukan akhlak dan kepribadian nan islami.

Ada beberapa contoh islam nan bisa kita ambil himah di baliknya. Berikut ialah beberapa contoh dari kisah tersebut.



Hatim At-Thayyi

Dibawah ini coba dikisahkan seorang pemuda nan baik hati dan dermawan, ia selalu ingin memberikan nan terbaik buat tamu nan berkunjung ke rumahnya. Ia tidak segan-segan dalam menjamu tamu sampai kuda kesayangannya disembelih buat disuguhkan sebagai jamuan makan malam tamunya.

Seorang pemuda itu bernama Hatim At-Thayyi, dia berasal dari suku Badui. Pekerjaannya menggembalakan domba dan unta.Ia menggembalakan hewan-hewannya dengan penuh kasih sayang, sehingga hewan peliharaannya berkembang biak dengan pesat.

Hatim juga dikenal sebagai pemuda nan rajin, jujur, suka menolong orang nan sedang susah, baik hati, sopan dan selalu menjamu tamu nan datang ke rumahnya dengan sangat baik, meskipun ia belum mengenalnya, ia akan bahagia kalau tamunya menginap di rumahnya.

Kadang-kadang Hatim sengaja menyembelih salah satu dombanya buat menjamu tamunya. Kebiasaan Hatim menjamu tamu itu tak membuatnya kekurangan, tetapi malah menambah rezeki nan berlimpah. Domba dan unta nan digembalakannya makin lama semakin banyak, hingga ia mencari beberapa penggembala buat membantu menggembalakannya,

Suatu hari,ada seorang raja dari negeri Parsi nan ingin membuktikan kedermawanan Hatim. Raja mengetahui Hatim mempunyai sesuatu nan sangat disayanginya yaitu seekor kuda. Raja menyuruh utusannya meminta kuda itu. ”Katakan, saya sangat menginginkan kuda itu,” kata raja. Lalu utusan raja itu segera berangkat dan sampailah di rumah Hatim ketika hari sudah malam.

Pakaian utusan raja itu basah kuyup sebab waktu di perjalanan turun hujan nan sangat lebat. Hatim mempersilahkan masuk tamunya. Setelah utusan tersebut mengganti pakaian, lalu mereka berbincang-bincang.

Setelah berbincang cukup lama Hatim bertanya, ”Sebetulnya ada keperluan apa tuan datang kemari?”, utusan itu tak segera menjawab sebab merasa tak enak, malam telah larut dan ia memutuskan buat menyampaikannya besok saja.

Hatim pun mengerti sebab melihat tamunya terdiam maka ia mengatakan, ”Tuan tak perlu menjawab sekarang tak apa-apa”. Beberapa saat kemudian Hatim ke belakang mau menjamu tamunya dengan daging unta, tetapi persediaan sudah habis sedangkan loka penggembalaan jauh.

Hatim berpikir ”Apa saya harus menyembelih kuda kesayanganku?”, akhirnya beliau memutuskan buat menyembelih kudanya. Disembelihlah kuda itu, setelah matang dihidangkannya daging kuda tersebut kepada tamunya. Setelah makan malam nan sangat mengenyangkan dan malam telah larut pula, maka mereka pun beristirahat.

Keesokan harinya utusan raja itu menyampaikan maksud dan tujuannnya bertamu ke rumah Hatim. Bahwa ia diutus oleh raja sebab sang raja menginginkan kuda kesayangannya. Hatim pun menceritakan bahwa kudanya telah disembelih, dan makanan nan dihidangkan semalam itu ialah kuda kesayangannya.

”Jadi kuda itu telah disembelih dan disuguhkan buat hamba?” kata utusan itu seolah-olah tak percaya. Hatim mengangguk, lalu orang itu pamit pulang dengan perasaan bersalah. Ia menyesal mengapa semalam waktu ditanya tak langsung menjawab. Setelah sampai di kerajaan utusan tadi dengan rasa ketakutan dan bersalah langsung menceritakan semua nan dialaminya kepada raja.

Dia mengatakan bahwa ia bersedia dihukum oleh raja. Tetapi Raja malah tersenyum, ia kagum dengan Hatim At-Thayyi. Kemudian raja langsung berkata ”Hai utusan !” raja berdiri, “sekarang juga kembali ke rumah Hatim, bawa kuda-kuda terbaik di istana ini. Jangan lupa muati kuda kuda dengan barang-barang berharga. Berikan semua kepada Hatim sebagai hadiah atas kebiasaannya menjamu tamu”. Sampai di rumah Hatim, utusan itu menyerahkan semua nan diberikan raja.

Hatim merasa heran dengan utusan raja nan membawa banyak hadiah, kemudian ia berkata ” Memangnya hamba telah berbuat kebaikan apa sehingga mendapat hadiah sebanyak ini ?

