Real Madrid - Menang Dipuja Kalah Dipuji
Pada paruh pertama dasawarsa 2000-an, klub Real Madrid sempat dijuluki Los Galacticos ketika merekrut sekaligus para megabintang global seperti Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo, dan David Beckham.
Julukan Los Galacticos seakan-akan menunjukkan bahwa mereka merupakan “pasukan Galaksi”, tim dengan pemain terhebat di seluruh Galaksi Bima Sakti.
Begitulah Real Madrid, klub nan sejak dikendalikan Florentino Perez sebagai presiden sangat berambisi buat kembali menjadi klub terbaik di global melalui kekuatan finansialnya.
Sayangnya, ambisi mereka, terutama meraih supremasi di Eropa dan dunia, gagal terwujud. Mereka selalu gagal di ajang Perserikatan Champions. Gelar terakhir di ajang ini diraih pada musim 2001-2002.
Setelah julukan Los Galacticos meredup beberapa tahun, pada musim 2009-2010 Real Madrid kembali merekrut para bintang jagat ini, termasuk Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, dan Xabi Alonso, sehingga mendapat julukan Los Galacticos edisi II. Sayang, prestasi mereka pun tetap melempem.
Toh, secara keseluruhan, klub dengan julukan resmi Los Blancos (Si Putih) dan Los Merengues (Si Kue Busa) ini, menurut catatan FIFA, ialah klub sepak bola paling berhasil di global pada abad ke-20 (urutan kedua menurut FIFA ialah AC Milan dari Italia).
Real Madrid - Pemegang Rekor
Klub ini didirikan pada 6 Maret 1902 dengan nama Madrid Club de Fútbol. Pada Juni 1920, Raja Alfonso XIII dari Spanyol memberikan izin kepada klub tersebut buat menggunakan nama “Real”, kata dalam bahasa Spanyol nan berarti “royal” (berkaitan dengan kerajaan). Sekaligus, lambang klub pun menggunakan mahkota kerajaan. Ada sejumlah klub lain nan juga memakai kata nan sama: Real Sociedad, Real Valladolid, Real Betis, Real Zaragoza, dan lain-lain.
Klub ini memiliki kostum kebesaran putih-putih sehingga dijuluki Los Blancos . Sejak awal, markasnya ialah Stadion Chamartin, nan kemudian berganti nama menjadi Santiago Bernabeu setelah dilakukan perombakan pada 1947. Pada 1940-an, stadion ini sempat rusak ketika terjadi Perang Sipil Spanyol. Sekarang stadion ini berkapasitas 80.354 loka duduk.
Sejak kompetisi Divisi Primer Perserikatan Spanyol, nan juga dikenal sebagai Primera Division, atau kadang cukup La Liga , dimulai pada 1928, Real Madrid belum pernah terperosok ke divisi di bawahnya. Mereka bahkan mencatat prestasi gemilang berupa 31 gelar kampiun La Liga , 17 Copa del Rey (Piala Raja Spanyol), 8 Piala Super Spanyol, 1 Copa de la Perserikatan (Piala Liga), 1 Copa Eva Duarte, 9 Piala/Liga Champions (pemegang rekor), 2 Piala UEFA, 1 Piala Super UEFA, dan 3 Piala Interkontinental.
Real Madrid - El Clasico
Sejak awal La Perserikatan berlangsung, terjadi persaingan sengit antara Real Madrid dan Barcelona. Rendezvous antara kedua tim ini mendapat julukan el Clasico (pertandingan klasik), nan selalu berlangsung panas. Persaingan itu syahdan dipicu juga oleh ketegangan politik antara warga Castilian (Kerajaan Spanyol) dan warga Catalan (Catalonia, sebuah wilayah otonom di Spanyol). Real Madrid dan Barcelona juga mewakili dua kota dengan disparitas bahasa penduduknya.
Atmosfer persaingan akan makin panas kalau ada pemain dari klub nan satu pindah ke klub saingannya. Misalnya, pada 1950-an Alfredo Di Stéfano pindah ke Real Madrid. Lalu pada 2000, Luís Figo secara kontroversial meninggalkan Barça dan pindah ke Real Madrid.
Real Madrid - Menang Dipuja Kalah Dipuji
Jika ditanya klub sepak bola kelas global nan getol tebar pesona dan menghambur-hamburkan uang triliunan dalam kurs rupiah buat membeli pemain nomor wahid , semua sepakat jawabannya ialah Real Madrid. Ya, Real Madrid, klub sepak bola di negeri matador ini berdiri sejak 6 Maret 1902. Klub ini bernama orisinil Madrid Club de Futbol nan kemudian diizinkan memakai gelar Real sejak Juni 1920 atas izin Raja Alfonso XIII.
