Hambatan dalam Komunikasi

Hambatan dalam Komunikasi

Disadari atau tidak, kendala dalam komunikasi antara satu orang dengan nan lainnya itu memang Ada. Kendala dalam komunikasi tak hanya dijumpai dalam lingkup sosial nan besar, sekelas masyarakat, tetapi dalam lingkup nan lebih kecil semacam keluarga pun dapat terjadi.

Sebagai citra bahwa kendala dalam komunikasi dapat terjadi juga dalam lingkungan keluarga, berikut ini penulis berikan sedikit citra melalui cerita dalam sebuah rumah tangga.

Di mata sang istri, Pak Fulan bukan sosok suami ideal. Ada banyak hal nan kerap membuatnya kesal dan sakit hati. Salah satunya ialah sikap acuh dan tak mau tahu walau menyangkut kebutuhan keluarganya sendiri.

Suatu hari, Pak Fulan duduk santai di depan rumah. Tiba-tiba istrinya menghampiri. "Pak, tolong dong betulin lampu di depan dari tadi nggak nyala terus!"

"Enak saja nyuruh-nyuruh, memangnya saya ini tukang listrik apa?" jawabnya ketus.

Dengan sedih sang istri pun kembali ke dapur. Namun, tak lama kemudian si istri datang lagi. Dengan agak ragu ia berkata, "Pak tolong dong betulin keran air dari tadi macet terus. Saya jadi nggak dapat masak air nih!"

"Enak saja nyuruh betulin keran, memangnya saya ini tukang ledengmu!" kata Pak Fulan sambil ngeloyor pergi.

Ketika pulang sore hari, Pak Fulan merasa sedikit heran sebab lampu di depan rumah sudah menyala. Begitu pula saat ke kamar mandi, keran air nan tadinya macet kini sudah berfungsi kembali.

"Siapa nan membetulkan lampu dan keran air?" tanya Pak Fulan.

"Tadi mantan pacar aku lewat di depan rumah. Langsung saja aku panggil buat membetulkan lampu dan keran air. Syukur ia mau, tapi dengan dua syarat, dibuatkan roti atau aku tidur dengannya," ujarnya tenang.

Pak Fulan kaget setengah mati. "Pasti kamu membuatkan ia roti, kan?" tanyanya cemas.

Apa? kata istrinya. "Enak saja! Memangnya aku ini tukang roti apa!"

Lemaslah lutut Pak Fulan mendengar jawaban itu.

Bagaimana, sebuah cerita nan cukup menggelitik dan bikin Anda tertawa, bukan? Kejadian semacam cerita tadi sebenarnya dapat dihindari jika pasangan suami istri tersebut tak memiliki hambatan dalam komunikasi. Namun Sayang sebab sikap suami kurang peduli, maka sang istri memutuskan buat mengambil tindakan sendiri.

Yang jadi pertanyaan, mengapa ada kendala dalam komunikasi, padahal komunikasi itu bukanlah hal nan sulit, bukan? Bagi sebagian orang memang demikian, namun tak bagi sebagian orang lainnya. Ada sebagian orang nan merasa sulit buat melakukan komunikasi. Apa alasannya? Berikut ialah klarifikasi tentang faktor-faktor nan menjadi kendala dalam komunikasi.



Hambatan dalam Komunikasi

Manusia memiliki sejumlah kebutuhan dasar dalam hidup. Salah satunya ialah kebutuhan buat dihargai, diakui, diperhatikan, dan didengarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Semua kebutuhan ini sejatinya berhubungan langsung dengan sebuah proses bernama "komunikasi".

Dengan demikian, kualitas sebuah hubungan—khususnya nan bersifat interpersonal (antara dua individu atau lebih)—sangat dipengaruhi oleh kualitas komunikasi nan terjalin. Harmoni akan terjadi apabila pola komunikasi berjalan baik.

Namun sebaliknya, tidak selaras pun akan muncul apabila pola komunikasi berjalan buruk. Itulah mengapa, terjadinya kasus WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain), biasanya berawal dari adanya kendala dalam komunikasi antara suami istri.

Penelitian Debbie Layton-Tholl memperkuat hal tersebut. Dari sepuluh faktor penyebab perselingkuhan dan perceraian nan ia temukan, 80% di antaranya disebabkan oleh kegagalan dalam komunikasi. Adapun bentuk turunannya dapat bermacam-macam, mulai dari hilang rasa saling percaya, rasa saling menghargai, hingga akhirnya kesetiaan pun memudar—sebagaimana nan terjadi kepada istrinya Pak Fulan.

