Manusia Raksasa dan Bangunan Megalithikum
Mungkin banyak nan meragukan keberadaan manusia raksasa dalam sejarah. Kita nan terbiasa dididik buat menggunakan rasio, percaya bahwa manusia raksasa atau sejenisnya hanya ada dalam dongeng atau cerita rakyat. Uniknya, jika kita tak percaya tentang hal ini, "bukti-bukti" nan ada justru antagonis dengan logika.
Hampir semua kebudayaan global masa lampau, mengenal adanya manusia raksasa nan berdampingan dengan manusia normal. Ada cerita rakyat nan menampikan sosok manusia raksasa sebagai makhluk nan kejam dan bodoh. Namun, tidak sedikit pula dongeng nan menampilkan manusia raksasa sebagai penolong. Lalu, apakah manusia raksasa tersebut benar-benar ada?
Manusia Raksasa dalam Kitab Kudus Agama Semit
Menarik jika kita menyadari bahwa Injil Perjanjian Lama mengungkapkan keberadaan manusia raksasa dalam salah satu teksnya, yaitu dalam Kejadian, 6:4. Bunyinya sebagai berikut.
Pada waktu itu manusia raksasa (Nephilim) ada di muka bumi, demikian pula pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka.
(Manusia raksasa) inilah orang-orang nan gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang nan termasyhur.Manusia raksasa ini kemudian dilenyapkan Tuhan beserta manusia-manusia lain nan berbuat dursila melalui banjir bandang nan datang pada masa Nabi Nuh.
Injil juga mengisahkan beberapa manusia raksasa lain. Misalnya, dalam perjalanan Nabi Musa menemukan Tanah Yang Dijanjikan, diceritakan, orang-orang nan diminta Musa buat mengintai Negeri Kanaan, ketakutan. Mereka menyebutkan negeri tersebut dihuni para raksasa.
Jika dibandingkan, ukuran manusia dengan mereka ibarat belalang dengan manusia, "Negeri nan telah kami intai ialah negeri nan memakan penduduknya, semua orang di sana ialah berperawakan tinggi. Kami juga melihat manusia raksasa, orang Enak nan berasal dari manusia raksasa. Kami bagaikan belalang bagi mereka” (Bilangan, 13:32—33).
Namun, raksasa nan paling terkenal dalam Injil ialah Goliath (Jalut dalam Islam). Ia ialah prajurit Filistin terkuat dengan ukuran badan 3 meter, sekaligus menjadi versus Nabi Daud. Banyak nan menganggap bahwa peristiwa adu kekuatan Daud dengan Goliath ini tak dipahami secara literal.
Daud melambangkan upaya penyadaran manusia tentang ajaran Tuhan Yang Satu. Sementara itu, Goliath (Jalut) ialah lambang penyembahan kepada hal selain Tuhan nan pada masa tersebut masih begitu kental. Kekalahan Goliath si manusia raksasa dari Daud nan lebih mungil, menunjukkan suksesnya kesadaran nan ditawarkan Bani Israel tentang konsep monoteisme.
Dalam kitab agama Semit nan terakhir, Al-Quran, memang secara eksplisit tak dinyatakan adanya manusia raksasa. Namun, ada sebuah hadits nan menyebutkan bahwa Nabi Adam berukuran raksasa,
“Allah menciptakan Adam dengan tinggi enampuluh hasta. Setelah masa Adam, makhluk (manusia) semakin berkurang tingginya hingga seperti saat ini“ (HR.Bukhari).
Jika kita menghitung bahwa satu hasta ialah 45,72 cm, tinggi Nabi Adam setara dengan 27,432 meter. Benarlah indikasi bahwa tinggi Nabi Adam setara dengan pohon kelapa. Namun, tak dapat dipastikan apakah Nabi menyampaikan hadits tentang manusia raksasa tersebut buat dipahami secara maknawi atau literal; atau kedua-duanya.
Manusia Raksasa dalam Kebudayaan Lain
Di kebudayaan India, ada juga kisah tentang manusia raksasa . Bahkan, dua epos besar, Mahabarata dan Ramayana, sangal kental dengan kemunculan tokoh manusa raksasa. Misalnya, dalam Mahabarata ada wangsa Kurawa, nan merupakan saudara Pandawa sekaligus rival mereka dalam memperebutkan kerajaan Hastina.
Dalam hal ini, kebanyakan wangsa Kurawa berbentuk raksasa dengan paras mengerikan, nan memang dipertentangkan dengan Pandawa nan gagah dengan paras rupawan. Dalam Ramayana, raja nan menculik Shinta, istri Rama, ialah Rahwana, nan berasal dari Alengka (kemungkinan Srilanka saat ini).
Dalam cerita rakyat di Bangsa Norse (daerah Norwegia, Swedia, dan sekitarnya), ada kepercayaan bahwa tubuh makhluk raksasa bernama Ymirlah nan menciptakan global ini. Dikisahkan, ketika alam semesta masih tiada, cuma ada dua entitas kehidupan, yaitu Ymir dan Audhumia, seekor sapi nan memberikan susu kepada Ymir.