Utusan itu tersenyum sambil berkata ” Karena kamu sangat baik, mau memberi suguhan tamu dengan ikhlas. Hadiah ini tak sebanding dengan keikhlasan tuan,” Hatim terangguk-angguk sambil mengucapkan syukur dalam hati atas karunia nan telah diberikan kepadanya.

Kisah islami ini memberikan teladan bahwa nan telah firmankan oleh Allah SWT itu benar, jika seseorang berbuat baik bukan hanya pahala di akhirat nan akan didapat tetapi di global pun akan diberikan dengan berlipat ganda.



Umar bin Khatab

Siapa umat Islam nan tidak mengenal sosok dari Umar. Beliau ialah salah satu dari empat sahabat nabi nan sering disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Beliau ialah salah satu pemuka kaum Quraisy nan telah masuk Islam di awal masa penyebaran Islam di Mekkah.

Sebagai sosok sahabat nan telah mendapatkan didikan dan ajaran langsung dari Rasul maka bisa dipastikan bahwa Umar memiliki ke[ualitas keimanan nan tidak diragukan lagi. Demikian pula dengan para sahabat nan lain.

Saat Rasul wafat, para sahabat berijma’ buat menunda terlebih dahulu proses pemakaman Rasul pada saat itu. Dan para sahabat lebih mendahulukan buat mencari pengganti Rasul sebagai kepala negara pada saat itu.

Pada saat itu memang Islam telah terbentu dalam struktur negara nan disebut dengan daulah Islam. Dan Rasullah nan menjadi pemimpin pada saat itu. Ketika Rasul wafat, maka secara otomatis kedudukan kepala negara pada saat itu kosong. Dan kaum muslimin pada saat itu sangat menganggap krusial keberadaan kepala negara nan disebut sebagai khalifah.

Lalu terpilihlah Abu Bakar sebagai pengganti Rasul. Setelah itu, Umarlah nan diputuskan buat menjadi pengganti Abu Bakar setelah Abu bakar wafat. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala negara, Umar melakanakannya dengan penuh tanggung jawab dan dalam suasana keimanan nan tinggi.

Sebut saja cerita mengenai bagaimana pada suatu malam Umar memanggul sendiri satu karung gandum buat diberikan kepada rakyatnya nan sedang kepalaran. Seperti sudah menjadi Norma Umar pada saat itu, bahwa beliau setiap malam selalu berkeliling di seluruh daerah nan termasuk dalam kekuasaan Daulah Islam. Beliau ingin mengetahui keadaan dari rakyatnya serta bagaimana pengurusan beliau terhadap segala urusan rakyat dimana hal itu ialah tugas dan tanggung jawab beliau.

Lalu di suatu kampung, ia mendengar ada tangisan anak. Lalu Umar pun bertanya kepada si ibu mengapa anak-anaknya sampai menagis seperti itu. Si ibu lalu menjawab bahwa anak-anaknya sedang merasa lapar sebab seharian belum makan.

Lalu Umar pun melihat ke dalam panci nan terus saja diaduk oleh si Ibu. Si ibu pun mengatakan bahwa ia hanya ingin menghibur anak-anaknya dnegan berpura-pura memasak gandum buat anaknya nan sedang lapar sampai anaknya lelah dan tertidur. Tak lupa si ibu juga menyalahkan Umar sebagai kepala negara pada saat itu tidak dirasa tidak mampu menyejahterakan rakyatnya sampai ada nan kelaparan.

Mendengar perkataan ibu itu, seketika itu juga Umar kembali ke Baitul Harta benda loka seluruh harta dan kekayaan kaum muslimin di taruh di sana. Beliau pun mengambil satu karung berisi gandum dan memanggul arung itu sendiri di pundaknya.

Pengawalnya pun menawarkan donasi buat membantu Umar membawa karung tersebut. Namun umar tetap memanggul karung itu seraya berkata kepada si pengawal apakah ia sanggup membawakan dosa umar di akhirat kelak.

Umar pun langsung menuju ke perkampungan si ibu. Memberikan karung berisi gandum itu kepada si ibu. Beliau juga membantu si ibu buat memasakkan gamdum tersebut. Beliau juga sampai melihat bagaimana anak-anak dari si ibu itu makan sampai kenyang dan tidak merasa lapar lagi. Ibu itu sejatinya tidak mengetahui bahwa laki-laki nan telah membantunya itu ialah Umar, sang kepala negara.

Sungguh, banyak orang nan menitikan air mata ketika mendengarkan cerita ini. Kita bisa melihat bagaiman tugas dan tanggung jawab nan besar daruis eorang penguasa disandingkan dengan keimanan nan tinggi kepada ALLoh.

Umar tentu takut akan azab Alloh jika ia tidak mampu memberikan kesejahateraan kepada setiap dari rakyatnya. Karena memang hal itu ialah kewajiban dan tanggung jawab dirinya. Apakah kita melihat sosok penguasa seperti diri Umar pada saat ini?

Itulah beberapa kisah islami nan bisa kita ambil hikmahnya. Semoga bermanfaat.