Pengaruh Teknologi Terhadap Psikologi Lingkungan
Apa itu psikologi lingkungan? Psikologi lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu psikologi nan masih muda. Ilmu ini lebih menitikberatkan perhatiannya kepada konduite manusia nan berkaitan dengan lingkungan sekitar. Teorinya tentang psikologi lingkungan sendiri masih dipengaruhi oleh teori-teori nan berasal dari dalam dan dari luar disiplin ilmu Psikologi.
Sampai saat ini, belum ada teori spesifik atau Grand Theories nan dapat diaplikasikan dalam penyampaian teori psikologi lingkungan. Untuk penyampaiannya sendiri, teori psikologi lingkungan ini lebih didasarkan kepada definisi-definisi nan telah diungkapkan oleh beberapa ahli psikologi.
Definisi Psikologi Lingkungan
Berikut ialah definisi atau batasan-batasan tentang psikologi lingkungan nan diutarakan oleh beberapa pakar.
- Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari,1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan ialah disiplin nan memperhatikan dan mempelajari interaksi antara konduite manusia dengan lingkungan fisik.
- Proshansky, Ittleson, dan Rivlin (dalam Prawitasari,1989) menyatakan bahwa definisi nan kuat tentang psikologi lingkungan tak ada. Mereka mengatakan bahwa psikologi lingkungan ialah apa nan dilakukan oleh psikolog lingkungan.
- Gifford (1987) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi diantara individu dengan seting fisiknya.
- Vietch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu konduite multidisiplin nan memiliki orientasi dasar dan terapan nan memfokuskan interelasi antara konduite dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, bisa ditarik konklusi mengenai psikologi lingkungan, yakni ilmu kejiwaan nan mempelajari konduite manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan loka tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.
Ruang Lingkup Psikologi Lingkungan
Terkait ruang lingkup nan menjadi cakupannya, psikologi lingkungan lebih banyak membahas tentang desigm, organisasi, dan suatu pemaknaan lingkungan. Sedangkan jenis-jenis lingkungan nan banyak digunakan dalam psikologi lingkungan, di antaranya adalah:
- lingkungan alamiah, seperti hutan dan lautan,
- lingkungan buatan/binaan, seperti taman, jalan raya,
- lingkungan sosial, dan
- lingkungan hasil modifikasi.
Namun, tak terbatas pada cakupan tadi saja, dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu loka dalam memandang alam semesta nan memengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia buat mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Soedjatmoko, seorang pakar sosiologi, mengungkapkan harapannya buat mengangkat mawas diri dari taraf moralisme semata-mata ke taraf pengertian psikologis dan historis dan mengenai konduite manusia.
Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan konduite seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, loka orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tak ada agunan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja nan terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang nan tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tak mencerminkan lingkungan loka dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral nan baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tak dapat membentuk pribadi seseorang.
Seseorang dapat saja tinggal dalam lingkungan pesantren nan selalu diajarkan akidah dan akhlak nan baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.
Pengaruh Teknologi Terhadap Psikologi Lingkungan
Siapa nan dapat menyangkal jika teknologi telah menyulap konduite manusia dan juga psikologi lingkungannya? Rasanya tak ada satu pihak pun nan dapat melakukannya. Ya, Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat telekomunikasi seperti internet dan telepon memberi pengaruh besar kepada pribadi seseorang. Sehingga orang nan tinggal di lingkungan pesantren bukan tak mungkin berpandangan liberal dan kebarat-baratan. Ternyata, pengaruh global maya sangat besar dalam membentuk pribadi seseorang.
Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran, baik dampak perubahan kondisional, seperti pertambahan jumlah penduduk nan luar biasa, maupun hubungan nan intensif antara kebudayaan orisinil dengan kebudayaan mancanegera, khususnya melalui jaringan telekomunikasi nan sangat canggih seperti, televisi dan internet.
Perubahan penduduk nan pesat telah membawa akibat perubahan konduite nan dahsyat. Semula, komunitas primordial bisa memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan penduduk nan pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.
Pertambahan penduduk ini juga berdampak pula pada pola-pola migrasi. Urbanisasi makin deras sehingga menimbulkan penumpukan penduduk di kota-kota. Penumpukan warga kota nan semakin padat menyebabkan lapangan pekerjaan semamikin menyempit. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan.
Kemiskinan akan menyebabkan konduite nan beringas di perkotaan dan meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pencopetan, penodongan, dan tindak kekerasan lainnya.
Perubahan konduite dan psikologi lingkungan nan deras juga terjadi dampak hubungan antara sistem kebudayaan nan berbeda-beda. Ambilah contoh konduite masyarakat desa nan sudah pindah ke kota besar. Mereka cenderung menjadi orang-orang nan hedonis, konsumtif dan kapitalis sebab beranggapan bahwa sikap semacam itulah nan dinamakan sikap manusia modern.
Lingkungan kota sangat berbeda dengan lingkungan desa. Jika lingkungan kota ialah lingkungan pekerja nan dekat dengan teknologi canggih, seperti karyawan pabrik nan akrab dengan mesin-mesin pabrik dengan teknologi tinggi atau karyawan kantor nan akrab dengan media komputer, sementara masyarakat desa akrab dengan lingkungan alam sebab kebanyakan mereka bekerja sebagai petani.
Maka jelaslah secara konduite dan psikologi lingkungan masyarakat kota dan desa akan jauh berbeda, meskipun tak menutup kemungkinan masyarakat desa pun sudah mengenal teknologi seperti internet sehingga pengaruh budaya luar dengan mudah masuk ke dalam isme mereka.
Sistem kebudayaan masyarakat kota itu sudah sangat terkontaminasi dengan pengaruh budaya asing sehingga konduite masyarakat kota lebih individualis daripada masyarakat desa. Konduite ini sangat dipengaruhi oleh interaksi, interelasi, dan interdepensi dari berbagai budaya nan membawa perubahan dari nan paling profan sampai nan paling sakral.
Interaksi ini terjadi pada hampir semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tak dapat dianggap sebagai perubahan nan serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.
Value Confusion Sebagai Akibat Psikologi Lingkungan
Dari konflik terkait psikologi lingkungan antara masyarakat kota dan desa inilah muncul apa nan disebut Value Confusion , ketika nilai-nilai nan berbeda bahkan bertentangan dianggap sama sahnya. Misalnya nilai rukun dan nilai kebebasan. Terkadang muncul pula suasana kosong nilai atau anomi, sebab tidak ada lagi nilai-nilai nan bisa dijadikan pegangan.
Mencermati hal di atas maka konduite masyarakat kota itu cenderung lebih bebas sebab sudah tak mengindahkan nilai-nilai nan ada. Mungkin bisa dikatakan bahwa konduite masyarakat kota itu lebih tak bermoral daripada masyarat desa.
Meski demikian, kita tak berhak memukul rata bahwa konduite dan psikologi lingkungan di desa selalu lebih baik dari kota. demikian jua sebaliknya.