Kekuatan Pikiran dan Hati

Kekuatan Pikiran dan Hati

Kekuatan pikiran dan hati ialah karakteristik khas dari manusia. Manusia ialah makhluk nan berpikir dan berjiwa. Disparitas manusia, tumbuh-tumbuhan, dan hewan terletak pada daya pikir dan bisikan hati hatinya. Kekuatan pikiran dan hati membuat manusia menjadi sosok nan memiliki daya ciptaan dan membangun. Lihat saja, bagaimana sejarah bangsa-bangsa membuktikan kepada kita akan kebesaran dan kemegahan nan pernah dibangun anak manusia. Semuanya itu tak lain sebab manusia dibekali dengan pikiran dan jiwa buat berkembang dan berperadaban.



Kekuatan Pikiran dan Hati

Orang-orang besar nan memberi andil bagi perjalanan sejarah umat manusia ialah orang-orang nan memaksimalkan kekuatan pikiran serta hatinya. Kekuatan ini dimiliki oleh setiap manusia nan waras, yaitu orang nan tak stigma pikiran dan mental. Kegiatan nan dilakukan manusia tak terlepas dan bermula dari cara ia berpikir. Cara dan apa nan ia pikirkan akan menentuk tindak tanduknya. Oleh sebab itulah, jangan pernah meremehkan pikiran nan berfungsi sebagai napas bagi setiap konduite manusia.



Anugerah Allah nan Tak Terkira

Mari, sejenak kita memutar jarum jam ke belakang, memasuki awal-awal munculnya manusia dalam pentas kehidupan dunia, yaitu ketika Nabi Adam dan istrinya hawa memasuki kehidupan dunia. Mereka berdua terpisah, saling mencari, dan akhirnya berjumpa setelah bersusah payah saling mencari. Mereka berumah tangga, saling menyayangi, dan kemudian memiliki keturunan.

Alam nan ganas dengan fisik nan terbatas tak menyurutkan mereka buat beradaptasi dan menaklukkan alam sekitar. Mereka belajar bagaimana cara mendapatkan makanan, menutupi tubuh dari angin, hujan dan panas, serta membangun loka berdiam. Bagaimana itu semua dapat terjadi? Bagaimana mereka dapat begitu cepat beradaptasi dengan kondisi fisik nan serba kekurangan dibandingkan ganasnya alam? Itu semua tak lain sebab mereka ialah manusia nan diberikan kekuatan pikiran serta hati.

Dari mereka, keturunan-keturunannya belajar dan mengembangkan diri sinkron dengan situasi dan kondisi nan dihadapi. Dari keturunannya, berkembang menjadi kelompok, suku, masyarakat, dan bangsa.

Kelompok-kelompok manusia ini lalu membuat sistem dan aturan, membangun tatanan masyarakat, dan membangun kehidupannya (peradaban). Turut pula menemukan alat-alat nan digunakan buat memudahkan aktivitas mereka. Biji besi mereka lebur, lautan mereka arungi, tulisan mereka ciptakan, senjata, kendaraan sampai pada teknologi canggih. Mengapa dan bagaimana ini tercipta?

Bukankah hewan juga memiliki keturunan dan kerumunan, tetapi mengapa kehidupan hewan tak berubah dan tak bisa menguasai alam? Lagi-lagi semua ini sebab manusia memiliki pikiran buat mengolah dan memberdayakan alam. Manusia memiliki hati buat hayati berkelompok, menyayangi, menciptakan seni, dan karya. Sementara hewan hanya memiliki naluri nan tidak aktif tak bisa berkembang dan menciptakan penemuan juga ciptaan bagi kehidupannya.

Pikiran bukanlah otak, sebab hewan juga memiliki organ tubuh fital nan satu ini. Tapi, pikiran ialah sebuah proses dari pengalaman nan didapati oleh manusia, baik dengan cara meniru atau mencoba mencari pengalaman dan pengetahuan terbaru, lalu mengolah dan mengaplikasikannya pada kehidupan. Hal ini tak dimiliki oleh hewan.

Pikiran juga membuat manusia tahu mana nan baik, benar, pantas, dan salah. Karena itu pula, mereka membuat anggaran dan sistem buat menjaga nilai-nilai tersebut, baik nilai-nilai nan mereka ciptakan, nilai-nilai fitrah manusia maupun nilai-nilai nan diwahyukan.

Namun, buat mengembangkan peradaban dan kehidupan serasi manusia juga membutuhkan hati atau jiwa . Apa sebenarnya hati itu? Hati dapat bemakna dua, yaitu berbentuk fisik maupun non-fisik. Hati berbentuk fisik sering dikaitkan dengan jantung bukan liver. Sementara hati non fisik disebut jiwa.

