Kans Jurnalisme Online

Kans Jurnalisme Online

Apa nan anda lakukan ketika membuka internet? Mengecek email, membuka akun facebook, dan mendownload video atau gambar. Oh, ada nan terlupa, membaca jurnalisme online berupa berita! Ya, di era serbacepat ini mengakses informasi sudah menjadi kebutuhan utama.

Saat ini jurnalisme online menjadi babak baru dalam global jurnalisme. Teknologi kertas semakin terdepak oleh teknologi internet. Berbagai perusahaan pers gulung tikar, entah di dalam negeri maupun luar negeri. Lantas mereka mengalihkannya bisnisnya ke media online . Karena dinilai lebih cepat, ramah lingkungan serta hemat. Implikasinya, kejayaan surat kabar dan media lain berbasis kertas semakin tergeser oleh keberadaan media online berbasis internet.

Dan terbukti, kini internet telah menyulap industri konvensional, menjadi industri berbasis digital. Salah satunya industri media massa. Hingga kini media massa tetap diyakini sebagai alat paling ampuh dalam mempengaruhi opini publik.

Industri media cetak, media elektronik serta media online nan terus berkembang pesat dewasa ini, menegaskan bisnis media massa merupakan bisnis nan banyak digemari pengusaha. Trennya sekarang, perluasan media massa konvensional menuju media online berbasiskan internet semakin semarak.

Sebagian orang masih setia dengan membaca koran, majalah, atau tabloid. Namun, buat beberapa orang media itu sudah dianggap antik (ketinggalan zaman). Alhasil, sebagian orang melirik media lain nan lebih cepat dalam memberitakan informasi. Bermula dari kebutuhan ini jurnalisme online berkembang pesat.

Jurnalisme online itu sendiri berarti kegiatan penyampaian informasi melalui media online atau internet. Karakteristik spesifik nan inheren pada jurnalisme online adalah kecepatannya dalam menyampaikan informasi.

Dalam hitungan menit bahkan detik warta aktual nan terjadi dapat tersampaikan. Ciri tulisan nan umumnya langsung menyasar ke inti (straight news) membuatnya bergaya ringkas, pendek, dan padat.



Keunggulan Jurnalisme Online

Pertanyaan nan kerap muncul adalah apakah jurnalisme online akan menggantikan jurnalisme tradisional atau konvensional? Salah satu alasan mengapa jurnalisme online diminati banyak orang ialah sifatnya nan perdeo diakses ( free ). Sedangkan jurnalisme tradisional masih berbayar.

Bahkan, beberapa koran dan majalah kini telah memunculkan bentuk e-paper buat diakses lewat media online. Hal krusial lainnya, yaitu interaksi. hubungan dalam jurnalisme online dapat dikatakan sangat cepat.

Ini muncul lewat fitur komentar, message, suara pembaca, dst. Sedangkan jurnalisme tradisional atau konvensional membutuhkan waktu beberapa hari buat menampilkan respon dari pembacanya ( feed back ).



Kiat-Kiat Jurnalisme Online

Namun, jurnalisme online mempunyai segmen nan sempit. Tidak semua kalangan dapat mengakses warta nan ditampilkan di media online . Umumnya di daerah pedesaan nan belum memiliki koneksi internet serta masyarakat nan memang belum mempunyai pengetahuan memadai buat mengakses internet.

Bagi Anda nan akrab dengan jurnalisme online , pastikan anda melakukan kiat-kiat sebagai berikut.

  1. Pastikan warta nan anda baca dari situs online dari media terpercaya, terverifikasi, dan diakui.
  1. Bila anda tak dapat selalu memakai laptop/ pc, kini sudah ada berita-berita nan dapat diakses lewat mobile phone .
  1. Spesifik. Bila Anda suka warta politik, sepakbola, dst. Cari portal warta nan fokus memberitakan hal nan Anda gemari. Jadi, Anda tak pusing memilah warta mana nan akan dibaca.
  1. Komentar. Nah, kelebihan jurnalisme online adalah interaktif. Biasanya ini muncul dalam fitur komentar, dimana Anda dapat memberi pendapat, saran maupu opini terhadap suatu berita.
  1. Surat pembaca. Ya, bagi Anda nan mempunyai keluh kesah, saran, atau unek-unek dapat disalurkan di surat pembaca. Jangan salah, efeknya seringkali manjur. Bahkan biasanya sering ada penjelasan atau klarifikasi dari orang maupun kelompok nan menjadi target surat pembaca tersebut.


Kans Jurnalisme Online

Jurnalisme online merupakan proses kegiatan nan berhubungan dengan proses pencarian, pengumpulan, pengelolaan dan penayangan berita, informasi, pengetahuan dan hiburan melalui media elektronik nan berbasis online atau langsung tayang. Setiap pihak nan terlibat dalam sistem jurnalisme online layak disebut jurnalis online. Pertanyaan besarnya ialah apakah disparitas fundamental antara jurnalis online dan jurnalis konvensional nan bekerja buat media cetak?

Sesungguhnya perbedaannya sangat tipis. Hanya terletak pada output medianya saja. Kalau wartawan konvesional bekerja buat penerbitan surat kabar, majalah, tabloid, buletin, sementara jurnalis online mengaktualisasikan karya intelektual mereka melalui jaringan internet. Atau lebih tepatnya melalui website, blog , laman, situs online dan semacamnya. Jadi sudah barang pasti, produktivitas para jurnalis online tak terkendala lagi oleh jumlah halaman nan terbatas atau luasnya ruang kertas nan tersedia.

