Unsur-Unsur Karya Sastra Melayu Klasik

Unsur-Unsur Karya Sastra Melayu Klasik

Contoh karya sastra Melayu klasik selalu menjadi salah satu objek dalam penelitian karya sastra. Karya nan terlahir sebelum karya sastra angkatan Balai Pustaka ini menjadi sarat dengan wisata peneliti sebab menghadirkan nilai-nilai lisan nan tak muncul pada karya sastra modern.

Oleh sebab itulah, karya sastra Melayu klasik sering juga disebut sastra lisan atau folklor sebab disebarkan secara lisan dari generasi ke generasi, bahkan hingga pada generasi kita sekarang ini.

Sastra klasik ini merupakan bagian dari sejarah sastra nan tak dapat dipisahkan dari sejarah pada masa ini atau sastra modern. Tanpa sastra klasik, tak mungkin muncul nan dinamakan sastra modern tersebut.

Jika kita dapat melihat refleksi kehidupan zaman sekarang pada karya sastra pada masa ini maka pada contoh karya sastra Melayu klasik juga kita dapat menemukan refleksi kehidupan pada zamannya.

Pada zaman klasik, para penyair atau juru dongeng lebih condong menyuarakan isi hati dan pikirannya lewat syair-syair dan cerita-cerita khas nan mengandung nilai-nilai arif budaya lokal. Oleh karena itu, kita juga dapat merepresentasi sastra klasik sebagai kemurnian budaya lokal nan diusung dalam bentuk cerita atau syair.

Sayangnya, para peminat sastra Melayu klasik berkurang sejak munculnya modernitas. Para peminat karya sastra tersebut hanya terbatas padakalangan pelajar dan mahasiswa Sastra. Itu pun biasanya didasarkan pada alasan tugas dan penelitian, bukan pada alasan murni mereka menyukai karya sastra Melayu klasik.

Meskipun begitu, kita patut bangga sebab sampai saat ini, para budayawan (terutama nan giat bergerak di bidang sastra) masih berkonsentrasi pada nilai-nilai budaya lokal buat tetap mempertahankan karakteristik bukti diri bangsa lewat karya sastra Melayu klasik.

Ada nan melakukan adaptasi dengan mengubah cerita-cerita atau dongeng-dongeng menjadi novel; ada juga nan mengaplikasikan cerita-cerita klasik ke dalam bentuk nan paling disukai masyarakat Indonesia, yakni drama atau musikalisasi puisi.



Ciri-ciri Karya Sastra Melayu Klasik

Karya sastra Melayu klasik memiliki ciri-ciri nan membedakannya dengan karya sastra modern. Ciri-ciri tersebut ialah anonim, bertema istana sentris, bernilai budaya lokal, dan disebarkan secara lisan



1. Anonim

Anonim artinya tak diketahui pengarangnya. Hal ini membuktikan bahwa pengarang syair atau cerita pada zaman dahulu lebih menitikberatkan fungsi cerita dibandingkan dengan popularitas pengarang cerita itu sendiri.

Contoh karya sastra Melayu klasik ini terdapat pada seluruh cerita klasik, di antaranya "Lebai Malang", "Hikayat Raja Indera", dan "Hikayat Hang Tuah". Oleh sebab itulah karya sastra Melayu klasik dianggap sebagai cerita milik bersama (masyarakat) sehingga sering juga disebut cerita rakyat.



2. Bertema Istana Sentris

Ciri nan kedua dari karya sastra melayu klasik ialah bertema istana sentris, yakni segala sesuatu nan terdapat dalam syair maupun cerita harus disesuaikan dengan kebudayaan istana dan mengacu pada kesakralan kerajaan dan raja-raja nan memimpinnya.

Hal tersebut diwajibkan oleh pihak kerajaan agar tak ada pihak nan berpotensi buat berkhianat serta menghancurkan kerajaan nan memimpin masyarakat tersebut.

Pada zaman tersebut juga raja dianggap sebagai satu-satunya pihak nan mampu melindungi masyarakat dari agresi apapun (kerajaan lain) sehingga karya sastra pun memiliki kecenderungan buat mengagungkan pihak kerajaan.



3. Bernilai Budaya Lokal

Ciri nan ketiga ialah bernilai budaya lokal. Ciri-ciri ini tentu saja sangat inheren pada contoh karya sastra Melayu klasik karena budaya merupakan panduan sekaligus tujuan dari penciptaan karya sastra. Oleh karena itu, kita dapat mendapatkan pelukisan moral masyarakat pada zaman dahulu lewat cerita-cerita rakyat atau karya sastra klasik.



4. Disebarkan Secara Lisan

Ciri nan terakhir ialah disebarkan secara lisan. Penyebaran tersebut dilakukan bukan semata-mata sebab zaman dahulu belum ditemukan alat-alat tulis, akan tetapi didasarkan pada alasan waktu.