Kehebatan Real Madrid
Itu baru satu dari kehebatan dari The Real Football Team satu ini. Bayangkan saja bahwa buat mendapatkan kata ‘Real’ saja klub ini membutuhkan persetujuan seorang Raja. Tidak heran kalau para punggawa klub sangat kaya ini begitu semangat dan mati-matian memajukan dan memastikan kejayaan tetap mereka pegang. Tidak mudah buat dapat tetap menjadi tim nan solid dengan kemenangan nan gemilang dan taburan bintang.
Tidak mudah juga menarik para bintang lapangan hijau itu buat bergabung ke satu klub bila klub sepekbola itu sendiri tidak dapat memberikan satu tantangan permainan dan uang nan lebih dari cukup. Tantangan dan uang ialah magnit nan luar biasa nan akan membuat semangat juang tidak kendur. Ketaatan seorang pemain terhadap arahan pelatihnya ialah salah satu hal nan diyakini mampu melesatkan satu klub sepakbola ke tangka kejayaan dalam waktu nan lama.
Dengan kolaborasi nan sangat solid itu, tak salah kalau Real Madrid dinobatkan sebagai klub sepak bola tersukses abad 21 menurut versi FIFA. Hampir semua pemain terbaik global pernah bermain di klub nan seragam kandangnya putih-putih ini. Seragam nan berwarna putih-putih inilah nan membuatnya hingga dijuluki Les Merengues (tim putih). Hebatnya, sejak digulirkan perserikatan primer Spanyol nan dinamai Primera Division pada tahun 1928 hingga sekarang, belum pernah sekalipun Real Madrid degradasi ke divisi dua atau Divisi Segunda.
Kehebatan itu membuat para penggemar klub nan baru saja menjadi kampiun La Perserikatan tahun 2012 ini begitu setia dan seolah tidak pernah mau pindah ke lain hati. Mereka sangat mendukung klub satu ini dalam keadaan apa pun. Kesetiaan para penggemar itu memang harus dibayar dengan kerja keras dan permainan nan menarik. Untuk permainan nan menarik itu membutuhkan penampilan tim nan kompak. Itulah salah satu hal nan membuat para petinggi Real Madrid mencoba menemukan bakat-bakat hebat demi mendukung performa para pemain dan tak mengecewakan para penggemar dan penikmat pertandingan mereka di mana pun berada.
Prestasi Klub Real Madrid
Memang prestasi Real Madrid pernah dinilai tidak lagi cemerlang baik di perserikatan domestik apalagi perserikatan internasional. Mereka pernah tidak sukses menjadi jawara baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tapi, klub nan kapasitas stadionnya mencapai 80.354 penonton ini tetap harus bangga dengan prestasi domestik dan internasional nan pernah mereka raih. Tak mudah melupakan apa nan telah diraih dengan susah payah dan cucuran keringat serta energi pemikiran nan begitu dahsyat. Tak mudha melupakan sejarah kemenangan nan gemilang walaupun juga tidak mudah melupakan kekalahan menyakitkan nan tidak seharusnya terjadi.
Sampai sekarang belum ada nan dapat menyamainya termasuk oleh musuh bebuyutannya, Barcelona. Real Madrid meraih 31 gelar La Liga, 9 gelar Perserikatan Champion, 1 gelar Super Eropa, 3 gelar Piala Interkontinental, 2 gelar Piala UEFA, 17 gelar Copa del Rey, 8 gelar Supercopa de Espana, 1 gelar Copa de La Liga. Luar biasa!
Tahun ini, Real menambah deretan prestasi itu dengan menjadi jura La Perserikatan lagi. Pemain topnya, Christian Ronaldo bahkan menjadi pemain terbaik. Gol-gol nan diciptakan oleh si kaki emas dari Portugal ini bahkan menarik para penonton dari seluruh global buat selalu menanti setiap permainan klub satu ini kapan pun dan di mana pun. Sungguh menjadi sesuatu nan tidak dapat dilakukan hanya dalam waktu singkat. Pengalaman dan selalu konsisten ialah faktor primer nan harus dijaga oleh para pemilik dan motor penggerak klub Spanyol tersebut.
Real Madrid - Magnet Pemain Terbaik
Real Madrid dijuluki Los Merengues sebab seragamnya putih-putih. Sejak dipimpin oleh Presiden Santiago Bernabeu dan puncaknya di bawah kepemimpinan Presiden Florentiono Perez pada tahun 2000-an, klub sepak bola ini dijuluki Los Galacticos (tim galaksi).
