Cerita Jack dan Rose

Cerita Jack dan Rose

Ketika diluncurkan pertama kali dari Southampton, Inggris, 12 April 1912, kapal Titanic dikatakan “hampir tak mungkin tenggelam”. Dengan panjang 269 meter, lebar 28 meter, dan bobot 46.328 ton, Titanic ialah kapal uap terbesar pada masanya. Kapal ini juga dianggap sebagai puncak arsitektur bahari dan pencapaian teknologi, memiliki 16 ruang rapat air dengan pintu nan diberi pengunci listrik dan akan menutup hanya dengan menekan satu tombol dari dek kapal.

Namun, pada perjalanan nan direncanakan menuju New York itu, Titanic menabrak gunung es pada hari Minggu, 14 April 1912, dan tenggelam kurang dari tiga jam setelah menabrak gunung es. Bala itu menewaskan lebih dari 1.500 orang dan tercatat sebagai bala bahari terburuk sepanjang zaman.

Peristiwa dramatis itu menginspirasi banyak orang buat memindahkannya ke global fiksi. Puluhan judul buku fiksi terbit berdasarkan kisah konkret ini, antara lain A Night To Remember (karya Walter Lord), Psalm at Journey’s End (Erik Fosnes Hansen), dan Raise the Titanic (Clive Cussler).

Di layar lebar, belasan film sudah dibuat berdasarkan tenggelamnya kapal nan megah ini. Tak lama setelah kapal ini tenggelam, tahun 1912 juga, pengarah adegan Mime Misu di Jerman membuat film berjudul In Nacht und Eis . Masih di tahun nan sama, Etienne Arnaud membuat Save from the Titanic . Beberapa film lainnya antara lain Titanic (1943 dan 1953), A Night to Remember (1958), The Unsinkable Molly Brown (1964), dan S.O.S Titanic (1979).

Namun, film nan mendapat sambutan paling luas ialah film nan mengisahkan kehancuran kapal besar nan dirilis pada tahun 1997. Film ini disutradarai James Cameron dengan pemeran primer Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet. Film ini menghasilkan laba nan besar, yakni 600 juta dolar, tidak lama setelah dirilis.

Angka ini memecahkan rekor nan dipegang film Star Wars dan sudah bertahan 20 tahun, 140 juta dolar. Film nan menjadi fenomenal ini juga meraih 11 trofi Academy Award, sama dengan nan diraih Ben-Hur (1959) dan The Lord of the Rings: The Return of the King (2003) sebagai film nan meraih trofi terbanyak.



Api Cinta di Atas Titanic

Film nan mengisahkan detik-detik tenggelamnya kapal besar dan mewah ini dibuka dengan latar tahun 1996 ketika pemburu harta karun Brock Lovett dan timnya menyelidiki reruntuhan kapal Titanic, mencari sebuah kalung nan disebut "Heart of the Ocean". Dalam pencarian itu, mereka menemukan sebuah sketsa seorang wanita bugil nan mengenakan kalung tersebut, tertanggal 14 April 1912, malam ketika kapal nan mewah ini menabrak gunung es.

Rose Dawson Calvert, wanita berusia 100 tahun, mempelajari lukisan itu, mengontak Lovett, dan mengatakan bahwa dialah wanita dalam lukisan itu. Dia dan cucunya, Elizabeth “Lizzy” Calvert, mengunjungi Lovett dan timnya di kapal penyelidik. Ketika ditanya apakah dia tahu di mana kalung tersebut, Rose mencoba mengingat semua kenangannya tentang kapal nan fenomenal itu, dan mengungkapkan bahwa dialah Rose DeWitt Bukater, penumpang nan diyakini ikut tewas ketika kapal tenggelam.

Maka, mulailah Rose bercerita tentang pengalamannya selama berlayar dengan kapal nan mewah itu. Rose, nan saat muda diperankan oleh Kate Winslet, sedang dalam perjalanan buat menikah dengan seorang anak pengusaha kaya, Caledon “Cal” Hockley (Billy Zane). Namun, dalam pelayaran itu Rose jatuh cinta kepada seorang pemuda miskin bernama Jack Dawson (Leonardo DiCaprio).

Jack hanyalah penumpang kelas tiga, tetapi ia mampu menyalakan barah cinta pada diri Rose sehingga mereka pun terlibat dalam sebuah romansa nan menyentuh hati. Sayangnya, cinta mereka harus menghadapi tantangan dari ibu Rose dan, kemudian, bala tenggelamnya kapal Titanic.



Titanic dalam Film

Cerita menyedihkan, dan suasana mencekam nan terjadi saat kapal besar ini tenggelam menginspirasi seorang James Cameron. James Cameron menyelipkan cerita romantis dalam kisah konkret nan sebenarnya tragis ini. James kemudian menjadikan cerita Titanic menjadi sebuah film. Ia membangkitkan kembali ketegangan nan terjadi saat itu pada sebuah roll film.

