Kakek Gaul

Kakek Gaul

Istilah gaul ternyata tak hanya menjamur dalam kalangan ABG dan remaja, tetapi juga sudah merambat ke emak-emak hingga aki-aki. Sebut saja istilah nenek gaul atau kakek gaul nan mulai populer di zaman edan ini. Ya, zaman memang makin edan, bukan satu atau dua orang nan berpendapat seperti itu, sudah banyak nan mengeluhkan hal nan sama kalau zaman memang makin edan.



Arti Gaul nan Salah Kaprah

Era modern nan identik dengan kemajuan teknologi dan juga diikuti oleh life style nan melewati batas koridor Islam berimbas ke pergaulan nan semakin menggila. Ada dua istilah nan populer di kalangan remaja dewasa ini menyangkut life style di kehidupan zaman edan, yaitu gaul atau kampungan. Ya, ada dua pilihan nan akan melabeli seseorang dalam kalangan remaja modern, gaul atau kampungan.

Kamu masuk bagian nan mana, gaul atau kampungan? Tapi sebenarnya gaul itu apa, sih? Well , gaul itu ialah clubbing , shopping , nongkrong dan hang out bareng temen satu gang! Tahu segala hal berarti gaul. Up to date berarti gaul. Funky berarti gaul. Ngetop berarti gaul. That's all ! Uhmm, kalau kamu juga berpendapat seperti itu, berarti selama ini kamu masih belum memahami makna ‘gaul’ itu sepenuhnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaul itu ialah hayati bergaul atau berkawan dengan akrab, sebuah interaksi timbal balik mengenai bagaimana cara kita bergaul dalam hal bersikap, bertindak, bertutur, dan beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang di sekeliling.

Gaul itu tak malu melakukan apapun nan kita anggap sahih dengan batasan tak menyalahi anggaran dan norma-norma nan berlaku di lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan beragama juga tentunya.

Tapi terkadang, gaul juga dapat menimbulkan kesan nan negatif bagi sebagian orang, khususnya remaja. Hal itu dikarenakan ada sebagian dari mereka nan merasa dirinya ‘gaul’ atau mengaku gaul, tapi tindakan mereka tak menggambarkan makna dari ‘gaul’ itu tadi.

Contohnya, banyak sekali di sekeliling kita dan cenderung berbau ‘ wast your money ’, yaitu dugem, hang out sana sini, nongkrong nggak jelas, merokok, bahkan mabuk-mabukan dan nge- drugs juga mereka masukan ke dalam daftar kegiatan ‘anak gaul’. Ditambah lagi dengan kenyataan kakek gaul nan makin membuat istilah ini makin salah kaprah.

Itu ialah persepsi nan sangat salah dalam memaknai ‘gaul’. Memang setiap orang mempunyai persepsi nan berbeda dalam mendefinisikan gaul. Ibaratnya ya, tujuh dari sepuluh orang bilang kalau gaul itu berarti tahu segala hal dan up to date , tapi bagaimana pendapat tiga orang lainnya mengenai gaul? Apa sahih gaul itu berarti tahu akan segala hal? Di sinilah peran krusial orang tua dalam mendidik anak-anak mereka agar tak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.



Kakek Gaul

Penting bagi orang tua buat meluruskan maksud dari pergaulan itu nan sebenarnya, tapi terkadang bukannya menjadi penasihat bagi putra-putri mereka agar berhati-hati dalam pergaulan, sebagian orang tua malah ikut-ikutan gaul seperti remaja nan baru merasakan cinta pertama. Bahkan edanya lagi nan aki-aki pun gak mau ketinggalan dan ikut meramaikan kancah pergaulan remaja agar memperoleh label nan sama sebagai kakek gaul.

Sebagaimana di dalam pepatah lama nan menyebutkan, “ tua-tua keladi makin tua makin jadi ”, miris memang, zaman emang edan, bukannya memperbanyak ibadah tapi malah makin asyik gaul di warung kopi. Nah loh! Tapi ngomong-ngomong, bapak-bapak nan suka nongkrong di warung kopi termasuk gaul juga gak, sih?

Gak sporadis kita dapati aki-aki juga ikutan berpartisipasi di warung kopi meramaikan acara ronda malam. Uhmm, dapat dibilang mereka ialah golongan bapak-bapak gaul dan kakek gaul nan masih kuat fisik dan bernyali buat bertarung melawan maling demi keamanan kampung.

Tapi alangkah indahnya kalau para orangtua termasuk juga mereka nan sudah memasuki usia uzur, mengisi hari tua dengan memperbanyak ibadah kepada Allah Swt. Dalam artian, gaul kondusif bagi kakek dan nenek ialah dengan Allah dalam hal ibadah.

Bukankah terdengar enak di telinga kalau ada kakek-kakek dan nenek-nenek nan masih kuat fisik menghabiskan waktu mereka di masjid, mengajar cucu dan cicit menghafal ayat kudus dan mengaji. Luar biasa bukan!? Itu baru namanya kakek gaul dan nenek trendi ala Islam nan menjadi panutan bagi cucu dan cicit.