Suatu ketika, Ymir tertidur. Dari tubuhnya, bermunculan para raksasa nan disebut Hrimthurssar. Para Hrimthurssar ini terlibat perkelahian hebat hingga menyebabkan Ymir tewas. Karena tubuh Ymir nan begitu besar, darah nan mengalir dari tubuhnya berubah menjadi air bah nan menghabisi para manusia raksasa, kecuali beberapa saja.
Saat itulah pada dewa Norse nan dipimpin Odin, memanfaatkan seluruh tubuh Ymir. Dagingnya digunakan buat membentuk bumi. Gigi raksasanya dijadikan bebatuan. Tulang-tulang Ymir nan kokoh disulap menjadi gunung dan bukit. Darah sang manusia raksasa nan terlanjur menggenang pun menjadi loka berkumpulnya air, baik danau, sungai, maupun lautan.
Di Yunani, kisah penciptaan pun diawali dengan kemunculan manusia raksasa. Dikisahkan, dari kekosongan (Chaos), lahirlah beberapa anak, nan merupakan personifikasi dari entitas-entitas alam. Di antaranya ialah Gaia (Dewi Bumi). Gaia melahirkan Uranus nan kelak menikahi ibunya sendiri. dari pasangan Gaia-Uranus, lahirlah 12 titan.
Selanjutnya, pasangan ini juga membuahkan para Cyclops (raksasa bermata satu) dan Hekatonkheire (raksasa dengan lengan seratus). Yang perlu digarisbawahi, manusia raksasa dalam mitologi Yunani, tak dapat ditafsirkan secara literal. Kemungkinan besar, manusia raksasa, seperti halnya dewa-dewa Yunani, hanya dijadikan lambang kekuatan eksklusif di global ini.
Manusia Raksasa dan Bangunan Megalithikum
Di kebudayaan lain, isu manusia raksasa sangat mudah dikaitkan dengan bangunan-bangunan besar di seluruh dunia. Di Mesir, kita dapat melihat bangunan Piramida. Para pakar berpendapat bahwa satu-satunya kemungkinan Piramida dibangun, ialah jika manusia Mesir saat itu berukuran minimal 5 meter.
Dengan ukuran nan 4 kali lipat dari manusia biasa (saat ini) maka kemampuan mereka dalam mengangkut bebatuan juga lebih tinggi. Jika teori ini benar, manusia raksasa Mesir hanya membutuhkan waktu beberapa detik buat memindahkan batu ratusan kilogram atau satu ton.
Selain Piramida, manusia raksasa juga “dituding” sebagai pencipta berbagai bangunan di dunia, seperti Pumapunku (Peru), Stonehenge (Inggris), atau malah Candi Borobudur (Indonesia). Stonehenge misalnya. Menurut Gerald Wales, seorang pakar sejarah dan topografi dari Irlandia, batu-batu nan digunakan buat membangun Stonehenge tak berasal dari Inggris, melainkan Afrika. Para manusia raksasa nan membawa bebatuan tersebut dari Afrika.
Manusia Raksasa dalam Serial Fiksi Modern
Dunia modern, meskipun mengaku hanya mengandalkan logika dan kurang konfiden dengan keberadaan manusia raksasa, tetap tak dapat “mencabut” tokoh raksasa ini; setidaknya dalam karya fiksi. Serial manusia raksasa paling populer barangkali seri Ultraman, mulai dari Ultraman (1996—1967) hingga Ultraman Mebius (2006—2007).
Para Ultraman sendiri berasal dari Planet Ultra (Tanah Cahaya) nan terletak di gugusan Nebula M-78. Uniknya, setiap Ultraman memiliki interaksi keluarga. Semisal, Ultraman Taro (dirilis pada 1973-1974) merupakan anak dari Father dan Mother of Ultra.
Sementara itu, Ultra Seven (dirilis pada 1967—1968) merupakan keponakan Mother of Ultra. Ultra Seven juga memiliki anak, yaitu Ultraman Zero (muncul dalam film pada 2010).Serial Ultraman, pahlawan manusia raksasa, tercatat sebagai serial terfavorit di Jepang.
Selain Ultraman, ada pula berbagai kisah fiksi modern nan menggunakan manusia raksasa. Misalnya, serial Harry Potter. Dalam cerita ini ada adik Hagrid, Gwarp, ialah seorang raksasa. Musuh Lord Voldemort, juga menggunakan para manusia raksasa dalam buku terakhir, Harry Potter and the Deathly Hallows .
Keberadaan manusia raksasa masih cukup kontroversial. Seandainya mereka benar-benar ada, apakah nan menyebabkan manusia raksasa punah? Apakah terjadi perubahan iklim hebat nan membuat mereka lenyap, sementara manusia biasa bertahan? Ataukah, manusia raksasa hanyalah mitos nan digunakan buat menyampaikan simbol-simbol tertentu?