Tips

Tips



Stok Ilmu

Sebelum berbicara lebih jauh tentang memenangkan lomba menulis esai , setiap peserta perlu meyakinkan diri bahwa ketekunanlah kunci buat memenangkan segala sesuatu. Semakin tekun belajar dan berlatih, semakin dekat pula pada kemenangan. Cobalah banyak membaca esai nan berkualitas. Lihat situs penyelenggara lomba. Pelajari visi dan misinya. Biasanya visi dan misi ini akan sangat terkait dengan penilaian. Pihak panitia tentunya ingin menanyangkan esai nan menang di situsnya.

Kalau esai nan dibuat tak sinkron dengan misi dan visi situ nan menyelenggarakan, jangan berharap esai tersebut akan menang. Setiap media nan ada di internet maupun media cetak, mempunyai ideologi dalam mengusung jurnalistisk nan mereka geluti. Kalau ideologinya mengacau kepada agama tertentu, artinya esai nan dikendaki harus berdasarkan hukum dan kebiasaan dari agama nan dianutnya.

Gaya penulisan dari setiap media juga bhineka berdasarkan siapa nan akan membacanya. Kalau nan akan membaca tulisan mereka ialah remaja, maka gaya penulisan pun cukup santai dan menggunakan bahasa gaul anak-anak masa kini. Sebaliknya, kalau target pembaca itu ialah kalangan akademisi, maka esai nan ditulis harus memasukan unsur keilmiahan. Artinya ialah bahwa surat keterangan sine qua non dan teknik penulisan jug aharus berdasarkan anggaran nan baku.

Penggunaan slogan pada keilmuan eksklusif juga harus diikuti. Biasanya ada tema besar nan diusung oleh setiap lomba esai tersebut. Setelah itu ada beberapa topik nan dapat dipilih. Topik inilah nan hendaknya dipilih berdasarkan latar keilmuan sang penulis. Dengan adanya surat keterangan dari bidang keilmuan, maka akan sangat mudah menulis esai tersebut. Ketika menulis, selain ingin mendapatkan rasa bahagia, juga ada niat memberikan sesuatu kepada pembaca.

Kalau sekiranya tak ada kegunaan sama seklai, buat apa ditulis. Akan lebih berbobot lagi kalau dalam esai itu dicantumkan catatan dari penelitian nan dibuat oleh penulis sendiri. Dengan adanya data penelitian ini, maka isi esai akan semakin bagus dan berbobot. Berpendapat boleh saja. Tetapi hendaknya tak membenturkan kebiasaan nan ada di masyarakat. Jangan membuat salah satu hukum nan diakui di masyarakat menjadi seperti saling tuding oleh sebab pandapat nan kurang sahih dan sudut pandang nan kurang pas.

Kalau ingin mengambil satu hukum, tetapkan hukum mana nan akan dipakai. Hal ini agar tulisan tak seperti sok tahu dan sangat menggurui. Jangan sampai pembaca merasa risih dan merasa emosi setelah membaca esai tersebut. Beda kalau lomba nan diselenggarakan memang mengusung teknik mengkritik. Tetapi tetap saja tak diharapkan mengkritik tanpa landasan dan hanya berdasarkan perasaan. Kritik tanpa data itu bagaikan macan ompong.

Bisa jadi Anda perlu mengingat bagaimana para konsumen membeli suatu produk dari personal sales (penjual dari pintu ke pintu) sebab capek terlalu sering menghadapi mereka. Semakin tekun seorang sales, maka semakin dekat ia dari insentif penjualan. Kerja keras mencari sumber ilmu dan surat keterangan sebelum menulis itu akan bukan saja akan memberikan kepuasan tersendiri, namun juga akan menambah keilmuan.

Seseorang nan menginvestasikan waktunya buat menuntut ilmu dari manapun dan dari siapapun biasanya akan menjadi sumber ilmu bagi lingkungannya. Ia tak hanya menjadi rujukan, tetapi juga dapat menjadi guru. Walaupun tak menang, paling tak ada satu kepuasan ketika merasa ilmu itu bertambah. Jangan sungkan mengikuti suatu lomba. Tidak harus menang. Tantangannya itu nan akan memberikan motivasi dan semangat membaca dan berdiskusi dengan banyak orang.


Yang tadinya tak tahu menjadi tahu. Pandangan dan pemikiran tentang hal tersebut niscaya menjadi berbeda. Perubahan ini tentu akan mendatangkan ketenangan tersendiri. Mungkin saja malah tak ada lagi perasaan jelek sangka terhadap sesuatu setelah mengetahui apa nan terjadi sebenarnya. Keterbukaan ini ialah imbas nan sangat baik ketika akan mengikuti lomba.



