Sejarah Ideologi dalam Mengubah Keadaan Suatu Bangsa

Sejarah Ideologi dalam Mengubah Keadaan Suatu Bangsa

Sejak kecil, kita sering mendengar istilah ideologi . Bagi nan telah menempuh pendidikan formal di sekolah, maka sudah tentu membaca atau belajar istilah ini mulai di bangku Sekolah Dasar. Berbagai buku atau media informasi lainnya bertebaran istilah atau kata ini. Tapi, pernahkah kita bertanya apa makna sebenarnya dari istilah ini? Apa kepentingan manusia atau sebuah negara mengadopsi ideologi eksklusif dalam kehidupannya?



Apakah Ideologi Itu?

Ideologi merupakan suatu ide atau pemikiran menyeluruh nan memberikan sudut pandang terhadap kehidupan. Memang diakui bahwa pengertian atau definisi dari istilah ini masih ramai diperdebatkan sampai saat ini. Berbagai pakar filsafat, ilmuan, pakar politik mendefinisikan ideologi dari sudut pandang keilmuan mereka. Tetapi, pengertian di atas cukup mewakili pengertian-pengertian nan berkembang.

Ide atau pemikiran nan tak sembarangan dapat dikatakan sebagai ideologi sebab istilah ini inheren pada ide pemikiran nan khusus, artinya kita tak dapat mengatakan suatu paham termasuk istilah ini tanpa terlebih dahulu mengetahui ciri suatu ideologi itu seperti apa. Sinkron definisi nan kita pakai sebelumnya, maka ciri utamanya ialah memberikan pandangan eksklusif terhadap kehidupan.

Antara ideologi satu dengan lainnya tidaklah sama dalam memberikan pandangannya pada kehidupan ini. Misalnya sekulerisme menggambarkan bahwa kehidupan ini harus diatur oleh manusia seutuhnya tanpa campur tangan Tuhan, dengan kata lain kaum sekuleris menolak adanya anggaran atau hukum agama dalam mengatur permasalahan negara.

Ini bisa dilihat bahwa kaum nan mengusung ide sekulerisme juga mengusung ide kebebasan. Sosialisme malah memberikan paham bahwa di global ini tak ada Tuhan sehingga agar tercapai suatu keadilan di tengah masyarakat diperlukan peran negara nan komprehensif/menyeluruh dalam mengatur masyarakat.



Apa Disparitas Antara Orang nan Berideologi dan Tidak?

Pahamini membentuk suatu pandangan dalam kehidupan setiap orang. Orang nan berideologi akan terlihat berbeda dengan nan tak berideologi. Orang nan tak menganut paham ini akan menjalani kehidupan tanpa baku dan tujuan nan tergambar. Berbeda halnya dengan nan telah terpengaruh paham ini, maka dia akan menjalani kehidupan sinkron dengan keyakinan ide nan dia pegang.

Misalnya, orang-orang nan berpaham sekulerisme akan gencar memprogandakan nilai-nilai kebebasan, menolak anggaran agama/keyakinan dalam masalah hukum negara. Mereka akan senantiasa berusaha agar negara atau wilayah nan dia diami sinkron dengan paham nan ia anut.



Sejarah Ideologi dalam Mengubah Keadaan Suatu Bangsa

Dalam sejarah dunia, diceritakan bagaimana kisah negara-negara di Eropa bangkit dari keterpurukan masa kegelapan atau sering disebut dengan istilah The Dark Ages . Apa nan membuat mereka bangkit? Jawabnya ialah saat itu mereka mulai menemukan ideologi demokrasi, kemudian memperjuangkannya serta membuang jauh peranan agama (Gereja Kristen) dan bangsawan dalam memonopoli kekuasaaan atau hal-hal nan bersifat kenegaraan.

Mulanya, gagasan demokrasi muncul di kalangan ilmuan-ilmuan filsafat nan mempelajarinya dari warisan budaya peradaban Yunani. Selanjutnya, ide demokrasi dianggap para ilmuan mampu memberikan suatu kondisi pemerintahan nan adil dibandingkan dengan sistem monarki berkuasa secara otoriter pada saat itu. Lambat laun, ide demokrasi ini menyebar bak jamur di musim hujan di kalangan politisi sampai kalangan masyarakat kelas bawah (kaum buruh).

Perjuangan memperoleh kemerdekaan dan hak-hak berdemokrasi mulai muncul dan bergejolak di sebagian negara-negara Eropa. Saat itu, di Prancis muncul kekuatan politik baru gabungan antara para ilmuwan dan rakyat jelata nan menuntut penguasa buat lengser. Napoleon Bonaparte menjadi komandonya, rakyat Prancis menemukan kemerdekaan demokrasi pertama di wilayah Eropa.

Kebangkitan nan terjadi di Prancis menyebar ke seluruh wilayah daratan Eropa, misalnya di Inggris nan menyebabkan terjadi kebangkitan industri atau sering dinamakan dengan revolusi industri pada abad ke-18. Zaman kegelapan berubah menjadi zaman kesadaran dikarenakan bangsa-bangsa Eropa menemukan sekaligus memperjuangkan demokrasi.