Pemberian nama ini sebab klub ini berambisi mengumpulkan semua pemain terbaik global dalam tim, meskipun sebenarnya tak dibutuhkan. Mulai dari Zinedine Zidane, David Beckham, Luis Figo, Kaka, Christiano Ronaldo dan sejumlah pemain besar lainnya pernah merasakan atmosfer persaingan di tim inti klub nan bermarkas di stadion Santiago Bernabeu ini.
Sayangnya sebab seringkali membeli pemain bukan sebab faktor kebutuhan tim namun sebab gengsi dan bukti kampanye presiden klub, akhirnya banyak terjadi penumpukan pemain di berbagai posisi mulai dari penyerang sampai sampai penjaga gawang. Kerap kali terjadi persaingan tak sehat sebab ego pemain bintang nan gajinya selangit.
Dampaknya, berbanding terbalik dengan prestasi klub. Praktis sejak musim 2008 – 2010, belum ada satupun gelar bergengsi nan mampu diraih klub sepak bola tersukses abad 21. Justru kini musuh bebuyutannya, FC Barcelona nan kian merajalela baik di kancah lokal maupun internasional meskipun pemain bintangnya tidak sebanyak Real Madrid.
Keadaan itu bukannya tidak dipikirkan oleh para petinggi klub. Mereka berusaha mendapatkan instruktur nan mampu memberikan bimbingan dan arahan nan tepat kepada setiap pemain agar tak mementingkan kebintangan nan mereka miliki. Para pemain bintang itu diminta buat mementingkan kebutuhan dan kepentingan klub bukannya kepentingan diri sendiri demi membuktikan kehebatan masing-masing. Kekompakan nan diciptakan itulah akhirnya membuahkan bukti dan Real mulai bangkit lagi.
Real Madrid - Klub Sepak Bola Terkaya
Boleh jadi prestasi Real Madrid menurun dalam sepuluh tahun terakhir. Tapi soal kekayaan dan aset klub, justru naik beberapa kali lipat dari tahun ke tahun. Menumpuknya para pemain bintang tidak selamanya berdampak negatif. Paling tak dengan banyaknya pemain bintang nan menghuni klub ibu kota Spanyol ini, menjadi mudah mendapatkan sponsor dari mulai seragam, pernak-pernik klub, terutama hak siar, dan sumber pendapatan lainnya.
Tak tanggung-tanggung, Los Galacticos menjadi klub sepak bola terkaya sedunia lima tahun berturut-turut sejak 2005 – 2010 nan dinobatkan oleh FIFA dan majalah Forbes . Menurut Football Money League, pengahasilan klub ini mencapai 401 juta Euro pertahun mengalahkan klub-klub sepak bola nan mengalahkan prestasi Real Madrid di lapangan hijau seperti Barcelona, Manchester United, dan AC Milan.
Nama besar para pemain bintang itu bagai pemanis kisah sinetron nan membuat banyak orang ingin menikmati paling tak penampilan fisik dari mereka. Soal kualitas permainan itu menjadi nomor dua. Terutama para wanita nan tiba-tiba saja menjadi penikmat sepakbola hanya sebab ketampanan dan estetika fisik para pemain bintang nan dimiliki oleh Real Madrid.
Kekalahan demi kekalahan nan dialami klub asuhan Jose Maurinho ini tidak mempengaruhi profit dari hak siar nan semakin mahal menurut Deloitte (perusahaan akuntansi terkenal di Spanyol). Apalagi dengan jumlah penggemar nan semakin banyak saja di seluruh negara. Sekali pun akhir musim 2010 – 2011 Real Madrid puasa gelar lagi, namun titel klub sepak bola terkaya sejagat bukan mustahil masih dalam genggamannya.
Tak dapat dipungkiri bahwa estetika fisik menajdi daya tarik nan luar biasa. Apalagi pihak media sangat peka dalam mengolah setiap warta pribadi nan inheren pada para pemain bintang tersebut. Sebut saja Christian Ronaldo dengan petualangan cintanya. Pemain muda tampan penuh prestasi satu ini bak seorang pangeran mahkota nan siap menarik setiap wanita berada dalam pelukannya. Seorang mahasiswa saja tahluk dalam permainan cinta satu malamnya sehingga melahirkan seorang bayi.
Tidak berhenti disitu saja, kisah Ronaldo juga dikaitkan dengan pesaing bebuyutannya, Leonil Messi. Gol-gol mereka hingga sejarah masa kecil mereka dibandingkan hingga menjadi satu konsep warta nan menarik. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan itu memberikan satu hal nan dinantikan oleh seluruh masyarakat dunia. Itulah global Real Madrid. Global nan penuh dengan gelimang harta, tahta, wanita nan tidak akan ada hentinya hingga ada pesaing nan dapat mengelola harta, tahta, dan wanita itu lebih menarik dari Real Madrid.