Skandal Piala Global 2006
Piala global ialah pertandingan sepak bola internasional nan diselenggarakan selama 4 tahun sekali nan diikuti oleh tim-tim sepak bola dari seluruh dunia. Pada tahun 1930 diselenggarakan kejuaraan piala global nan pertama kali di Uruguary, Federasi FIFA sebagai penyerenggara nan diikuti oleh 13 negara. Banyak cerita nan mewarnai perlombaan sepak bola piala dunia, dari mulai cerita nan membangun semangat, fanatisme sampai cerita mengenai skandal piala global menjadi sesuatu nan menarik buat dibahas dan dijadikan sebuah pembelajaran.
Penyelenggaraan ajang piala dunia, menjadi pusat perhatian masyarakat di seluruh dunia, semua turut bergembira, bersemangat, dan bersedih. Setiap negara tim nan mewakili negaranya masing-masing berjumpa di tanah lapang bertanding dengan membawa semangat dan memperjuangkan nama negaranya. Tapi bagaimana jika pertandingan tersebut di nodai oleh skandal nan dilakukan oleh orang-orang nan terlibat di dalamnya? Tentu saja ini menjadi aib bagi pertandingan tersebut dan mengecewakan masyarakat pecinta bola sedunia.
Bahkan pertandingan nan akan dilakukan pada tahun 2018 mendatang di kabarkan terjadi main suap pejabat senior komite eksekutif perwakilan Nigeria dan Ocean. Mereka diberhentikan sebab diduga terlibat dalam kasus pengaturan suara buat perlombaan nan akan dilangsungkan pada tahun 2018.
Atas adanya kejadian tersebut, Claudio Sulser sebagai Presiden Komite Etika FIFA menyatakan bahwa pihaknya harus melakukan tindakan tegas dan melakukan sanksi buat dua pejabat tersebut yaitu Amos Adamu dan Reynald Temarii.
Tidak sedikit skandal nan terjadi di global pertandingan sepak bola, dan ini sudah menjadi misteri generik misalnya skandal pengaturan hasil pertandingan, skandal sogok, skandal perjudian, bahkan skandal nan dilakukan pemain menggunakan doping menjadi perhatian para pecinta sepak bola di seluruh negara. Berikut ialah skandal-skandal nan pernah terjadi di ajang pertandingan piala global 2002 dan 2006
Skandal Piala Global 2002
Piala global 2002 ialah pertandingan sepak bola nan pertama kalinya di selenggarakan di Asia, yaitu di negara Jepang dan Korea Selatan. Pertandingan nan berlangsung mulai dari tanggal 31 Mei sampai 30 Juni 2002.
Skandal piala global 2002, pada pertandingan Korea Selatan hal mengejutkan terjadi, sebagai penyelenggara tim korea selatan melaju sampai ke babak semifinal, mereka mengalahkan tim-tim besar seperti Italia dan Spanyail. Walaupun pada akhirnya Korea Selatan dikalahkan oleh Tim Jerman dalam pertandingan nan terasa sangat alot.
Yang menjadi sorotan dan masuk ke dalam skandal sejarah sepak bola piala global ialah pada waktu pertandingan putaran kedua tuan rumah melawan Italia, wasit membuat beberapa keputusan nan diluar dugaan seperti wasit mengeluarkan pemain dari Italia Francesco Totti dan menganulir gol dari Italia. Hasil pertandingan akhirnya dimenangkan oleh Korea Selatan dengan hasil akhir 2 -1. Presiden FIFA mencap Moreno sebagai Bala bagi FIFA.
Siapa sebenarnya wasit nan memimpin jalannya pertandingan waktu itu? Byon Morena, wasit asal ekuador ini memang terbilang kontroversi. Setelah kejadian piala global ia kembali memimpin pertandingan bola di Ekuador kota loka ia tinggal, sebab memberikan tambahan waktu 12 menit pada injury time . Akhirnya Mareno mengundurkan diri setelah mendapatkan sanksi dua kali, tak boleh memimpin pertandingan. Setelah mengundurkan diri dari global sepak bola, nama Moreno muncul kembali tapi bukan sebab tindakan controversial dalam sepak bola, ia telibat dalam jaringan narkoba dan di tangkap di New York sebab berusaha menyelundupkan heroin. Moreno harus menanggung perbuatannya dengan mendekam dipenjara selama dua setengah tahun.
