Solusi buat Kebakaran Hutan di Indonesia
Di beberapa daerah di tanah air, kebakaran hutan seolah menjadi salah satu macam dari bala alam nan meresahkan masyarakat. Kenapa dikatakan bala alam? Sebab sepertinya kita telah menganggap musibah kebakaran hutan ini terjadi sebagai suatu bentuk rutinitas di daerah tertentu. Sebutlah Riau, dengan luas hutan nan dahulunya cukup diperhitungkan, lambat laun sebab musibah ini terjadi secara terus menerus, alhasil luas hutan di Riau semakin berkurang.
Di Indonesia sebenarnya akan lebih tepat jika kebakaran di hutan bukan dikatakan sebagai kebakaran. Sebab kesan maknanya seolah tak disengaja. Fakta nan kerap terjadi di lapangan ialah proses kebakaran di hutan itu nyata-nyata dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu. Oleh karena itu lebih layak dikatakan bala pembakaran hutan bukan?
Bencana pembakaran hutan ini akan berdampak serius pada kondisi kesehatan udara daerah bersangkutan. Pekanbaru misalnya sebagai ibu kota Propinsi Riau merupakan kawasan nan sangat rawan terkena akibat pencemaran asap dampak pembakaran hutan. Di kawasan lain nan masih memiliki kawasan hutan nan cukup luas seperti Kalimantan, bala ini pun kerap terjadi.
Tak hanya meresahkan masyarakat dalam negeri, negara jiran pun turut merasakan akibat dari bala ini. Singapura dan Malaysia merupakan negara nan sangat sering menerima produk ekspor asap kita.
Bencana kebakaran di hutan akan memberikan banyak pengaruh jelek pada masyarakat setempat. Selain memperburuk kesehatan, keberadaan kabut asap juga akan mengganggu sistem penerbangan bandara daerah terkait. Akibatnya tidak sporadis jadwal penerbangan ditunda atau bahkan dibatalkan sebab gangguan asap tadi.
Penyebab Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan nan terjadi hampir setiap tahun di berbagai kawasan di tanah air sebenarnya tidak lain disebabkan oleh ulah manusia-manusia Indonesia itu sendiri. Kurangnya pencerahan buat menjaga lingkungan menyebabkan sebagian masyarakat kita ceroboh dalam menjaga kelestarian kekayaan alam nan dititipkan Tuhan buat kesejehteraan manusia itu sendiri.
Di Amerika, kejadian kebakaran hutan hanya berlangsung selama puluhan tahun sekali, itu pun terjadi diakibatkan faktor alam. Misalnya angin atau pun cuaca. Cuaca nan cukup panas akan menyulut proses oksidasi reranting pohon kering nan saling bergesekan. Dampak gesekan ini muncul percikan api, dan terjadilah kebakaran tersebut.
Adapun beberapa hal penyebab terjadi kebakaran hutan nan fatal di tanah air hingga berdampak pada musibah asap di antaranya disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Pembukaan Area Perkebunan
Salah satu hal nan menjadi faktor kebakaran hutan di tanah air ialah pembukaan kawasan hutan nan ditujukan buat area perkebunan. Di Riau biasanya pembakaran hutan dilakukan buat membuka kawasan perkebunan kelapa sawit. Pembakaran hutan ini biasanya dilakukan saat musim kemarau oleh perusahaan eksklusif dan berlangsung cukup lama.
Proses kerja nan tak profesional menyebabkan jumlah asap nan dihasilkan dari proses pembakaran tak bisa dikendalikan. Tidak adanya sikap tegas dari pemerintah buat mengantisipasi hal ini menyebabkan kondisi ini terus terjadi setiap tahun dan berlarut-larut. Bahkan lagi-lagi terkadang kita latah menyebut bala ini sebagai musim, musim asap nan mengiringi musim kemarau.
2. Kecerobohan Warga
Musim kemarau ialah kesempatan bakar-bakar, begitu mungkin pemikiran sebagian penduduk nan terbiasa membersihkan huma mereka dengan cara membakar. Hal ini tak hanya dilakukan oleh orang seorang saja, bahkan terjadi dalam jumlah nan besar. Akibatnya, berkumpullah asap hasil pembakaran hutan nan dilakukan oleh perusahaan buat pembukaan kawasan perkebunan dengan asap hasil kecerobohan masyarakat.
Akumulasi asap ini sulit buat dihentikan karena musim kemarau nan sedang terjadi. Dan pemerintah pun barulah sibuk menanganinya dengan proses pembuatan hujan buatan. Sebenarnya akan lebih bijak jika kita mengantisipasi musibah ini ketimbang mengobati kondisi tersebut. Perlu ada upaya tegas dari pemerintah buat mengatasi sikap-sikap tidak bertanggung jawab warganya.
