Legenda di Gunung Bromo
Gunung Bromo meletus , ternyata sudah berkali-kali. Gunung ini memang tergolong sebagai gunung berapi aktif nan berbahaya. Itu sebab saat Gunung Bromo meletus, seringnya terjadi dengan sistem terbuka.
Pegunungan Bromo
Sejak naiknya aktivitas vulkanis di Gunung Merapi, Yogyakarta, sejumlah gunung berapi di Indonesia nan terletak atau berada pada jalurnya turut meningkat aktivitasnya. Gunung ini termasuk golongan gunung nan mengeluarkan lava dengan cara erupsi sentral, di mana lava akan keluar melalui terusan kepunden atau diatrema .
Hasil dari erupsi inilah nan menyebabkan terbentuknya gunung strato atau disebut juga gunung barah berlapis, di mana erupsi nan terjadi tergolong ke dalam jenis erupsi campuran. Genre lava nan kental ketika akan keluar segera menjadi padat dan akhirnya tak bisa mengalir cukup jauh dan tertahan di daerah sekitar puncak. Tumpukan lava ini membuat gunung strato semakin lama semakin tinggi dan meruncing.
Pada saat meletus, gas nan terbentuk dalam magma tersebut akan mendorong lava dan material lainnya menyembur ke udara. Materi ini akan terpecah menjadi partikel-partikel dan gumpalan-gumpalan nan berpijar nan bisa menghanguskan. Oleh sebab itu, hal ini patut diwaspadai, terutama oleh penduduk sekitar nan tinggal di lereng-lereng gunung berapi nan merupakan daerah rawan bencana.
Gunung Anak Krakatau di Jawa Barat juga sempat naik aktivitasnya. Begitu juga dengan Gunung Bromo di Jawa Timur bahkan sempat dinaikkan statusnya dari siaga ke awas.
Namun, justru dengan meningkatnya aktivitas vulkanis mengundang minat wisatawan buat berkunjung dan menyaksikannya. Baik wisatawan domestik maupun asing bertambah jumlahnya nan berkunjung ke Bromo.
Ia mempunyai kaldera dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Saat meletus, daerah bahayanya mencapai seluas 4 km dari pusat kawah.
Tentang nama Bromo sendiri, ini berasal dari bahasa Sansekerta/ Jawa Kuno, “Brahma”, yaitu salah seorang dewa primer dari agama Hindu. Mengenai ketinggiannya, kurang lebih mencapai 2.392 meter di atas permukaan laut.
Sementara keberadaannya, mencakup dalam empat wilayah kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Ia memiliki kawah atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Meskipun Gunung Bromo sekarang tampak aman, tapi masyarakat di sekitarnya tetap perlu waspada, karena gunung ini masih dalam status aktif. Tapi, sebab stastusnya nan masih aktif itu, malah membuatnya menjadi menarik hingga terkenal sebagai loka wisata nomor satu di Jawa Timur.
Tentunya, itu tidak lepas dari adanya lautan pasir nan luas di sekeliling kaldera Bromo. Sampai saat ini, lautan pasir ini masih terlihat mengepulkan asap secara periodik.
Sejarah Letusan
Mengenai kapan saja Gunung Bromo meletus , memang terlalu banyak buat diingat. Adapun letusan terbesar terjadi pada 1974. Dan, mengenai urutan letusan gunung bromo dari tahun ke tahun, ialah sebagai berikut.
2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1940, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.
Gempa vulkanis tentunya menyebabkan akibat terhadap permukaan bumi. Berikut ini ialah beberapa akibat nan terjadi dampak gempa vulkanis terhadap permukaan bumi.
- Ledakan pada kepundan menyebabkan terjadinya lubang besar nan disebut kaldera di puncak gunung api.
- Bila kaldera nan terbentuk berukuran sangat besar, sehingga lubangnya menjadi danau besar, maka disebut kaldera. Contoh kawah ialah Danau Toba, nan terbentuk dampak letusan Gunung Toba.
- Terjadinya anak gunung berapi.
Ketika sebuah gunung barah meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel nan panas ke udara. Kemudian, menyebar ke lingkungan sekitarnya. Salah satu material nan dikeluarkan gunung barah ialah abu vulkanis.
Ketika pertama kali muncul, abu nan sangat panas dan pekat ini dapat membahayakan, sehingga harus dihindari. Namun, begitu kondisi mendingin, abu nan melapisi permukaan tanah tersebut akan menunjukkan keajaiban dalam meningkatkan kesuburan.
Dampak dari letusan gunung vulkanik tersebut, terbentuklah tanah vulkanik. Tanah vulkanik, yaitu lapisan bumi nan terbentuk dari materi-materi letusan gunung berapi nan telah lapuk.
