Berdoa di Tembok Ratapan
Tembok Ratapan berada di Yerusalem. Tembok merupakan bagian dari suatu bangunan. Tembok berfungsi buat memisahkan bangunan, juga ruangan di setiap bangunan. Selain itu, tembok atau dinding juga berfungsi buat mengokohkan suatu rumah dan memiliki fungsi-fungsi lain, yaitu buat menambah nilai estetik dari rumah.
Dalam sejarah umat manusia, tembok pernah menjadi batas politik. Misalnya saja Tembok Berlin di Jerman, nan sewaktu terjadi Perang Dingin memisahkan Jerman Barat, nan pro Amerika Serikat, dan Jerman Timur, nan mengekor Uni Soviet.
Di Yerusalem, loka nan disucikan oleh tiga agama, yaitu Nasrani, Yahudi, dan Islam, terdapat tembok nan dianggap kudus oleh orang Yahudi dan Islam. Tembok tersebut memiliki sejarah pada masing-masing agama tersebut.
Tembok itu merupakan dinding batu nan berada di sebelah barat Yerusalem, menjulang sekitar 18,9 meter dari atas tanah , panjangnya sekitar 485 meter, kemudian hancur dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter.
Tembok Ratapan bagi Yahudi
Orang Yahudi menganggap tembok tersebut ialah bagian sisa-sisa dari kuil Yahudi nan telah berdiri selama ratusan tahun.
Kuil Yahudi tersebut dibangun pada tahun 19 Sebelum Masehi atas perintah Raja Herodos dan dinamakan "Bait Kudus Kedua".
Pada saat kedatangan bangsa Roma ke Yerusalem, kuil ini dihancurkan dan meninggalkan residu hanya berupa tembok.
Sejak kehancuran bangunan tersebut, orang Yahudi pun berdatangan dan menangis di depan residu bangunan kuil peribadatan mereka, meratap, dan berdoa, sehingga tembok itu pun dinamakam Tembok Ratapan.
Penamaan Tembok Ratapan tersebut justru datang dari orang non Yahudi nan melihat banyaknya orang Yahudi nan meratap di sana. Sedangkan orang Yahudi sendiri menamai tembok itu dengan Tembol Barat, atau dalam bahasa Ibrani Kotel HaMaaravi.
Selain itu, orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tak ikut hancur karena di situlah berdiam shekhinah (kehadiran Illahi). Jadi, selain meratap di depan tembok tersebut orang Yahudi pun berdoa, sebab percaya bahwa Tuhan nan mendiami loka itu akan mengabulkan doanya.
Setelah keruntuhan kuil tersebut, Yahudi tak membangun loka kudus buat beribadah lagi, sehingga tembok tersebut dijadikan sebagai loka peribadatan orang Yahudi. Selain itu, pada tahun 123, orang Yahudi sudah tak diperkenankan berada di daerah tersebut.
Lama kelamaan tembok itu semakin terkenal sebagai "tempat meratap" warga Yahudi. Mereka dapat berdoa ataupun sekadar meratap (mengungkapkan keluh kesah), sebab umat Yahudi percaya bahwa tembok itu sebagai telinga Tuhan nan mendengar segala keluh kesah dan permintaan mereka.
Tembok Barat ini menjadi simbol dari ribuan tahun sejarah bangsa Yahudi dan menjadi pusat perhatian, serta kerinduan orang-orang Yahudi akan kejayaan masa lalu mereka. Tembok tersebut pun didatangi sebagai lokasi berziarah dan peribadatan oleh warga Yahudi di seluruh dunia.
Bahkan, Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama nan berdoa di Tembok Ratapan . Paus juga meminta maaf dampak penganiayaan Katolik terhadap Yahudi selama berabad-abad. Setiap tahunnya, tembok tersebut ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik kaum Yahudi sendiri, Kristiani, dan Muslim.
Struktur Tembok Ratapan
Bagian primer dari tembok, loka orang pergi buat berdoa, memiliki panjang sekitar 60 meter dan terbuat dari batu kapur meleke. Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kilogram, dan satu batu terbesar nan disebut batu barat, beratnya mencapai lebih dari 500.000 kilogram.
Sebelum hancur, tembok nan berukuran panjang 485 meter, tersembunyi oleh bangunan-bangunan nan berdiri disekelilingnya. Sampai bulan Juni 1967, bagian dinding nan bisa diakses tak lebih dari 28 meter saja.