Tantangan

Tidak sedikit orang nan berkali-kali mengikuti sebuah lomba penulisan esai, tak pernah menang. Namun, sebab merasa mendapatkan banyak manfata dari mengikuti lomba tersebut, ia tetap saja ikut hingga berkali-kali. Hadiah nan ia dapatkan paling hanya berupa hadiah hiburan seperti buku dan kaos. Tetapi inilah seni hidup. Tidak semua perjalanan memberikan hasil. Tetapi hal ini bukannya menyurutkan langkah. Hayati ini sama dengan menunggu mati. Bergerak atau tak bergerak, nanti akan wafat juga.

Lebih baik bergerak. Dalam mobilitas itu niscaya ada perubahan. Perubahan inilah nan nantinya akan mengubah gambaran diri. Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang nan sering ikut lomba menulis tetapi gagal terus, lalu menerbitkan bukunya sendiri dan ia sukses. Tidak ada penulis nan jelek. Yang ada ialah orang nan tak mau menulis atau penulis nan tak mau meningkatkan ilmunya. Lomba menulis itu akan memberikan semangat.

Tulisan nan kalah jangan dibuang. Siapa tahu dapat digunakan buat medaia lain dan dibayar. Ingatlah bahwa setiap media itu mempunyai karakteristik masing-masing. Tidak laku di satu tempat, mungkin akan langsung diterbitkan di loka nan lain.

Tapi mungkin sales dan insentif penjualan bukan pengibaratan nan tepat buat ini. Karena dapat saja konsumen menutup pintu sebelum Anda muncul dan menyumpah di balik punggung Anda. Tapi asalkan Anda tahu bagaimana tekun dan sukses saling berhubungan. Itu sudah cukup, tak perlu lagi pengibaratan nan aneh-aneh.



Tips

Adapun tips mengikuti lomba menulis esai sebagai berikut:


1. Ikuti anggaran nan berlaku
Biasanya, panitia lomba menulis esai memberikan aturan-aturan eksklusif kepada para peserta lombanya. Beberapa anggaran tersebut meliputi topik nan diperlombakan, jumlah maksimal atau minimal kata, batas waktu perlombaan,, format penulisan esai, dan tetek bengek lainyya.

Perhatikanlah betul aturan-aturan tersebut. Karena satu anggaran saja Anda lewatkan, esai Anda bisa terlempar ke loka sampah sebelum juri membacanya. Hal ini sering terjadi pada perlombaan-perlombaan bergengsi nan menerima terlalu banyak peserta.

2. Berbahasalah dengan benar
Menulis esai bukanlah sebatas pada memaparkan fakta dengan kaku. Sebaiknya Anda berusaha buat memunculkan ikatan emosional dengan pembaca serta menuliskan esai tersebut dengan hangat dan bersahabat, tentu dengan tanpa mengesampingkan fakta-fakta nan ada.

Ingatlah bahwa pembaca Anda juga manusia nan bernafas, berperasaan, dan ada pula jantung di rongga dadanya. Maka gunakan tata bahasa nan layak mereka dapatkan, bukan tata bahasa nan Anda gunakan buat berbicara dengan robot.

Akan tetapi, jangan pula Anda terlalu keluar dari penggunaan kata, frasa, dan kalimat nan ringkas dan tepat makna. Hindari penggunaan kata nan bermakna konotasi, apalagi berpotensi buat memunculkan banyak tafsir. Di sisi lain, Anda tentu sudah hafal di luar kepala behwa falsafah penggunaan kata mengatakan “semakin sedikit ialah semakin baik.” Sementara buat ejaan, konsistenlah buat berpegang pada EYD (ejaan nan telah dibenarkan).

3. Perhatikan kualitas isi esai Anda
Isi esai nan bagus ialah nan orisinil, orisinil dari buah pemikiran Anda sebagai penulisnya. Dengan kata lain, jika Anda menjiplak gagasan orang lain atau terlalu banyak merujuk buat hal-hal nan vital, maka isi esai Anda tak lebih dari pada koleksi gagasan-gagasan orang lain.

Selain itu, isi nan bagus mencakup hal-hal nan aktual, menarik dan bermanfaat. Sehingga Anda dituntut buat selalu memperbaharui pengetahuan Anda, kemudian menyajikannya dengan semenarik mungkin. Oh ya, kebermanfaatan atau akibat dari esai juga memiliki poin lebih dari pada esai nan mandul meskipun esay tersebut meyakinkan.

4. Organisasikan esai Anda
Susunan rangkaian paragraf atau gagasan-gagasan nan Anda sajikan secara runtut dan padu. Ikatan antar paragraf haruslah bersimpul kuat. Jangan sampai paragraf nan membicarakan tentang kemiskinan Bangsa Indonesia, serta merta Anda lanjutkan dengan paragraf nan membicarakan tentang Barack Obama tanpa Anda selingi dengan belokan nan lembut.

Baiklah, Selamat menulis dan jangan mudah menyerah ya…. Kepuasan nan sebenarnya sudah Anda miliki ketika pengetahuan bertambah. Soal menang, dianggap insentif sajalah….