Merapi Pertengahan
Di Indonesia terdapat tidak kurang dari 139 gunung berapi aktif nan menyimpan potensi buat meletus. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan juga di global ialah Gunung Merapi. Letusan Merapi nan terjadi pada tanggal 26 Oktober dan 4 November 2010 nan baru lalu merupakan letusan terbesar sejak 100 tahun terakhir. Namun sejarah Gunung Merapi juga memperlihatkan sejumlah letusan besar nan banyak menelan korban jiwa.
Setiap kejadian alam tentunya akan memberikan pelajaran dan hikmah nan luar biasa bagi kita nan mengalaminya. Untuk itu tidak ada salahnya bila kita mengetahui sejarah Gunung Merapi, terutama agar lebih memahami gunung-gunung berapi nan ada agar kita siap saat terjadi letusan. Apalagi saat Merapi meletus akan turut mempengaruhi aktifitas vulkanik gunung-gunung berapi lainnya nan berada pada lintasannya.
Secara garis besar, para pakar geologi membagi sejarah Gunung Merapi dalam 2 bagian, yaitu Merapi muda dan Merapi tua. Dari pembagian ini kemudian oleh Berthommier dikelompokkan lagi menjadi 4 bagian, terutama berdasarkan kajian stratigrafi menyangkut proses pembentukannya.
Pra Merapi
Tidak mudah melacak sejarah Merapi, terutama pada masa awal pembentukannya. Namun dari hasil penelitian, diperkirakan letusan pertama gunung Merapi terjadi pada 400.000 tahun nan lalu. Keberadaan Gunung Bibi nan terdapat di sebelah timur dari puncak Merapi dengan magma andesit basaltik nan berumur jauh lebih tua berkaitan dalam proses pembentukan Merapi.
Merapi Tua
Fase awal terbentuknya Gunung Merapi diperkirakan terjadi pada 60.000 hingga 8.000 tahun nan lalu dimana puncaknya belum membentuk kerucut. Gunung Turgo dan Gunung Plawangan merupakan akumulasi lava basaltik nan dihasilkan Merapi pada awal pembentukannya, nan terjadi pada 40.000 tahun nan lalu. Batuan nan terbentuk terdiri dari andesit basaltik dan berasal dari awan panas nan dihasilkannya.
Merapi Pertengahan
Pada termin nan diperkirakan terjadi pada 8.000 hingga 2.000 tahun nan lalu ini terjadi lelehan lava andesit dan awan panas nan membentuk beberapa puncak di sekitar Merapi, seperti Bukit Batulawang dan Gajah Mungkur. Juga diketahui letusan Merapi nan terjadi saat itu besifat efusif atau lelehan dan juga eksplosif nan mengarah secara vertikal ke udara.
Pola eksplosif ini ditemukan pada bentuk tapal kuda dengan panjang 7 kilometer dan lebar 1 hingga 2 kilometer nan terdapat di sebelah barat Merapi. Begitu juga dengan lelehan laharnya telah membentuk kaldera Pasarbubrah dan Pasarbubar.
Merapi Baru
Puncak kerucut Merapi nan disebut sebagai Gunung Anyar seperti terlihat saat ini diperkirakan berlangsung sejak 2.000 tahun nan lalu. Dari kajian stratigrafi terhadap sejarah Gunung Merapi ditemukan bahwa letusan Merapi pada periode ini pernah terjadi secara cukup kuat dan mencapai sejumlah loka nan cukup jauh. Residu dampaknya ditemukan di Candi Sambisari, Kalasan, nan berjarak sekitar 23 kilometer dari puncak Merapi.
Begitu juga letusan Merapi nan terjadi pada awal abad 11 telah menyebabkan sebagian besar kawasan di bagian tengah Pulau Jawa tertutupi abu vulkanik. Letusan ini bahkan diperkirakan menyebabkan dipindahkannya pusat kekuasaan Kerasaan Medang atau Mataram Antik ke Jawa Timur. Begitu juga dengan letusan Merapi nan terjadi tahun 1872 diketahui merupakan letusan terkuat nan pernah tercatat.