Kiprah SBY dalam Keluarga dan Sosial Politik
Susilo Bambang Yudhoyono atau nan lebih populer dengan singkatan SBY ialah sosok orang nomor satu di negara Indonesia. Nama harum SBY menambah daftar nama-nama orang nan pernah memimpin Indonesia dari masa ke masa. Sebut saja nama-nama harum lainnya nan pernah memipin negeri ini yaitu mantan Presiden Soekarno, mantan Presiden Soeharto, mantan Presiden B.J Habibie, mantan Presiden Abdurahman Wahid, dan Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri. Dan, menyusul selanjutnya tercatatlah nama SBY meneruskan cita-cita Presiden sebelumnya.
Laki-laki bertubuh besar, gagah, dan berkharismatik ini ialah seorang purnawirawan TNI berpangkat Jendral. Ia bukan hanya terkenal piawai dalam seni memimpin negara saja, tapi juga memiliki seni dan talenta dalam bidang lain terutama seni tarik suara. Ingin mengenal SBY lebih dekat, maka haruslah kita mengetahui profil SBY dari masa ke masa hingga ia mendulang kejayaannya di masa kini.
Masa Remaja SBY
Susilo Bambang Yudhoyono, begitu nama lengkap diberikan orang tuanya pada laki-laki kelahiran Desa Tremas, Jawa Timur, 9 September 1949 silam. Nama itu mengandung arti “sosok penuh kesetiaan dan selalu memenangi peperangan”. Kelahirannya bertepatan saat adzan Dzuhur selesai dikumandangkan. Putra pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah ini dibesarkan dalam lingkungan militer nan kental.
Maklum, Ayahnya ialah seorang tentara nan menjabat sebagai Danramil selama empat periode di Pacitan. Namun SBY meskipun demikian, sisi relijius tak terlepas dalam keluarganya. Hal itu disebabkan sebab pola asuh Ibu SBY menerapkan ilmu keagamaan sinkron pendidikan pesantren.
Darah militer nan mengalir pada diri SBY membuat ia tertempa keras sejak kecil Ayahnya selalu mengedepankan kedisiplinan dan pandangan hidup kerja keras nan tinggi, terutama dalam hal menuntut ilmu dan berlatih fisik. Sejak kecil pula SBY sering diajak oleh Ayahnya menonton aksi latihan perang militer di desanya. Itu sebabnya, sedari kecil SBY sudah menanamkan cita-citanya sebagai seorang tentara bila kelak ia dewasa.
Pendidikan pertama SBY dienyamnya pada sebuah Sekolah Rakyat Gajahmada (Sekolah Rakyat setara dengan SD dan sekarang SR Gajahmada berganti nama menjadi SD Baleharjo 1). Setelah menampatkan pendidikan di bangku SR, SBY meneruskan pendidikannya ke bangku SMP Negeri Pacitan dan SMA negeri Pacitan. Selama pendidikannya, belum pernah sekalipun SBY mencoreng nama baik kedua orang tuanya. Prestasi belajarnya tak pernah mengecewakan. Ditambah pula prestasinya di bidang olahraga, seni, dan berorganisasi nan sama-sama memuaskan.
Bukan hanya talenta militernya nan sedikit-sedikit mulai terlihat dalam dirinya, melainkan talenta seni tarik suara pun sudah mulai menonjol ketika ia kerap didaulat sebagai vokalis saat pertunjukan seni di sekolahnya. Ia paling suka menyanyikan lagu-lagu berirama sedih dan sendu. Lagu andalan SBY ketika itu adalah Telaga Sunyi karya Koes Plus.
Prahara terjadi dalam rumah tangga kedua orang tuanya. Di saat usianya kian meremaja, ia harus menyaksikan perceraian Ayah dan Ibunya. SBY sempat terpuruk. Namun keinginannya meraih cita-cita tak pernah padam. Itu sebabnya semangatnya kembali berkobar dan ia memberanikan diri keluar dari daerahnya buat mengubah nasib.
Sesuai cita-citanya iangin menjadi seorang tentara, SBY mendaftarkan diri ke sebuah Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( Akabri ). Namun sebab ia terlambat mendaftar, ia harus rela menunggu setahun sebelum akhirnya dinyatakan sebagai peserta didik di Akademi tersebut.
Selama masa tunggu setahun itulah, SBY sempat mengenyam bangku pendidikan perkuliahan di Institut Teknik Surabaya (ITS), mengambil jurusan Teknik Mesin. Tidak lama berselang, tahun 1970 barulah SBY dapat meneruskan pendidikannya di Akabri.