Pergerakan zaman dahulu sangatlah lambat jika dibandingkan dengan konvoi masyarakat di zaman modern ini. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara lisan akan lebih mempercepat tersebarnya cerita dibandingkan dengan menggunakan media tulisan. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens memberikan nilai-nilai positif nan terdapat di dalam cerita sehingga pesan moral nan terdapat di dalamnya akan sampai kepada pendengar dengan lebih cepat dan efektif.



Jenis-Jenis Karya Sastra Melayu Klasik

Karya sastra Melayu klasik terbagi menjadi dua jenis, yakni syair dan prosa. Syair merupakan homogen puisi nan terdapat pada zaman sekarang, sedangkan prosa sama halnya dengan cerpen atau novel pada zaman modern ini.

Pada zaman dahulu, para penyair dianggap memiliki kemampuan nan handal di bidang sastra sebab mampu membuat sejumlah baris kata nan latif serta memiliki makna nan baik dan latif pula buat disampaikan kepada pendengarnya. Tidak hanya itu, syair juga kemudian beradaptasi menjadi pantun dan mantra dalam perkembangan sastra lisan. Kedua jenis sastra klasik tersebut dianggap memiliki kekuatan mistik nan mampu memberikan faedah eksklusif kepada nan membaca dan mendengarkannya. Oleh sebab itu, orang nan dapat membacakan pantun dan mantra hanyalah orang-orang eksklusif nan dipercaya sudah mendapatkan wangsit buat membacakan kedua jenis sastra klasik tersebut. Sementara itu, pada zaman dahulu, prosa memiliki wujud nan lain. Orang sering menyebut beberapa cerita klasik dengan sebutan hikayat, yakni cerita nan mengandung substansi petualangan dalam mencari sesuatu sebagai tujuan hidup.

Hikayat ini pun bermacam-macam. Ada nan bercerita tentang asal-usul lahirnya seorang raja, asal-usul munculnya sebuah loka atau peristiwa, dan juga cerita tentang binatang-binatang nan menyerupai manusia sebagai lambang penceritaan. Prosa jenis ini sering disebut dengan fabel.

Selain berdasarkan bentuknya, contoh karya sastra Melayu klasik juga bisa dikategorikan menurut tema dan isi ceritanya. Ada nan bersifat serius dan penuh dengan pedagogi moral, ada juga nan bersifat jenaka sehingga berfungsi buat menghibur masyarakat pada zaman dahulu.

Jika pada zaman sekarang kita mengenal komedian sebagai orang nan membawakan cerita sambil menghibur kita dengan kelucuannya maka pada zaman dahulu terdapat juru dongeng nan bertugas buat membawakan cerita sambil memberikan nilai-nilai jenaka sekaligus nilai moral nan terdapat dalam cerita tersebut.



Unsur-Unsur Karya Sastra Melayu Klasik

Sama halnya dengan unsur-unsur nan terdapat dalam karya sastra modern, karya sastra Melayu klasik juga memiliki berbagai macam unsur intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat.



1. Tema

Tema ialah gagasan primer nan mengusung hadirnya penceritaan dalam karya sastra. Seperti nan sudah disebutkan di atas, kebanyakan tema nan diangkat dalam karya sastra Melayu klasik ialah berkisar tentang istana dan kerajaan. Namun, tema generik lainnya juga seringkali masuk ke dalam cerita.



2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan nan terdapat dalam sastra Melayu klasik berkisar tentang pangeran, anak miskin nan menjadi raja, binatang nan berbudi pekerti, dan lain-lain nan dianggap mampu mewakili sifat dan ciri manusia pada zaman dahulu.



3. Latar

Latar merupakan tempat, waktu, dan latar belakang sosial nan menjadi dasar penandaan terjadinya suatu peristiwa dalam cerita. Alur ialah struktur penceritaan dengan termin sosialisasi situasi, termin pemunculan masalah, termin pemuncakan masalah, termin penurunan konflik, dan termin penyelesaian ( ending ). Alur nan digunakan pun bermacam-macam ada nan bersifat maju, mundur, atau campuran.



4. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan penyampaian bagaimana cerita tersebut disampaikan (aku, dia).



5. Amanat

Amanat ialah pesan moral nan hendak disampaikan pengarang lewat karya sastra. Amanat tersebut bisa bercerita langsung, bisa pula implisit atau secara tak langsung lewat dialog, tokoh, atau unsur-unsur lain dalam contoh karya sastra Melayu klasik.

Demikian uraian mengenai beberapa contoh karya sastra Melayu klasik. Bagaimanapun, perkembangan karya sastra sampai saat ini merupakan sebuah verifikasi bahwa khazanah budaya Indonesia sangatlah kaya. Jadi, apakah Anda sudah mulai menyukai karya Melayu klasik?