Skandal Piala Global 2006
Skandal piala global 2002 ternyata bukan akhir, setelah empat tahun diselenggarakannya sepak bola di Korea Selatan dan Jepang, empat tahun kemudian pertandingan internasional piala global diselenggarakan di Jerman ini menjadi raport jelek dengan adanya skandal Calciopoli atau skandal Seri A piala global 2006.
Pertandingan nan di selenggakan di Jerman tersebut melibatkan dua divisi paling tinggi sepak bola italia, di seri A dan seri B. Skandal tersebut langsung terungkap pada Mei 2006 dengan adanya penyelidikan jaksa ke sebuah agensi sepak bola terkenal Gea World di Italia, melalui rekaman percakapan nan menunjukkan terdapat jaringan interaksi antara manajer tim sepak bola dengan organisasi wasit nan memimpin jalannya pertandingan.
Percakapan tersebut diterbitkan di surat kabar Italia, dan terungkaplah Luciano Moggi dan Antonio Giraudo sebagai direktur generik klub sepak bola Juventus, melakukan percakapan buat mempengaruhi wasit. Dialog nan dilakukan dengan beberapa pejabat tinggi sepak bola dari Italia.
Skandal piala global nan sangat membuat malu dan mengecewakan hati para pecinta bola, khususnya penggemar Itali dikenal dengan nama Calciopoli ialah adaptasi dari ironis Tangentopoli sebuah kejadian nan pernah terjadi pada awal tahun 1900-an atas beberapa tindakan klientelisme korupsi nan terjadi selama penyelidikan Mani Pulite.
Atas terungkapnya kasus curang tersebut pada tanggal 4 Juli 2006, Stefano Palazzi sebagai jaksa Federasi Sepak Bola Italia, menyebutkan empat klub nan tergabung dalam seri A agar didegredasi dan juga berlaku buat seri B Fiorentina dan Lazio. Dia juga meminta agar melakukan sanksi pengurangan poin dan Juventus diminta buat melucuti gelar juaranya pada tahun 2005 dan 2006.
Skandal piala global 2006, ternyata belum selesai. pada tahun 2012 nan lalu, terdapat pemberitaan nan mengejtukan mengenai pengakuan dari Kiper Ghana Richard Kingston nan mengaku bahwa ia hampir saja terpengaruh buat menerima suap pada waktu ia memimpin pertandingan piala global di Jerman , sebesar USD 300ribu.
Untungnya pada waktu itu istrinya nan memperingati buat tak tergiur oleh tawaran agen taruhan nan memastikan agar negaranya kalah dengan skor 2-0 dari Republik Ceko pada pertandingan babak penyisihan.
Mantan ahli keamanan FIFA Chris Eaton, mengindikasi adanya permainan dan pengaturan permainan pada pertandingan dan juga korupsi pada pertandingan sepak bola Internasional, bahkan ia berkomentar pada pertandingan piala global nan diselenggarakan pada tahun 2010 terdapat mata-mata. Bahkan ia berpendapat pertandingan pada tahun 2010 antara Nirgeria melawan Yunani menjadi salah satu pertandingan nan tercium adanya pengaturan permainan, hal ini terlihat pada waktu pemain Nigeria Sani Kaita mendapat kartu merah sebab menendang salah satu pemain dari Yunani nan dilakukan dengan sengaja.
Dari kejadian tersebut Sani Kaita mengaku bahwa setelah kejadian itu ia mendapatkan ancaman pembunuhan dari pendukung dan para fans dari Nigeria, mereka menganggap kekalahan Nigeria disebabkan sebab ulahnya.
Entah apa nan ada di dalam pikiran para oknum nan berbuat curang di ajang bergengsi pertandingan bola piala dunia. Namun dari kasus-kasus skandal nan terjadi jelas masih ada pihak-pihak nan berambisi buat mendapatkan kemenangan dengan cara apapun juga, dan sikap pesimis nan tak lagi mempercayai kemampuan pemain, ditambah pula dengan masih ada orang nan mau menerima uang suap atau sogokan.
Pertandingan sepak bola nan mengandalkan sportivitas di tanah lapang, tak dibarengi oleh sportivitas para pejabat-pejabatnya menjadi hal nan percuma ini hanya akan meninggalkan catatan hitam dan luka nan sangat mendalam bagi sejarah sepak bola dunia.