Di Akabri inilah prestasi cemerlang SBY semakin lama semakin melejit. Kemampuannya berbahasa Inggris dan kegemarannya memperluas cakrawala pengetahuan SBY. Oleh sebab itu peghargaan Bintang Kartika Tanggon Kosala dan Kartika Adi Tanggap sukses diperolehnya atas prestasi akademik dan kepribadiannya. Puncaknya, ia menggapai penghargaan Lencana Adi Makayasa nan diserahkan langsung oleh Presiden Soeeharto kala itu.
Pada 1975, SBY mengikuti pendidikan lintas Udara (airborne) dan pasukan komando di Fort Benning amerika Serikat. Masih di negara nan sama , pada tahun 1982 SBY mengikuti Infantary Officer Advanced. Tidak puas sampai disitu, tahun 1991 SBY melengkapi pendidikannya dengan meraih gelar MAdari Mangement Webster University, Missouri, Amerika Serikat. Dan, pada 2 Oktober 2004 SBY mendapat gelar Doktor Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor.
Kiprah SBY dalam Keluarga dan Sosial Politik
Membahas Profil SBY tentu tak terlepas dari kehidupan rumah tangganya bersama Kristiani Herrawati atau akrab disapa Ani Yudhoyono. Rendezvous SBY dengan Ani terjadi tidak lepas dari pengaruh ayah Ani—Sarwo Edhi Wibowo—yang saat itu ialah Gubernur Akabri.
Pertemuan pertama dengan Ani meninggalkan kesan nan begitu mendalam di hati SBY. Dengan jiwa kebraniannya, SBY menyatakan perasaannya pada Ani. Cinta bersambut. Namun, interaksi mereka tidak selalu berjalan lancar. Mereka sempat terpisah sebab Ani terpaksa pindah sementara waktu ke Korea Selatan mengikuti Ayahnya nan bertugas sebagai duta besar di Korea Selatan. Sedangkan SBY pun harus meneruskan pendidikan airborne dan rangernya di Amerika Serikat.
Barulah pada 30 Juli 1976 SBY dan Ani dipertemukan kembali dan mengikrarkan janji sehidup semati di hadapan penghulu. Bertempat di Hotel Indonesia keduanya melangsungkan resepsi pernikahan nan dapat dikatakan mewah di masa itu.
Dari pernikahan tersebut, SBY dan Ani dikarunia dua orang putra masing-masing diberi nama Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Keduanya sama-sama meneruskan talenta SBY. Agus cendrung mengikuti talenta SBY di bidang militer sedangkan Edhie meneruskan talenta SBY di bidang politik.
Puas bergelut di global militer, secara tak langsung SBY terlibat dalam kehidupan politik . Ia memulai karir politiknya ketika dirinya menjabat sebagai mentri Pertambangan dan Energi di era pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid. Pada 28 Mei 2001, SBY berganti tugas menjadi Menko Polsoskam. Namun sebab terjadinya ketegangan politik,pada tanggal 1 Juni 2001 Presiden Abdurahman Wahid memintanya mengundurkan diri atau memilih jabatan baru sebagai Mentri dalam negeri atau Mentri Perhubungan. Dari penawaran tersebut, tidak satupun dipilih SBY.
Kiprahnya di bidang politik nan semapt meredup bersinar kembali pada masa kepemimpinan Megawati Soekarno Putri. Ia dilantik kembali menduduki bangku jabatannya sebagai Menko Polkan dalam Kabinet gotong royong . Di masa jabatannya nan belum berakhir, SBY terpaksa harus mengundurkan diri kembali pada tanggal 11 Maret 2004 dikarenakan gonjang-ganjing keamanan negeri ini semakin memprihatinkan.
SBY kemudian memilih terjun ke global partai . Dialah orang nan pertama mencetuskan gagasan pembentukan partai politik yaitu Partai Demokrat. Partai nan digagasinya tersebut mendapat kawan koalisi dari Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Keadilan Sejahtera. Dari debutnya di partai Demokrasi tersebut, Pada 10 Mei 2004 SBY diusung menjadi calon Presiden sekaligus memilih Jusuf Kalla sebagai calon wakilnya. Pada akhirnya, mereka sukses mengumpulkan suara terbanyak pada pemilihan Presiden masa bakti 2004-2009.
Demikianlah profil SBY nan diulas secara singkat. Semoga sepak terjang orang nomor satu di negeri ini memacu semangat kita buat terus maju.