Film nan berdasarkan kisah konkret ini diproduksi pada 1997. Jika ada penobatan sebuah film romantis sepanjang masa, boleh jadi film Titanic ialah pemenangnya. Film ini benar-benar menggambarkan rasa cinta nan tulus dan mendalam seorang pria terhadap wanita nan dicintainya. Film ini berlatar belakang cerita mengenai disparitas tingkatan sosial. Permasalahan ini memang menjadi hal klasik nan selalu ada di setiap kisah percintaan.



Cerita Jack dan Rose

Sosok pria tersebut diperankan oleh Leonardo diCaprio, dan wanita nan cukup membuat para penonton wanita iri sebab perlakuan romantis di film Titanic diperankan oleh Kate Winslet. Film ini bercerita tentang sepasang manusia berbeda taraf sosial dan ekonomi nan saling jatuh cinta. Jack, ialah seorang pria miskin nan secara beruntung bisa ikut serta naik kapal nan mewah ini menuju New York. Keberuntungannya ternyata berujung dengan bencana.

Dan Rose ialah seorang wanita cantik nan memiliki kelas sosial lebih tinggi beberapa taraf dari Jack. Meskipun terhalang oleh disparitas tingkatan sosial, Rose nyatanya sama sekali tak memedulikan itu. Rose tertarik dengan kepribadian Jack nan menyenangkan.

Pertemuan mereka pertama terjadi saat Rose nan menolak dijodohkan dengan pria kaya tengah mencoba melompat dari atas kapal dan mengakhiri hidupnya. Jack nan saat itu kebetulan berada di lokasi kejadian, secara manusiawi mencoba buat mencegah Rose buat melakukan itu.

Perlahan dan niscaya Jack sukses membuat Rose mengubah niatnya buat bunuh diri. Semenjak itu, mereka jadi sering berjumpa dan berkomunikasi. Cinta pun datang dengan sendirinya. Romansa antara Jack dan Rose terjalin sangat singkat. Ditambah dengan ketidaksukaan keluarga Rose terhadap Jack nan membuat romansa mereka semakin rumit. Rose nan siap menikah terlibat cinta dengan lelaki miskin. Bagi keluarga besar Rose, hal itu sangat memalukan.

Tragedi pun terjadi. Kapal besar nan membawa puluhan ribu manusia itu menabrak bongkahan gunung es dan mengalami kebocoran. Perlahan dan pasti, kapal megah itu terbelah dan karam. Di tengah kericuhan nan terjadi, Jack berusaha menyelamatkan hidupnya dan Rose.

Hingga akhirnya lelaki miskin itu rela wafat sebab beku buat wanita nan dicintainya. Saat tengah terapung di lautan, Rose nan berada di atas sebuah kayu dan mengapung, Jack justru memilih buat berada di dalam air. Menggenggam tangan Rose dan meyakinkannya kalau ini semua akan berakhir bahagia.



Kepiawaian Sutradara

Kisah nan ada dalam film ini sangat mengharukan sebab harus berakhir dengan perpisahan nan indah. Pada saat film ini booming diputar banyak sekali nan menggmarnya. Bahkan ada nan rela menontonya berkali-kali hanya buat mengenang kisah romantis antara Jack dan Rose. Padahal apa nan diangkat dalam kisah ini sebenarnya menggambarkan bagaimana kapal nan mewah itu tenggelam.

Di sinilah kepiawaian seorang pengarah adegan dalam mengemas cerita. Kisah tragis tenggelamnya kapal nan sangat megah dan mewah itu diselipi dengan romansa nan romantis. Mungkin jika tak diselipi dengan romansa nan romantis ini, dapat saja film nan mengisahkan tenggelamnya kapal simbol kekayaan itu terasa hambar, seperti film-film terdahulu.

Tampaknya romansa romantis masih menjadi kisah nan selalu dinanti dan ditunggu oleh publik. Terutama bagi mereka nan sangat menyukai film nan mengisahkan romansa nan indah. Film Titanic ini dijadikan sebagai surat keterangan bahkan simbol romansa romantis.

Namun tak hanya kisah nan mengharukan saja nan ternyata membuat film ini sangat menarik. Terbukti dengan mendapatkan penghargaan Oscar nan mencapai sebelas penghargaan itu film ini tak dapat dipandang sebelah mata. Padahal jika kita jajak lebih jauh lagi, banyak sekali mitos nan beredar seputar kapal mewah ini, mulai dari perencanaan, pembuatan sehingga pada saat berlayar. Namun, ternyata nan lebih menarik dihati penonton malah romansa di dalamnya.

Ide kreatif sangat krusial dalam sebuah karya, dan film Titanic ini telah melakukan itu. Dapat saja kisah romantis nan menjadi inti cerita tetapi menggunakan setting selain kapal mewah, seperti film Romeo and Juliet nan juga diperankan oleh Leonardo diCaprio. Romeo and Juliet sudah dipastikan sarat dengan kisah romantis, tetapi menggunakan latar kontradiksi antar keluarga. Namun, tetap saja lebih banyak nan mengapresiasikan film Titanic.

Ada nan mengatakan jika sudah menonton film Titanic sampai puluhan kali. Itu menunjukkan bahwa memang film ini pantas dikatakan sebagai film romantis sepanjang masa. Tidak hanya filmnya, bahkan lagu sountracknya pun didaulat sebagai lagu nan paaling romantis.