Sinopsis film
Film Hanung
Sejak kemunculannya, Hanung memang telah diprediksi akan menjadi salah satu pengarah adegan nan cukup sukses. Walaupun ada film Hanung nan menuai kontroversi, pengarah adegan asal Yogyakarta ini masih dianggap cukup berkualitas. Ia bahkan diminta oleh pemerintah provinsi Sumatera Selatan buat menggarap dua film nan berlokasi syuting di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya. Filmnya nan terbaru berjudul Gending Sriwijaya. Film ini menuai kritik dari beberapa budayan asal kota Pempek. Sayangnya, film tersebut tak mampu menarik banyak penonton.
Berbeda dengan film tentang anak sekolah ini. Film nan diproduksi akhir tahun 2004 oleh Rexinema ini, berhasil disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Seorang pengarah adegan muda berbakat nan terkenal piawai dalam menyutradarai dan memproduseri film-film bertema religi. Sementara Vino G Bastian, Marcel Candrawinata, dan Ramon Y Tungka, ialah tiga orang aktor muda nan memerankan tokoh remaja SMA dalam film ini dengan baik.
Tema Anak Sekolah – Mengapa Berkesan?
Mengapa tema tentang anak sekolah ini sukses? Hati dan perasaan orang begitu banyak nan merasa bahwa masa sekolah itu ialah masa nan indah. Buktinya, banyak sekali grup di BBM atau di facebook nan dibentuk berdasarkan ikatan alumni dari suatu sekolah. Bahkan setiap angkatan mempunyai grup sendiri. Yang lebih seru lagi ialah satu kelas mempunyai grup juga. Apa nan mereka bicarakan di grup itu terkadang bukan hal-hal nan serius.
Mereka membicarakan tentang kekonyolan masa lalu. Cerita lama tentang asmara pun tidak luput dari bahan pembicaraan. Walaupun mereka sendiri tentu saja harus membatasi diri agar tak terjadi hal-hal nan tidak diinginkan seperti perselingkuhan, pembicaraan nan sebatas pertemanan itu terus bergulir. Tidak sporadis memang ada cinta lama bersemi kembali. Biasanya ini terjadi sebab memang ada ikatan cinta nan begitu kuat di antara mereka.
Teman-teman nan lain akan membantu menjodohkan mereka kembali. Ini salah satu hal nan menarik dari suatu pertemanan nan masih sangat tulus. Ada juga nan bahkan membentuk serikat sesama alumni nan dimaksudkan buat memberikan sumbangan nan lebih kepada teman-teman nan lain nan membutuhkan. Ketika ada nan sakit atau nan memang butuh dibantu, kekompakan dan persatuan itu membuat mereka bergerak lebih cepat.
Hanung dan timnya mungkin juga sangat menyadari hal ini sehingga mampu memberikan jiwa mereka buat film ini. Kekocakan nan ditampilkan dalam film ini terkesan apa adanya. Begitulah terkadang nan terjadi dialam nyata. Orang mempunyai kesamaan buat bersama dengan orang-orang nan pernah bersamanya dimasa lampau. Ketika ia tak mau bersama dengan orang-orang nan pernah dikenalnya, niscaya ada sesuatu nan membuatnya kecewa.
Betapa tak sedikit orang nan meninggalkan kampung halamannya dan tak mau berjumpa lagi dengan teman-teman seangkatannya. Ia merasa malu dan merasa tak mempunyai apa-apa sehingga tak percaya diri berjumpa dengan teman-temannya. Film nan berkisah tentang pertemanan ini memang dapat membuat pipi nan menonton menjadi merah sebab merasa ditelanjangi. Kekonyolan masa SMA itu memang tidak dapat dipungkiri membuat perut akan terkocok sebab memang sangat lucu.
Bagaimana tak konyol, kalau satu kelas minggat dari kelas hanya buat menonton konser musik New Kids On The Block. Konyol juga rasanya ketika berunjuk rasa tak mau diajar oleh seorang guru. Alasannya macam-macam hingga sang guru pun marah. Tidak kalah konyolnya adalahmendatangi rumah guru nan dikira naksir dengan kekasihnya.
Lucu sekali kalau diingat masa-masa nan menyenangkan itu. Kini dimasa dewasa dengan adanya facebook, foto-foti lama itu bermunculan lagi. Kelucuan dengan wajah-wajah polos nan menatap masa depan menyiratkan semangat kehidupan nan luar biasa. Ada banyak hal nan tidak terungkap dahulu, kini menjadi satu hal nan akhirnya dapat dipahami mengapa hal itu dapat terjadi. Setelah puluhan tahun, semua itu terpendap dan akhirnya menjadi satu kisah nan hanya dapat dikenang.