Di depannya ada sebuah lorong dengan jalan berbatu selebar 3,5 meter, nan berbatasan dengan daerah hunian kumuh. Tembok nan berada di atas tanah terdiri dari 24 baris batu nan berbeda dan dari zaman nan berbeda pula. Tinggi totalnya mencapai 18 meter atau 6 meter di atas ketinggian Temple Mount.
Di tahun 1967, diadakan ekskavasi nan menemukan adanya 19 baris batu lagi terkubur di dalam tanah. Barisan batu nan paling bawah disatukan atau manunggal dengan batu karang alam Lembah Tyropoeon. Tahun 1968, tanah di depan tembok tersebut digali dan ditemukan dua baris batu dari periode Bait Kudus Kedua zaman Herodian nan terkubur.
Tampak holistik Tembok Barat ini berdiri di atas 7 lapisan batu nan sangat besar nan menjadi fondasinya. Terdiri dari 21 barisan batu di dalam tanah dan 24 barisan batu di atas tanah. Angka 7, 21 (3), dan 24 (6) memiliki nilai religius tersendiri secara tradisi Yahudi.
Bagian tembok nan di atas terdiri dari empat barisan nan lebih kecil, berasal dari periode zaman Romawi dan Byzantium. Bagian-bagian eksklusif di bagian atas merupakan konstruksi tambahan atau pemugaran dari zaman pendudukan Islam sampai abad ke-13.
Para peziarah Yahudi nan datang dari seluruh global selama berabad-abad selalu berusaha buat mengambil batu-batuan Tembok Barat ini, sebab mereka sangat percaya itu ialah bagian dari Bait Kudus Pertama dan Kedua.
Batu-batu di situ rata-rata mempunyai lebar 1 meter dan panjang 3 meter, tetapi beberapa batu mencapai panjang 12 meter dengan berat dapat mencapai 100 ton. Kemungkinan mereka juga mengadakan ekskavasi di Goa Zedkiah, dekat Damascus Gate.
Berdoa di Tembok Ratapan
Umat Yahudi dari semua negara, dan juga wisatawan dari berbagai latar belakang agama lazim berdoa di Tembok Ratapan, sebab diyakini memiliki “telinga Tuhan.” Orang nan tak bisa berdoa langsung di tembok bisa mengirimkan doa atau menggunakan Kaddish , sebuah doa spesifik buat orang Yahudi.
Doa nan dikirim tersebut ditulis dalam sebuah kertas dan diselipkan di celah-celah dinding nan disebut sebagai kvitelach. Tembok Ratapan bisa dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara menyeluruh buat tujuan keamanan.
Perempuan dari agama apapun, buat menghormati hukum Yahudi, harus mengenakan baju nan sopan. Ada pintu masuk terpisah buat pria dan wanita, meski mereka bisa berkumpul kembali di dalam tembok.
Tembok Ratapan - Tembok Al Buraq bagi Umat Muslim
Bagi umat Muslim, tembok tersebut juga bagian dari sejarah agama. Orang muslim mengenal tembok tersebut dengan nama Tembok Al-Buraq, nan diambil dari nama kuda bersayap nan dikendarai Nabi Muhammad SAW saat terjadinya peristiwa Isra dan Mis’raj.
Isra dan Mis'raj ialah perjalanan istimewa nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho buat kemudian naik ke Shidratul Muntaha berjumpa dengan Tuhannya, Allah SWT. Al Buraq tersebut disandarkan di dinding Masjid Al Aqsho, saat Nabi Muhammad SAW naik ke Sidhratul Muntaha.
Banyak Muslim juga percaya bahwa tembok tersebut merupakan bagian dari Masjid Al-Aqsa kuno, dan bahwa orang Yahudi baru mulai berdoa di tembok tersebut sampai setidaknya abad ke-16. Banyak Muslim juga percaya bahwa tembok tersebut tak ada hubungannya dengan Yudaisme kuno.
Bagi umat Nasrani, tembok ini juga punya arti penting. Pada 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama nan berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf dampak penganiayaan Katolik terhadap Yahudi selama berabad-abad. Bagi umat kristiani selanjutnya menganggap Tembok Ratapan juga sebagai loka peribadatan dan loka ziarah.