Kakek gaul ala Islam niscaya tahu betul bagaimana caranya mendidik cucu dan cicitnya agar tak teracuni oleh pergaulan bebas kaum kafir. Si kakek gaul nan beriman akan betul-betul menjaga keturunannya agar tak rusak oleh pemikiran kaum kafir dengan pendidikan agama.

Ia akan mendidik anak dan cucunya di bawah cahaya Islam. Itulah kakek gaul nan peduli dengan keimanan anak cucunya, sedapat mungking beliau akan terus melindungi, menasehati, dan mengajari keturunannya dengan ilmu agama sebab mereka ialah generasi penerus sebagai pewaris agama Islam nan akan melanjutkan perjuangan buat menegakkan agama Allah Swt.

Papa gaul, kakek gaul, anak niscaya gaul! Islam mengartikan gaul sebagai akhlak atau budi pekerti atau juga perilaku. Islam sendiri menuntut muslim buat bisa berteman dengan semua kalangan dan membaur dengan semua golongan.

Tanpa membatasi ruang mobilitas dan tanpa membeda-bedakan nan satu dengan nan lain serta tak melenceng dari garis Syar’inya. Hal itu seperti nan disampaikan di dalam salah satu Hadits Nabi nan mengatakan: “ Dan pergaulilah manusia dengan akhlak nan baik ” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Darimi).

Islam itu latif sebab Islam tak hanya mengatur masalah akidah, tetapi melingkupi semua aspek kehidupan, termasuk diantaranya bagaimana cara berteman antara pria dan wanita. Kenapa kita hayati di global ini bergaul dengan segudang anggaran nan harus dipatuhi? Kenapa Allah Swt. menuangkan banyak anggaran lewat firman-firman-Nya di dalam kitab kudus Al Qur'an buat manusia? Hal itu sebab semua anggaran hayati nan Allah berikan semata-mata buat kebaikan kehidupan manusia.

Di dalam Islam, ada batasan pergaulan antara pria dan wanita sebagaimana batasan nan kita lihat pada anggaran salat berjamaah nan memisahkan pria dengan wanita. Islam mengatur hubungan antara pria dan wanita sebatas jika ada keperluan nan mengharuskan buat berkomunikasi.

Keperluan nan dimaksud ialah dalam hal muamalah atau interaksi nan bersifat umum, seperti dalam perdagangan, persanksian, kesehatan,dan pendidikan. Jadi dibolehkan terjadi percakapan antara pria dan wanita dalam perkara tersebut.

Tapi perlu diingat bahwa percakapan hanya sebatas keperluan, bukan sesuatu nan bersifat pribadi seperti becanda, curhat dan lain-lain. Namun sayangnya, kehidupan modern saat ini telah meruntuhkan semua batasan nan ada dan tak diindahkan lagi oleh mereka nan mengaku muslim sekalipun. Pergaulan nan tampak di depan mata sudah jauh dari syiar agama. Sementara peran orang tua nan kurang tegas dalam mendidik sering membuat anak-anak mereka semakin merasa bebas, lepas, dan berteman sesuka hati.

Tidak mengherankan jika muncul istilah papa gaul, kakek gaul, anak juga niscaya gaul! Tetapi gaul nan bagaimana? Gaul dalam agama atau gaul dalam neraka dunia? Kehidupan di kota-kota besar, terutama di ibu kota telah membuktikan hal ini. Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Kasarnya, kalau orang tua saja pergaulannya tak benar, bagaimana mungkin seorang anak bisa terlahir menjadi ustadz. Lho!

Jadi begini, logiknya kalau saja para orang tua bisa mendidik dengan baik putra-putri mereka, pastilah pergaulan bebas nan bisa merenggut masa depan mereka akan dapat terhindari. Orang tua nan baik agamanya niscaya itu hasil didikan kakek-nenek nan baik imannya. Jadi kalau kakek-nenek memiliki iman nan kuat, ayah ibu pun akan mewarisi iman dan ketaqwaan tersebut dan tentunya anak-anak sebagai keturunan penerus mereka juga akan tumbuh sebagai generasi nan sholeh dan sholehah.

Kakekku gaul di mesjid !”, seorang cucu bercerita kepada temannya dengan bangga, sementara temannya membalas dengan sedih, “ Kakekku gaul di warung kopi Mpok Ati !”. Bayangkan kalau si kakek mendengar percakapan cucu-cucu mereka tersebut, bagaimana perasaan beliau jika ia termasuk ke dalam golongan kakek gaul di warung kopi sehingga lalai dalam ibadah di usia senja nan tidak lagi muda? Wallahu a'lam bisshawab.

Sahabat muslimku, marilah kita berteman ala Islam. Islam itu latif dengan segala anggaran hayati nan Allah Swt. berikan. Hal itu akan menjauhkan kita dari keburukan termasuk dampak jelek dari pergaulan bebas ala kaum kafir. Dengan begitu, kehidupan bebas seperti nan terjadi pada anak-anak remaja serta pada kenyataan kakek Gaul tak kita temui lagi dalam kehidupan ini.