Definisi Organisasi Formal dan Informal

Definisi Organisasi Formal dan Informal

Organisasi merupakan hal nan mendapat loka di tengah-tengah kelompok manusia tertentu. Hal itu terjadi sebab pada hakikatnya manusia ialah makhluk sosial. Mereka kerap ingin menjalankan eksistensinya sebagai makhluk sosial dengan cara bergabung dalam sebuah organisasi. Bahkan, lebih. Lalu, apa sih sebenarnya definisi organisasi itu?



Definisi Organisasi

Stephen P. Robbins dalam bukunya nan berjudul Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi mengemukakan bahwa organisasi ialah kesatuan atau entity sosial nan dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan nan nisbi bisa diidentifikasi dan dilakukan secara monoton buat mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Secara garis besar, organisasi ialah bentuk kolaborasi sekelompok orang dalam mewujudkan tujuan tertentu. Dalam organisasi, terjadi pembentukan kelompok-kelompok kecil nan mengatur bagian operasional jalannya organisasi. Contohnya, ada nan menduduki jabatan mengepalai organisasi, menjalankan, dan mengawasi.



Organisasi dalam Ilmu Sosial

Organisasi menjadi bagian dari ilmu sosial. Organisasi terbagi menjadi tiga cakupan penting, yaitu konduite organisasi, studi organisasi, dan analisis organisasi. Ketiganya berperan dalam setiap lingkup organisasi nan pernah tercipta di dunia.Sejak kecil, kita sudah terbiasa dengan hal-hal nan biasa dilakukan dalam organisasi.

Sebut saja, unit terkecil dari masyarakat bernama keluarga. Ada ayah nan mengepalai keluarga, ibu nan mengatur rumah tangga, anak-anak dan saudara-saudara nan mendapat afeksi sekaligus instruksi dari orang tua buat mengerjakan sesuatu agar mereka terdidik dan terbiasa melakukan hal baik sebagai bekal mereka hayati membaur di masyarakat kelak.

Beranjak remaja, masuk ke sekolah menengah, mengenal majemuk karakter dan kegiatan berorganisasi, seorang anak kembali mendapat momen ketika ia harus berhadapan dengan lingkup sosialnya dengan segala kepribadian nan dimilikinya. Semakin lama, semakin terbentuk kepribadian nan baru sampai menjadi karakter sesungguhnya saat dewasa nanti.

Pada saat dewasa, manusia kerap menemukan bentuk organisasi nan lebih kompleks. Misalnya, dalam bidang pekerjaan dan menghayati profesinya, bersosialisasi dengan tetangga seperti arisan atau kumpul RT, dan masyarakat pada umumnya saat seseorang turut berperan dalam kegiatan sosial. Contohnya, program kebersihan lingkungan.

Yang sering terjadi dalam berorganisasi ialah hubungan sosial dan partisipasi seseorang dalam sebuah kondisi kelompoknya nan memungkinkan ia memberikan kontribusi berupa pemikiran serta tindakan. Hubungan seseorang dalam menyatakan partisipasinya bisa dilakukan secara efektif bila ia mampu menempatkan dirinya, tahu kapan harus mengungkapkan pendapat, dan sinkron dengan apa nan dibutuhkan saat itu.



Definisi Organisasi Formal dan Informal

Definisi organisasi formal ialah kumpulan dari dua orang atau lebih nan mengikatkan
diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan interaksi kerja nan
rasional. Contohnya Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.

Definisi organisasi informal ialah kumpulan dari dua orang atau lebih nan telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama nan tak disadari. Contohnya Arisan ibu-ibu
sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-
rame dengan teman, dan lain-lain.

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal bisa dicapai baik secara sadar maupun tak sadar, dan kerap kali sulit buat menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak interaksi antar anggota dan bahkan tujuan organisasi nan bersangkutan tak terspesifikasi.

Contoh organisasi informal ialah rendezvous tak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal bisa dialihkan menjadi organisasi formal apabila interaksi didalamnya dan kegiatan nan dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi utama dan organisasi sekunder menurut Hicks:

  1. Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap,
    pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik
    dan bukan pada kewajiban nan dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini ialah keluarga-keluarga tertentu.
  1. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat interaksi nan bersifat
    intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tak bertujuan
    memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota sebab bisa
    menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai
    contoh organisasi ini ialah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.

Struktur Organisasi Informal

Definisi organisasi tak hanya berbicara mengenai konsep organisasi saja, tetapi juga melihat struktur organisasinya. Adapun struktur organisasi informal, yaitu:

  1. Organisasi informal ialah interaksi pribadi dalam organisasi nan mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tak panggah dengan struktur formal organisasi.
  1. Organisasi informal tumbuh sebab berbagai faktor baik ekstern seperti pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian, maupun intern seperti jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status.
  1. Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, kebiasaan dan hukuman serta metode kerja sendiri lain dengan anggaran formal.
  1. Organisasi informal bisa bermanfaat bagi pribadi anggota dan organisasi, namun juga bisa membahayakan organisasi.
  1. Organisasi informal berkembang dalam berbagai bentuk.

Bidang Organisasi

Argiyris mengemukakan empat bidang primer dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda, selain dari definisi organisasi-nya, yaitu sebagai berikut:

  1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
  1. Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
  1. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan konduite karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
  1. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.

Walaupun ada disparitas tersebut ialah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi nan terpisah. Keduanya hayati bersama dan tak bisa dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal berkembang dalam berbagai strata formal, sebagai berikut.

1. Organisasi Lini

Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat disparitas nan tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh karena itu dalam aplikasi kegiatan nan primer ialah wewenang dan perintah.

Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya didalam institusi-institusi nan kecil sangat efektif sebab keputusan-keputusan cepat diambil dan aplikasi keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot nan senantiasa siap melaksanakan perintah.

2. Organisasi Staf

Dalam organisasi ini, tak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana perintah pimpinan namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan.

Bentuk organisasi semacam ini muncul sebab makin kompleksnya masalah-masalah organisasi sehingga pimpinan sudah tak bisa lagi menyelesaikan semuanya dan memerlukan donasi orang lain (biasanya para ahli) nan bisa memberikan masukan pemikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah nan dihadapi.

Meskipun organisasi ini lebih baik dari nan pertama sebab keputusan-keputusan bisa lebih baik namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut akan memakan waktu nan lama sebab melalui perdebatan-perdebatan nan kadang-kadang melelahkan.

3. Organisasi Lini dan Staf

Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi nan terdahulu disebutkan (line dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan sekedar pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang buat memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tak sekedar memberikan perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab atas perintah atau nasehat tersebut.

Keuntungan organisasi ini antara lain adalah keputusan nan diambil oleh pimpinan lebih baik sebab telah dipikirkan oleh sejumlah orang dan tanggung jawab pimpinan berkurang sebab mendapat dukungan dan donasi dari staf.

Dalam kehidupan sehari-hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan dan sebagainya) akan melaksanakan suatu planning tak selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi baru. Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini nisbi cenderung permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen.

Disamping itu unit-unit kerja tersebut dijabarkan kedalam unit-unit nan lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja nan lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang nan bhineka (dirjen, direktorat, bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja tersebut sudah barang tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan-kegiatan. Untuk aplikasi planning rutin cukup oleh staf nan ada sehingga tak perlu menyusun organisasi baru.