8 Mitos Kepribadian Introvert

8 Mitos Kepribadian Introvert

Jika melihat seseorang nan bahagia menyendiri, sporadis mengobrol atau pendiam, pemalu, dan kurang suka berteman sehingga tak populer, maka biasanya kita mengatakan orang tersebut punya kepribadian introvert . Berdasarkan sifat-sifatnya tersebut membuat kita sampai pada satu konklusi bahwa ia memiliki kepribadian nan cenderung tertutup.



Introvert-Ekstrovert

Carl Gustaf Jung ialah nan pertama kali memerkenalkan konsep introvert dalam pengklasifikasian kepribadian seseorang. Tokoh psikoanalisis dari Swiss ini berpandangan bahwa ada dua tipe kepribadian manusia, yaitu ekstrovert dan introvert.

Apabila introvert diartikan sebagai kepribadian nan menutup diri dari lingkungan sosial, maka ekstrovert kebalikannya. Kepribadian ekstrovert dikenal supel atau mudah berteman dan popoler. Hal ini dikarenakan orang ekstrovert membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.

Orang introvert bila dianalogikan ibarat lingkaran tertutup sehingga tak ada satu pun celah nan dapat dimasuki oleh sesuatu dari luar lingkaran itu. Berbeda dengan mereka nan berkepribadian ekstrovert, diibaratkan seperti lingkaran setengah terbuka (kurva).

Karena setengah terbuka maka memungkinkan ada celah buat dimasuki sesuatu dari luar lingkaran. Ini membuat orang introvert cenderung sukar dipengaruhi atau mendapat pengaruh dari orang-orang sekitar. Berbeda dengan orang ekstrovert nan peka terhadap pengaruh dari luar dirinya.

Jung sebagai penggagas teori introvert-ekstrovert menguraikan bahwa dua tipologi kepribadian ini merupakan dampak dari kesamaan seseorang terhadap global subjektif atau objektif. Global subjektif ialah global di dalam diri, sedangkan global objektif diartikan sebagai global di luar dirinya. Orang introvert dominan pada global subjektif, sebaliknya orang ekstrovert dominan pada global objektif.

Namun, Jung juga mengatakan bahwa memungkinkan saja bila ada individu nan memiliki kesamaan pada global subjektif atau objektif sekaligus. Individu seperti ini tak dapat digolongkan sebagai kepribadian ekstrovert atau introvert, dan kondisi ini termasuk sporadis ditemukan. Lazim terjadi ialah seseorang tergolong berkepribadian tertutup (introvert) atau terbuka (ekstrovert).

Dalam perkembangannya sebagian masyakat meyakini bahwa orang introvert itu akan sulit sukses. Mengapa? Karena mereka berkeyakinan bahwa buat sukses, seseorang harus mudah berteman dan memiliki berbagai sifat khas orang ekstrovert. Benarkah demikian? Ternyata hal itu hanyalah mitos.



8 Mitos Kepribadian Introvert

Seiring makin banyaknya penelitian mengenai konduite manusia, membuat beberapa teori kepribadian juga mengalami perubahan (revisi). Teori introvert-ekstrovert ala Jung termasuk salah satu dari teori nan direvisi. Khususnya pemahaman mengenai orang introvert, ditemukan beberapa ketidakakuratan. Pemahaman nan salah ini pun disebut sebagai ‘mitos kepribadian introvert’. Apa saja mitos-mitos tersebut, berikut ini 8 di antaranya:



1. Orang introvert itu pendiam

Karena kesamaan tak suka berbincang berlama-lama dengan orang lain, maka orang introvert ‘divonis’ sebagai pendiam . Padahal ini tidaklah benar. Orang introvert juga bahagia mengobrol, hanya saja mereka selektif ketika melakukannya.

Mereka akan mengoceh tanpa henti saat menemukan topik pembicaran nan mereka sukai dan dianggap bermanfaat buat diperbincangkan. Adapun topik pembicaraan nan bersifat remeh temeh seperti gosip atau hal-hal sepele lainnya akan mereka hindari. Cara menghindari yaitu dengan diam atau pasif (malas-malasan) saat diajak berbincang-bincang.



2. Orang introvert itu tak gaul atau pemalu

Sifat pemalu dilekatkan pada orang introvert sebab kesamaan mereka buat menjauh dari orang lain atau menyendiri. Memang sahih bahwa orang introvert tak menyukai keramaian, tapi itu dilakukan bukan sebab malu.

Sifat malu biasanya didasari sebab perasaan takut ditolak oleh orang lain atau tak percaya diri. Nah, orang introvert tak seperti itu. Kalau pun ada kesan malu nan terlihat lebih dikarenakan kebutuhan sosial mereka tak sebesar orang ekstrovert. Hal ini membuat konduite buat bersosialisasi bukan jadi prioritas mereka.