Di samping media massa nan digunakan, keduanya memiliki disparitas dalam hal pembuatan berita. Kalau wartawan konvensional dapat menyimpan bahan-bahan beritanya buat ditampilkan buat edisi nan akan datang, wartawan online dituntut buat bersegera mengerjakan bahan-bahan warta menjadi warta nan harus segera ditayangkan melalui media online .

Kolapsnya sejumlah perusahaan surat kabar di Amerika Perkumpulan pada awal tahun 2011 lalu, membuktikan bahwa era kertas akan segera berakhir. Dan babak baru era digital, di mana segenap perindustrian dialihkan menggunakan teknologi internet, akan menghegemoni dunia.

Hal ini menuntut para jurnalis online buat selalu meningkatkan kompetensi mereka. Dominasi bahasa asing, sudah menjadi keharusan nan tak dapat ditinggalkan. Tentu juga mereka harus menguasai majemuk teknik reportase, pemeriksaan dan penulisan berbagai produk naskah jurnalistik modern.

Meskipun pada wilayah-wilayah tertentu, ideologi setiap media massa tersebut memiliki titik persinggungan nan sama, yakni menjadi media kesadaran (pencerdasan publik). Kalau memang ideologi semua media massa bisa dipersamakan, kenapa juga sine qua non pengelompokan penerbitan media massa? Pertanyaan ini dapat kita jawab dengan mengajukan beberapa alasan mendasar.

Pertama, adanya pengelompokan grup usaha perusahaan media massa tersebut mempertegas bahwa media massa merupakan ladang bisnis atau industri. Ada kompetisi sengit di antara sesama perusahaan media massa.

Mereka berlomba-lomba menyajikan informasi nan paling aktual dan menarik, dengan asa mendapatkan banyak pelanggan. Media massa berkompetisi dalam menggaet jumlah pembaca, pendengar dan pemirsa nan tinggi. Mereka berlomba mendapatkan ikkan dalam jumlah nan besar sebagai pemasukan primer perusahaan-perusahaan media massa tersebut.

Jurnalisme online memikul tanggung jawab besar dalam menjaga idealisme media massa, dan harus dapat memposisikan diri sebagai corong publik. Artinya media massa harus menyuarakan aspirasi rakyat, bukan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah nan berkuasa. Agar media massa, terutama media online tidak terperosok dalam politik kekuasaan, maka para praktisi media massa harus pandai dalam menjaga jeda dengan segala kepentingan politik nan berorientasi pada kekuasaan.

Sehingga tantangan industri media massa menuju idealisme media, sesungguhnya terletak pada internal perusahaan, yakni para pemilik media bersangkutan. Seberapa berani mereka mengorientasikan sisi independensi ketimbang ekonomi dan politik? Berapa banyak ruang disediakan buat informasi daripada iklan? Berapa banyak warta ( news ) nan disajikan ketimbang infotainment atau advertorial?

Dalam sistem negara demokrasi, peran pers (media cetak dan elektronik) sebagai pilar keempat dalam mewujudkan sebuah negara nan demokratis dan berkeadilan sosial tak dapat diragukan lagi.

Media massa telah terbukti secara ampuh mempengaruhi publik dalam melakukan berbagai perubahan sosial berskala lokal, nasional, regional hingga Internasional. Pers berkontribusi besar dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan peradaban manusia nan humanistis serta demokratis.

Kini zamannya sudah berubah. Teknologi digital telah menghegemoni seluruh peta peradaban manusia. Teknologi internet sukses menyempitkan ruang dan waktu global menjadi lebih ringkas. Jeda antar manusia nan meski berbeda benua, sudah seperti tak berjarak lagi.

Seluruh informasi mutakhir (teraktual) dari seluruh dunia, sejak teknologi internet ditemukan, dapat langsung disebarluaskan dan diketahui oleh miliaran umat manusia pada waktu itu juga (segera). Media massa menjadi kekuatan ampuh nan berperan strategis dalam mempercepat terjadinya perubahan sosial masyarakat.

Adanya pemimpin nan korupsi, segera tersiar dan terekspos berbagai media massa, sehingga publik pun bisa segera mengetahui mengenai kabar tersebut. Berbagai pendapat, pandangan dan solusi nan dimunculkan setiap orang, pun pada akhirnya segera menasional, ketika diekspsos melalui media massa cetak dan elektronik. Publik menjadi sangat familier dengan kehadiran televisi, surat kabar, radio, majalah, internet dan media massa lain.

Penyalahgunaan media massa sebagai alat pemrovokasi kepada hal-hal nan buruk, memang juga dapat terjadi sejak dahulu. Tayangan-tayangan kekerasan, pelecehan seksual, tontonan erotis juga sangat berpengaruh negatif pada siapa saja nan menontonnya.

Dampak negatif media massa juga bisa menimbulkan perpecahan atau konflik bagi bangsa ini, ketika disalahgunakan oleh pihak-pihak nan tak bertanggung jawab. Pada posisi demikian, media massa laksana tombak bermata dua. Di mana satu mata tombak membawa pada akselerasi informasi nan positif pada ujung tombak nan lain dapat mengarah pada dampak-dampak negatif nan juga membahayakan bagi keutuhan sebuah bangsa.

Saat ini terdapat sekitar 1.000 media cetak dan ratusan media elektronik di Indonesia. Hampir setiap daerah memiliki media massa lokalnya masing-masing. Sesungguhnya peradaban manusia pada zaman ini sudah mencapai puncak kejayaannya melalui kehadiran media massa nan dengan intensif menghadirkan berbagai menu informasi, pengetahuan, warta dan hiburan nan menarik dan terkini.

Tetapi pada sisi lain, setiap orang harus mempunyai pencerahan mental (moral) terlebih dahulu sebelum bergulat lebih jauh dengan kemajuan global informasi melalui media massa nan semakin liberal dan kapitalistik.