Beberapa teman mungkin telah ada nan meninggalkan global dengan cara nan menyedihkan. Kekompakan saat melepas teman nan meninggal itu membuat hati terasa tersayat-sayat. Ada rasa nan menggugah buat berbuat nan lebih baik agar dapat membantu lebih jauh lagi. Merangkul teman-teman nan menjauh dan mendekatkan teman-teman nan dahulu mungkin tak terlalu dekat. Niscaya ada rasa sakit hati nan mendalam sehingga ada nan tidak mau lagi mengenal teman-teman seangkatannya di sekolah dahulu.
Orang-orang nan ingin bersilaturrahmi, merasa bahwa kebersamaan itu harus diupayakan agar tak terlepas. Niscaya ada banyak hal nan dapat dilakukan agar persahabatan terus terjalin. Secara alami, manusia membutuhkan manusia lainnya. Manusia membutuhkan teman nan dapat menjadi sahabatnya dalam duka dan suka. Ketika semua menjauh sebab tidak mau menerima kesialan atau tidak mau terlibat dalam satu masalah, para sahabat ini tetap ada dan tetap bersama menemani dalam suka dan duka.
Dalam film-film tentang persahabatan, hal-hal kecil nan biasanya menjadi pembicaraan akan terasa begitu menyenangkan ketika diingat lagi. Perjalanan hayati manusia itu memang begitu beragam. Ada nan ingin pamer kepada siapapun termasuk kepada teman-temannya dahulu. Ia ingin selalu menjadi nan paling menonjol. Baginya memamerkan apa nan telah diraihnya itu ialah suatu kebahagiaan. Tidak mengherankan kalau ia ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain melalui cara-cara seperti itu.
Kelucuan dan kebingungan menentukan jalan masa depan juga menjadi salah satu sisi nan manis buat disorot. Apalagi ketika dalam kebingungan itu banyak hal nan terjadi, baik nan menyedihkan maupun nan menyenangkan. Bahkan terkadang kebingungan itu malah membuahkan penyesalan nan mendalam.
Sinopsis film
Film ini berkisah tentang tiga orang remaja nan telah duduk di kelas 3 SMA. Mereka ialah remaja-remaja biasa nan tak terlalu menonjol di sekolah itu. Berhasrat agar dikenal oleh segenap penghuni sekolah, ketiga anak ini akhirnya punya planning membuat sebuah film dokumenter berisi kejadian sehari-hari nan terjadi di sekolah mereka tercinta, buat di tayangkan di pentas seni (pensi) akhir tahun.
Tujuannya tentu buat kenangan masa-masa SMA nan tak bisa terulang kedua kalinya. Berbagai peristiwa sehari-hari nan biasa terjadi di sekolah, pada teman-teman mereka, menjadi objek 'film' ketiga anak cowok ini.
Mengangkat tema sehari-hari
Keunggulan dari film ini adalah, ia mengambil tema nan sangat membumi. Segala peristiwa nan terjadi dalam kehidupan remaja Indonesia sehari-hari berikut pernak-perniknya tidak ada nan terlewat. Misalnya, masalah percintaan (sudah niscaya ada), dari nan suka sama suka, bertepuk sebelah tangan, cinta pada kakak kelas, cinta terpendam bertahun-tahun, dan lain-lain.
Masalah nyontek, kabur dari sekolah, merokok di belakang WC sekolah sampai tukar-menukar VCD/DVD Bokep. Ketagihan main PS, pretensi belajar bareng padahal main ke Mal, dan berbagai macam kebandelan ala anak SMA semua ada dalam film ini. Bahkan terakhir, nan jadi aib sekolah dan global pendidikan saat ini, yaitu jual-beli nilai antar kepala sekolah atau guru dengan orang tua murid pun di singkap dengan lugas dalam film berdurasi 80 menit ini.
Ending nan keren
Sungguh tak etis rasanya jika dalam sinopsis film Catatan Akhir Sekolah ini seluruh kisah di dalamnya diungkap. Namun sedikit bocoran ending filmnya, mereka, ketiga murid SMA itu benar-benar sukses memutar film dokumenter itu di acara perpisahan sekolah. Tentu saja hal itu menuai berbagai macam reaksi dari teman-teman sekolah mereka. Berbagai kejutan tidak terduga terjadi di akhir film.
Terakhir, film nan skenarionya ditulis Salman Aristo ini, berhasil mengangkat permasalahan nan ada dalam global remaja secara natural. Walaupun sedikit berkesan mengekor kesuksesan Ada Apa Dengan Cinta, film pendahulunya nan memiliki aliran nan sama.