Pertanyaannya sekarang, apa saja nan mengakibatkan terjadinya kendala dalam komunikasi tersebut terutama nan bersifat interpersonal? Setidaknya ada tiga penyebab.



1. Kendala dalam Komunikasi - Tidak Ada Kepercayaan (Trust)

Sikap percaya ialah syarat pertama dalam membangun komunikasi nan baik. Ketika kepercayaan itu hilang, hilang pula efektivitas dari sebuah proses komunikasi. Sebagai contoh, ketika kita tak percaya kepada seorang teman, mungkin sebab ia tak jujur atau kita merasa kalau ia akan berkhianat, biasanya kita pun akan menjaga jeda dengan dia, tak terlalu membuka diri, berbicara pun hanya seperlunya. Akibatnya, interaksi komunikasi nan terjalin menjadi sangat dangkal dan tak akrab.



2. Kendala dalam Komunikasi - Sikap Defensif

Sederhananya, defensif memiliki makna bertahan. Sikap ini biasanya akan muncul ketika seseorang berlaku tak jujur, menyembunyikan sesuatu, tak menerima, dan kehilangan sikap ikut merasakan terhadap versus bicara. Orang nan defensif selalu mengalami kendala dalam komunikasi sebab dalam berkomunikasi cenderung buat lebih banyak bertahan dan melindungi diri daripada berusaha memahami pesan nan disampaikan orang lain.

Ada banyak hal nan menyebabkan seseorang berlaku defensif, baik nan bersifat situasional, misalnya konduite komunikasi orang lain nan terlalu agresif, maupun nan bersifat personal, seperti sikap rendah diri, ketakutan, kecemasan, pengalaman nan buruk, dan sebagainya.

Kita ambil contoh, seorang suami nan takut perselingkuhannya terbongkar, cenderung buat defensif ketika pembicaraan istrinya menyerempet pada tema perselingkuhan. Atau, seseorang nan dituduh mencuri, akan mati-matian mempertahankan diri bahwa ia tak mencuri—ini faktor situasional.



3. Kendala dalam Komunikasi - Sikap nan Tertutup

Hambatan dalam komunikasi interpersonal akan terjadi apabila satu pihak atau kedua pihak nan berkomunikasi tak saling terbuka. Sikap ini akan timbul ketika seseorang menilai pesan nan disampaikan orang lain berdasarkan motif pribadinya.

Artinya, setiap pesan akan dinilai berdasarkan desakan dari dalam diri nan bersangkutan, misalkan sebab merasa diri sahih dan orang lain salah, merasa berkuasa atau ingin berkuasa, ingin bertahan dalam zona nyaman, egois, sebab keyakinan, dan sebagainya. Pak Fulan, sebagaiman dalam kisah di atas, terlihat sangat tertutup dan kaku kepada istrinya sebab ia merasa berkuasa dan tak layak diperintah ini dan itu.

Sekarang coba Anda bayangkan, satu faktor saja sudah menjadi kendala dalam komunikasi, bagaimana jika ketiganya bergabung? Ternyata, bergabungnya tiga sikap ini dalam proses komunikasi akan melahirkan sikap saling tak mengerti, tak menghargai, dan pada akhirnya akan menghancurkan interaksi interpersonal.

Selain kendala dalam komunikasi nan telah dijelaskan di atas, seperti nan diungkapkan Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, lalu A.F dan Charles Wankel sebagaimana nan dikutip oleh Herujito (2001),masih ada beberapa kendala terhadap komunikasi nan efektif, di antaranya sebagai berikut.

  1. Mendengar; Banyak hal atau informasi nan ada di sekeliling kita, namun tak semua nan kita dengar dan tanggapi. Informasi nan menarik bagi kita, itulah nan ingin kita dengar.

  2. Mengabaikan dan menilai sumber informasi; Kita cenderung mengabaikan informasi nan diutarakan oleh seorang anak kecil.

  3. Persepsi nan berbeda; disparitas persepsi antara si pemberi pesan dengan penerima pesan akan menghambat komunikasi, bahkan melahirkan pertengkaran.

  4. Pengaruh emosi; Pada keadaan marah, seseorang sulit menerima informasi. informasi apa pun nan diberikan tak akan ditanggapinya.

  5. Gangguan; Gangguan iini dapat berupa suara nan bising saat berkomunikasi, jeda nan terlalu jauh, dan lain-lain.