Tanah vulkanik sangat fertile sebab mengandung unsur-unsur hara nan tinggi. Kita dapat menjumpai tanah vulkanik di wilayah-wilayah sekitar lereng gunung berapi.
Tanah vulkanik dibentuk dengan tambahan abu vulkanik dari gunung berapi nan meletus. Abu vulkanik merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral.
Lapisan tanah nan dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan dapat menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah vulkanis diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, kondisinya akan semakin prima.
Tidak mengherankan jika banyak orang nan tetap memilih buat tinggal di sekitar gunung berapi. Meskipun gempa bumi vulkanik dan letusan gunung berapi sangat menakutkan dan membahayakan, khasiatnya sangat banyak, salah satunya menyuburkan tanah, sehingga penduduk dapat menjadikan lahan-lahan di lerengnya sebagai lokasi pertanian nan menjanjikan.
Legenda di Gunung Bromo
Ada sebuah legenda di Gunung Bromo, yaitu tentang cerita asal-usul Suku Tengger nan menghuni wilayah pegunungan ini. Cerita bermula saat tanah Jawa berada di bawah kekuasaan Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit.
Sang raja mempunyai putri bernama Rara Anteng nan cantik. Kemudian, sang putri dinikahkan dengan pemuda keturunan Brahmana nan bernama Joko Seger. Tak berapa lama, terjadilah pergolakankan di pulau Jawa.
Majapahit pun jatuh dan dikuasai penganut agama lain. Masyarakat nan setia pada agama Hindu, lalu mengungsi ke pulau Bali. Sebagian lainnya, melarikan diri dan bermukim di sebuah dataran tinggi di kaki Gunung Bromo.
Mereka nan mengasingkan diri di Gunung Bromo ini, dipimpin oleh Roro Anteng dan Joko Seger. Selamanya mereka menetap di Gunung Bromo, bahkan sampai anak cucu mereka. Dan, jadilah keturunannya sebagai suku Tengger, yaitu kependekan dari AnTeng dan SeGer.
Upacara Kasada (kasodo)
Salah satu daya tarik primer wisata di Gunung Bromo ialah adanya sebuah ngarai atau padang luas nan terdiri dari lautan pasir. Ngarai ini luasnya tercatat sekitar 10 km persegi dan satu-satunya gunung berapi nan memiliki ngarai dengan padang pasir terluas.
Sedangkan pada gunung berapi lainnya, pasir nan berasal dari hasil aktiftas vulkanis dan letusannya biasanya turun melalui lereng gunung dan membahayakan pemukiman nan ada di bawahnya.
Setelah melalui padang pasir, kita pun bisa naik ke Gunung Pananjakan buat melihat cakrawala. Ini memang merupakan daya tarik lainnya dari wisata Bromo. Gunung Pananjakan merupakan gunung paling tinggi di kawasan Pegunungan Bromo dan biasanya ramai dikunjungi buat menyaksikan sunset atau saat matahari terbit di ufuk timur. Pemandangan nan terhampar sangat menakjubkan dan sangat indah.
Ritual nan melibatkan seluruh penduduk Tengger ini dilakukan di sebuah Pura nan terletak di padang pasir di kaldera Bromo dan diarah menuju puncak Gunung Bromo sebagai sajen atau sesajian.
Suku Tengger, menganggap gunung Bromo sebagai gunung suci. Setahun sekali, yaitu pada tanggal 14 dan 15 bulan ke duabelas (tahun Jawa) atau bulan Desember/ Januari (tahun Masehi), mereka selalu mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo.
Upacara nan diadakan pada tengah malam hingga dini hari ini, mengambil loka di sebuah pura nan berada di bawah kaki Gunung Bromo Utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo.
Dalam upacara ini, Suku Tengger mengorbankan sebagian hasil sawah, ladang, dan ternak dengan cara melemparkannya ke kaldera Gunung. Hal itu diyakini sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain upacara Kasodo ini, sebenarnya masih ada upacara Karo dan Ayak-ayak.
Ritual tahunan ini melengkapi daya tarik obyek wisata di Jawa Timur ini. Selain kita bisa menikmati berbagai estetika alam pegunungan nan begitu menakjubkan, bila kunjungan wisata sinkron dengan diadakannya ritual Kasodo, maka kita juga akan bisa menyaksikan wisata budaya nan memikat.
Gunung Bromo meletus bisa menjadi mara bahaya dan sekaligus menjadi berkah bagi penduduk sekitar. Bahaya nan ditimbulkan oleh Gunung Bromo ini justru bisa mendatangkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan daya tarik para wisatawan. Semoga uraian tersebut bermanfaat.