Timur Pradopo di Mata Kerabat dan Guru
Timur Pradopo saat ini tengah menjabat sebagai Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia). Ia menjadi orang nomor satu di kepolisian Indonesia sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memilih dan mengangkatnya buat menggantikan Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Ia resmi menjadi Kapolri setelah DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) menyetujui dan mengesahkannya dalam kedap paripurna.
Sebelum dipillih menjadi Kapolri, Timur Pradopo sedang menjabat sebagai Kabaharkam (Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan) Polri. Momen bersejarah pelantikannya terjadi pada Jumat, 22 Oktober 2010 di Istana Negara, Jakarta.
Dengan diangkatnya ia sebagai Kapolri, otomatis pangkat Jenderal Polisi pun disandangnya. Pangkat tersebut merupakan pangkat paling tinggi perwira tinggi di Kepolisian Republik Indonesia. Tanda kepangkatan empat bintang pun disematkan di baju kebesarannya.
Sejak diangkat menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2010, Timur Pradopo mulai menjadi sorotan publik. Pengangkatan Timur Pradopo sebagai pengganti Kapolri sebelumnya, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, dilakukan setelah ia sukses menyingkirkan kandidat kuat lainnya.
Komjen Polisi Imam Sudjarwo dan Komjen Polisi Nanan Soekarna merupakan kandidat kuat nan sama-sama memperebutkan posisi Kapolri. Ternyata, Timur Pradopo nan diajukan langsung oleh Presiden mampu melesat mengungguli keduanya. Hal ini dikarenakan Kapolri Timur Pradopo memiliki daya tarik tersendiri dan prestasi nan gemilang.
Jenderal Polisi nan terlihat sering tersenyum dalam berbagai kesempatan ini merupakan bintang kelahiran Jombang, 10 Januari 1956. Diliriknya Timur Pradopo sebagai kandidat terkuat bukan tanpa alasan. Karier Timur Pradopo sudah terlihat sejak ia bergabung di Akademi Kepolisian pada tahun 1978. Mulai dari sana namanya mencuat bak meteor di Kepolisian Indonesia.
Kontroversi Pemilihan Timur Pradopo
Penunjukan Timur Pradopo buat menempati pucuk pimpinan di kepolisian ini sempat membuat kehebohan. Sebelum namanya muncul ke permukaan bursa calon kapolri, sudah ada dua kandidat nan diajukan oleh Bambang Hendarso Danuri. Dua kandidat tersebut ialah Komisaris Jenderal Nanan Sukarna dan Komisaris Jenderal Imam Sujarwo.
Salah satu hal nan membuat penunjukan ini mengejutkan ialah bahwa baru sekitar dua minggu Bambang Hendarso Danuri menaikkan jabatannya sebagai Kabaharkam Polri dengan pangkat Komjen Pol (Komisaris Jenderal Polisi). Sebelum itu, ia menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Putusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memilihnya sebagai Kapolri dapat dikatakan bersifat mendadak. Putusan tersebut dibahas dan diambil beberapa saat sebelum Presiden memulai Kedap Kabinet Paripurna.
Sejumlah pelaku politik Indonesia menganggap keputusan Presiden memunculkan nama Timur Pradopo sebagai win-win solution atau jalan tengah buat mengimbangi nama-nama nan sudah muncul sebelumnya. Ia dianggap sebagai tokoh netral buat memangku tugas pucuk pimpinan Polri.
Kandidat-kandidat lain nan sebelumnya ramai diperbincangkan dikhawatirkan akan tak memiliki sifat netralitas ini. Hal itu terlihat dengan banyaknya langkah politik nan diambil, salah satunya dengan mendekati partai politik tertentu.
Pendidikan dan Karier Timur Pradopo
Timur memiliki gelar doktorandus di depan namanya. Polisi berpangkat Jenderal Polisi ini tercatat lahir di Jombang, Jawa Timur pada 10 Januari 1956.
Ia menyelesaikan pendidikannya di Akademi Kepolisian pada tahun 1978. Ia mulai menjajal kemampuan kepolisiannya di Poltabes Semarang sebagai Perwira Samapta.
Seiring dengan kinerja dan prestasinya nan baik, kariernya tergolong mulus dan dinamis. Ia pernah menjabat sebagai kepala kepolisian di beberapa daerah, di antaranya ialah sebagai Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat dan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Keandalannya sebagai pejabat kepolisian didukung oleh jejak rekam pendidikan nan ditempuhnya. Lulusan Akpol (Akademi Polisi) tahun 1978 ini melanjutkan pendidikannya di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) nan selesai pada 1989.
Tak berhenti di situ, ia juga sempat menimba ilmu di Sesmipol (Sekolah Staf dan Pimpinan Polisi) dan Sespati (Sekolah Staf Administrasi Taraf Tinggi) masing-masing pada 1996 dan 2001.
Timur Pradopo di Mata Kerabat dan Guru
Timur ialah putra daerah Jombang, tepatnya dari Desa Gempollegundi, Kecamatan Gudo. Di loka inilah ia lahir dan tumbuh sehingga masyarakat sekitar mengenal masa kecilnya dengan nama Timung.
Keterpilihannya menjadi Kapolri tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang-orang terdekatnya. Keluarga, tetangga, guru, dan kawan-kawannya berharap ia menjadi pemimpin nan amanah, dicintai anak buah, dan dekat dengan rakyat.