Kebakaran Hutan di Indonesia Semakin Memilukan
Indonesia nan memiliki kawasan hutan sangat besar berperang krusial sebagai paru-paru dunia, terlebih negara ini mempunyai 10% hutan tropis global nan masih ada atau tersisa. Selain itu, tercatat hutan di Indonesia ialah loka dan rumah bagi 1.519 spesies burung, 12% dari jumlah holistik spesies mamalia, 25% spesies ikan di dunia, 16% spesies reptil, dan 16% spesies ampibi. Sebagian besar spesies tersebut bersifat endemik atau hanya dapat ditemukan di loka tersebut.
Akhir-akhir ini, hutan di Indonesia sedang berhadapan dengan permasalahan cukup pelik. Selain pembalakan hutan berskala besar (deforestasi), kebakaran di hutan nan setiap tahun hampir terjadi pun menjadi sebuah persoalan khas nan sulit diatasi.
Kini, kebakaran di hutan Indonesia sudah menjadi warta internasional sebagai isu lingkungan dan juga ekonomi. Peristiwa ini dipandang sebagai ancaman nan cukup potensial bagi pembangunan berkesinambungan karena dampaknya berimbas secara langsung terhadap ekosistem, keanekaragaman hayati, dan kontribusi emisi karbon.
Di pengujung 1997 dan awal 1998, global internasional dapat melihat betapa mengerikan dan menyedihkannya insiden saat barah melalap jutaan hektar hutan tropis di Indonesia. Bala dahsyat ini menyisakan lintasan panjang di Sumatera dan Pulau Kalimanan berupa kumpulan asap tebal nan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Kebakaran ini pun sangat membahayakan bagi keamanan transportasi udara dan juga menyebabkan kerugian ekonomi nan cukup besar di seluruh wilayah tersebut. Bahkan, sejumlah negara tetangga pun empati dampaknya.
Solusi buat Kebakaran Hutan di Indonesia
Terbakarnya hutan tentu mengakibatkan banyak imbas negatif, baik nan bersifat ekologis, ekonomis, dan politis. Bagi masyarakat, imbas dominan dan paling dirasakan yaitu gangguan asap karena berdampak langsung terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Hingga saat ini, kebakaran di hutan masih sering terjadi. Berdasarkan data hotspot (titik panas) dari NOAA-18 hingga akhir bulan September 2012, penyebaran titik panas masih terjadi di sejumlah provinsi seperti di Kalimantan Barat sekitar 6.289 titik, Riau sebanyak 4.600 titik, Sumatera Selatan sebanyak 5.714 titik, Jambi sebanyak 2.311 titik, dan Kalimantan Tengah sebanyak 3.205 titik.
Melihat fakta seperti ini, diperlukan penanganan serius buat mengatasi kebakaran di hutan Indonesia saat ini. Pada intinya, semua pihak wajib bertanggung jawab dan tidak boleh lepas tangan. Pemerintah dan juga masyarakat dihimbau lebih mengedepankan aspek pencegahan karena akan lebih efektif mengatasi kebakaran huma dan hutan.
WWF Indonesia ialah salah satu pihak nan ikut berpartisipasi menanggulangi permasalahan ini. Ya, selama perjalanan panjang menjaga kelestarian hutan Indonesia, WWF Indonesia pun ikut aktif memberi solusi dari permasalahan kebakaran di hutan Indonesia.
Beberapa tahun terakhir ini, kegiatan konkret di lapangan buat meminimalisir kebakaran sudah sering dilakukan seperti memonitor titik barah serta memetakan distribusi titik barah berdasarkan penggunaan lahan, membuat peta konsesi perusahaan nan sudah terindikasi adanya hotspot di area tersebut, serta menyelenggarakan judicial workshop buat menegakkan hukum kasus kebarakan huma dan hutan.
Selain itu, WWF pun sedang mengadakan beberapa kegiatan buat mencegah terbakarnya hutan seperti memfasilitasti masyarakat dalam rangka peningkatan kapasitas pengendalian kebakaran huma dan hutan, pengenalan tentang zero burning, dan juga peningkatan pencerahan akan bahya kebakaran. WWF Indonesia pun tengah melakukan pengenalan dan promosi zero burning sekaligus manajemen kebakaran kepada pihak swasta. Peran lainnya ialah memfasilitasi antarinstansi pemerintah daerah dalam mensinergikan usaha pengendalian kebakaran huma dan hutan.
Itulah ulasan seputar kebakaran hutan di Indonesia dan solusinya. Lindungi selalu hutan Indonesia!