Mereka pun tak masalah bila versus bicaranya bersikap sopan atau tidak. Sepanjang hubungan sosial itu memberikan sesuatu nan berarti bagi mereka, hal-hal lainnya menjadi tak penting. Kesan cuek dan cool pun lebih kentara terasa daripada sifat malunya.



3. Orang introvert itu tinggi hati atau sombong

Kesan nan salah bila menganggap orang introvert itu sombong. Fenomena sebenarnya ialah mereka termasuk orang nan apa adanya dalam bersikap (tidak dibuat-buat/manipulatif, dan malas buat berbasa-basi. Apa nan mereka pikirkan, itulah nan mereka katakan atau lakukan. Sikap to the point ini nan sering kali dipersepsi galat oleh orang lain sebagai sikap tinggi hati.



4. Orang introvert itu tak berjiwa sosial

Ada sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang introvert memiliki jiwa sosial nan minim. Kepedulian mereka terhadap orang lain tergolong rendah. Anggapan ini dikarenakan orang introvert pada umumnya memiliki teman nan sedikit, tak sebanyak orang ekstrovert.

Kenyataan sebenarnya ialah orang introvert sangat menghargai orang lain. Dalam pertemanan, mereka lebih mengutamakan kualitas pertemanan daripada kuantitas. Tak mengherankan bila orang introvert termasuk jenis sahabat setia dan rela berkorban buat sahabatnya.



5. Orang introvert itu suka menyendiri

Anggapan ini hanyalah mitos. Jauh dari benar. Orang introvert merasa nyaman dengan segala hal nan bersifat kontemplatif atau global dalam dirinya (dunia subjektif). Kecerdasan intrapersonal mereka di atas rata-rata.

Orang introvert ialah para pemikir ulung nan tentu saja membutuhkan lingkungan aman bagi aktivitas mereka itu. Yaitu lingkungan nan jauh dari keramaian atau hiruk pikuk orang lain. Jadi, kelakuan bahagia menyendiri disebabkan mereka memang membutuhkannya, bukan sebab suka.



6. Orang introvert itu freak atau aneh

Memang sahih bahwa orang introvert itu individualistis. Sifat individulistis mereka terlihat dari kesamaan buat berpikir bagi diri sendiri. Dalam beberapa hal, mereka tak peduli dengan segala hal populer di masyarakat serta ‘latah’ mengikutinya (ikut-ikutan).

Mereka bersikap seperti itu sebab punya pandangan atau pemikiran sendiri. Walaupun pandangan mereka itu terkesan aneh bagi orang lain, mereka tetap melakukannya dan tak terpengaruh. Jadi, lebih tepat dikatakan jika orang introvert itu bukanlah freak /aneh, tapi punya prinsip dalam menjalani hidup.



7. Orang introvert itu tak tahu bagamana caranya bersenang-senang

Ada inovasi terbaru dalam bidang neuropsikologi bahwa otak orang introvert lebih peka terhadap dopamine. Adapun dopamine dikenal sebagai salah satu neurotransmitter di otak nan juga memicu peningkatan kadar adrenalin . Ketika kadar adrenalin seseorang bertambah, maka detak jantung lebih meningkat dan menimbulkan rasa gembira. Biasanya ini terjadi saat seseorang melakukan tindakan ekstrim, seperti bug jumping atau olahraga ekstrim lainnya.

Bagi sebagian orang, melakukan tindakan/olahraga ekstrim ialah salah satu cara bersenang-senang. Sebaliknya bagi orang introvert, mereka tak menyukai dan menghindarinya. Bukan sebab tak tahu cara bersenang-senang, tapi sebab kondisi otak mereka nan sensitif terhadap dopamine. Untuk bersenang-senang, mereka lebih memilih aktifitas di dalam rumah atau alam bebas nan tenang dan damai.



8. Orang introvert itu tak berguna bagi masyarakat

Ada sebuah penelitian nan menemukan interaksi signifikan antara orang introvert dengan nilai IQ (kecerdasan intelektual). Semakin tinggi kesamaan introvert, maka semakin tinggi pula skor IQ-nya.

Penelitian ini secara gamblang membantah asumsi bahwa orang introvert ialah pribadi gagal di masyarakat sebab tak berkontribusi apa pun. Sebaliknya dengan temuan IQ nan tinggi, menunjukkan bahwa mereka punya nilai kegunaan bagi masyarakat. Daripada berusaha mengubahnya menjadi pribadi ekstrovert (karena dianggap sebagai karakteristik orang sukses), akan lebih bijak bila memberikan mereka kebebasan menjadi diri sendiri.[]