Selain demokrasi, ada beberapa ideologi nan juga sangat berperan dalam membangkitkan suatu peradaban. Sosialisme nan dianut oleh Eropa Timur menghantarkan mereka menuju kebangkitan nan luar biasa sehingga terbentuknya negara superpower Uni Soviet.

Ide sosialisme berkembang pesat di daerah Eropa Timur dampak penindasan kaum feodal nan melampaui batas-batas kemanusiaan. Gagasan sosialisme tentang keadilan nan merata dan menyeluruh mampu membius rakyat Eropa Timur buat bangkit dan berjaya bersama paham sosialisme nan mereka pegang. Sementara, di wilayah Asia, Islam memberikan jalan bagi kaum muslimin buat bangkit dalam nilai rohani dan sekaligus aspek keduniaan.

Tercatat dalam sejarah bahwa kekuasaan Islam mampu menguasai 2/3 dunia, India di wilayah timur sampai Turki di barat. Kemungkinan besar para pembaca artikel ini juga dapat menemukan ideologi lain nan pernah memberikan pengaruhnya kepada manusia buat bangkit dan berjaya.

Indonesia meraih kemerdekaan pada1945 dengan terusirnya penjajah Belanda dan Jepang dari bumi pertiwi. Pada saat era kemerdekaan, kita mengenal banyak tokoh berpengaruh nan memberikan gagasan-gagasannya dalam merumuskan dasar negara. Para tokoh bangsa bersama-sama membicarakan apa dasar negara Indonesia, sampai muncul ide Pancasila.

Perumusan ideologi Pancasila melalui jalan nan sangat alot dan berliku, disebabkan pada saat era kemerdekaan tokoh-tokoh bangsa banyak nan berbeda dari segi latar belakang pendidikan dan keilmuannya. Misalnya, Soekarno nan berlatar belakang pendidikan formal sekaligus mengusung ide Nasakom (Nasional, Agama, dan Komunis), suatu ide murni hasil pikiran beliau nan menggabungkan peranan paham nasionalisme, agama, serta komunisme.

Tentu saja ide nan dianut oleh Soekarno berbeda jauh dengan tokoh-tokoh lainnya nan mempunyai background lain. Ada tokoh dari kalangan Islam, Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim nan mengusung ide agar Pancasila dicantumkan nilai-nilai syariat Islam. Secara otomatis, perdebatan tentang Pancasila memakan waktu nan cukup lama. Sejak masa awal persiapan kemerdekaan, Pancasila menemukan berbagai perdebatan sampai akhirnya melalui Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 Pancasila diresmikan sebagaimana sekarang ini.



Menghidupkan Kembali Ideologi Pancasila di Indonesia

Sedih jika melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini nan tertinggal diliputi kemiskinan, kebodohan, kriminalitas, dan korupsi di mana-mana. Seakan-akan kita heran, ada apa dengan Indonesia tercinta ini? Ideologi Pancasila terlihat hanya digunakan sebagai dalih oleh pemerintah buat melegalkan kebijaksanaannya nan salah.

Pada era Soekarno, komunisme tumbuh fertile padahal Pancasila melarang orang atheis tinggal di Indonesia pada sila ke satu. Pada era Soeharto, Freeport dijual kepada asing padahal sumber daya alam (SDA) tersebut milik rakyat dan seharusnya dimanfaatkan buat kepentingan rakyat semata bukan kepada orang asing.

Lebih parah lagi, sila ketiga tentang persatuan Indonesia malah Timor-Timor lepas dari pangkuan NKRI di bawah Presiden BJ Habibie. Pada era sekarang, permusyawaratan hanya milik DPR nan getol sekali menghabiskan dana rakyat buat perut sendiri. Liberalisme di berbagai sektor-sektor krusial milik rakyat seperti SDA, komunikasi, listrik dll. Rakyat semakin miskin tanpa hak humanisme dan keadilan dari pemerintah.

Indonesia akan terus menerus terpuruk jika nilai-nilai nan terkandung dalam Pancasila diabaikan oleh penguasa dan rakyatnya sendiri. Sudah saatnya kita kembali menjaga keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghidupkan perasaan humanisme nan beradab. Menjaga persatuan Indonesia dengan arti jangan sampai wilayah Aceh atau Papua meminta referendum dan melepaskan diri dari Indonesia.

Para wakil rakyat hendaknya melihat kepentingan rakyat terlebih dahulu dan berusaha maksimal menjaga amanah nan diberikan di pundaknya buat memajukan Indonesia. Seharusnya, SDA dan sektor-sektor krusial milik rakyat dikembalikan ke pengurusan negara bukan pada partikelir nan hanya berpikir untung atau keuntungan buat perusahaannya. Bila para elite penguasa, politikus, ilmuwan, dan rakyat tak berbenah diri mulai sekarang, maka jangan heran jika nanti lama-kelamaan ideologi Pancasila menjadi sekadar dongeng anak penghantar tidur.