Kedua makna hati tersebut memiliki fungsi-fungsi nan menentukan bagi kelangsungan perkembangan kehidupan manusia. Dalam arti fisik, jantung merupakan loka terjadinya getaran dan pusat bagi penyebaran darah nan dibutuhkan. Tanpa organ ini, manusia akan menjadi kaku dan mati.

Sementara jiwa ialah pusat dari perasaan, bidang pikiran, bidang kemauan, spirit, dan kesadaran. Kesemua itu ialah alam bawah sadar manusia nan tidak tampak, tetapi sangat menentukan bagi manusia. Jiwa ialah sumber energi kecerdasan dan pencerahan manusia nan mencakup semua bidang. Kesemua itu disalurkan ke dalam pikiran manusia dan akhirnya diwujudkan dalam konduite konkret manusia.



Sinergitas Pikiran dan Hati

Apa nan bisa dilakukan oleh Agus Salim, Soekarno, Hatta, Syahrir, dan pejuang lainnya buat mewujudkan kemerdekaan bila mereka tak memiliki kekuatan pikiran dan juga hati buat merdeka? Akankah negeri ini merdeka bila tak memiliki putra-putri nan memiliki kemauan dan pencerahan buat hayati bebas dari segala bentuk penjajahan?

Jiwa ialah pusat kekuatan. Manusia akan menjadi lemah bila memiliki jiwa nan lemah; tak memiliki spirit, kemauan, kesadaran, dan tanggung jawab. Meski bertubuh kekar berotot, tinggi, dan tegap, tetapi tak memiliki jiwa kuat, maka manusia akan ringkih dalam mengarungi kehidupan.



Pikiran dan Jiwa Saling Berkaitan

Pikiran dan jiwa ialah dua mata uang nan saling berkaitan. Manusia nan memiliki jiwa kuat akan mengaktifkan kekuatan pikirannya. Begitu juga sebaliknya. Pikiran kuat akan merangsang terwujudnya jiwa nan kuat. Kekuatan tersebut bukan hanya berpengaruh bagi diri pribadinya, tetapi juga bisa memengaruhi manusia lainnya.

Lihat bagaimana Rasulullah saw, seorang anak manusia nan makanan dan minumnya sama dengan nan dikonsumsi orang banyak, mampu memengaruhi dan menggetarkan dunia. Mampu menghimpun manusia-manusia padang pasir lalu menciptakan peradaban nan makmur, damai, dan disegani. Muhammad saw menjadi panutan abadi nan tidak lekang dimakan panas dan hujan.

Miliaran manusia mengikutinya, sirah kehidupannya dipelajari, dikaji, dan dicontoh. Kekuatan apa nan bersemayam pada diri Muhammad saw, nan begitu dahsyat itu? Tidak lain sebab beliau diberkahi dengan kekuatan nan terpancar dari pikiran dan jiwanya.

Kita juga dapat melihat bagaimana Soekarno mampu membuat orang berdesak-desakan dan berpanas-panasan buat mendengarkan pidatonya. Bagaimana juga Andrea Hirata mampu menghanyutkan dan menginspirasi orang banyak dengan karya Laskar Pelangi- nya. Kekuatan apa nan mereka miliki?

Di dalam pidato Soekarno, tersimpan energi kuat buat bangkit, semangat, dan gairah meraih kemandirian bangsa. Dalam karya Laskar Pelangi, tersimpan energi buat menatap pendidikan nan maju dan semangat menyerah. Energi tersebut mampu memengaruhi orang lain sebab terpancar dari kekuatan jiwa. Karena jiwa-jiwa nan lemah tak akan dapat memengaruhi orang lain dan tak dapat menghasilkan karya nan dahsyat.

Bukan sekadar itu, buat memahami pidato, naskah, seni, buku, dan karya-karya orang, kita sendiri harus menyertakan jiwa buat memahaminya. Bila tidak, apa nan kita dengar, lihat, dan baca tidak lebih dari bualan semata.

Pribadi nan kuat ialah pribadi nan mengombinasikan kekuatan pikiran dan hati . Dari kekutan kedua ini, akan memancarkan kemampuan dahsyat nan akan menggerakkan panca indra juga seluruh anggota tubuh buat melakukan suatu nan besar, bernilai dan bermanfaat bagi banyak orang. Keterbatasan fisik, finansial, dan keterbatasan lainnya akan menjadi kecil di hadapan energi nan dipancarkan kekuatan tersebut. Keterbatasan bukan lagi menjadi penghalang dan rintangan.