Revolusi Putih Iran
Revolusi berarti perubahan nan terjadi secara cepat. Istilah revolusi biasa digaungkan ketika suatu golongan menginginkan terjadinya perubahan atas rezim pemerintah nan dianggap sudah tak berjalan sinkron koridor. Biasanya, sebuah gerakan revolusi disertai dengan percobaan buat mengambil alih kekuasaan. Selain revolusi 65, baru-baru ini kita mendengar istilah Revolusi Putih nan digaung-gaungkan membawa perubahan buat masyarakat.
Revolusi Putih merupakan gerakan perubahan nan dibawa oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA). Gerakan ini diprakarsai oleh Prabowo Subianto nan kemudian turut disebarluaskan oleh Tunas Indonesia Raya (TIDAR), salah satu organisasi sayap Partai Gerindra nan dianggotai para pemuda.Sebenarnya, gerakan seperti apa revolusi nan diusung oleh organisasi ini?
Ternyata, Revolusi Putih merupakan sebuah program buat menambah gizi lewat kegiatan minum susu sapi murni. Dengan proses penyajian nan tak lebih dari 3 x 24 jam, susu sapi murni dapat memberikan gizi nan lebih lengkap dibandingkan susu formula. Susu murni ini dibagikan perdeo buat masyarakat, dan khususnya anak-anak.
Program pembagian susu murni ini memang terkesan sangat simbolik, namun ada makna implisit di balik gerakan ini. Menurut Dian Pratama, penggagas kegiatan TIDAR PEDULI, Revolusi ini diharapkan bisa dilakukan secara rutin setiap bulannya, dan buat ke depannya, pada setiap revolusi nan dilakukan oleh TIDAR, diharapkan menggunakan susu murni dengan kemasan nan lebih menarik.
Menurut data nan dihimpun oleh Gerindra, konsumsi susu per kapita di Indonesia tahun 2010 sebanyak 11,84 liter setahun. Jika dihitung, rata-rata orang Indonesia hanya minum 32,44 mililiter atau 2 sendok makan per hari. Itu berarti konsumsi susu Indonesia menempati posisi terbawah jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tengagara lainnya.
Konsumsi per kapita di Malaysia, Singapura, dan India tahun lalu masing-masing 50,26 liter, 47,35 liter, dan 45,43 liter. Di Vietnam dan Filipina, konsumsinya mencapai 14,05 liter dan 12,35 liter. Gerakan Revolusi Putih terinspirasi dari India nan telah menerapkan program itu sejak 20 tahun nan lalu. Padahal, sebelumnya India dikenal sebagai negara miskin dan terbelakang. Tapi sekarang, India telah menjadi negara industri baru nan maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara di China, gerakan ini sudah dimulai sejak tahun lalu. Gerakan Revolusi ini, diharapkan mampu membawa perubahan bagi anak-anak Indonesia pada 20 tahun mendatang dan akan menjadi generasi nan unggul. (Subianto: 2009).
Tidak sekadar membagikan susu sapi murni secara gratis, kegiatan ini juga ditujukan buat meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya susu bagi kesehatan. Berbagai lapisan masyarakat pun diharapkan peduli pada orang-orang di sekitarnya, terutama golongan menengah ke bawah, buat ikut dibantu mengonsumsi susu setiap harinya.
Lebih jauh lagi, revolusi ini mengusung misi buat meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, dicanangkanlah Revolusi Putih sebab susu identik dengan rona putih, agar gizi anak Indonesia terpenuhi, otak sehat, dan fisiknya kuat. Partai nan diusung oleh putra pertama begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini konfiden bahwa bangsa nan kokoh berawal dari generasi muda nan sehat.
Revolusi ini mulai digalakan sejak tahun 2010. Program ini juga bersinergi dengan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI). Pada tahun 2012, pemberitaan mengenai Revolusi ini semakin banyak sebab pasangan calon gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, menjadikan gerakan ini sebagai salah satu program kampanyenya.
Pada siaran pers di Pasar Jaya Klender Jakarta Timur, 11 Mei 2012, Nachrowi Ramli memaparkan bahwa Revolusi Putih sinkron dengan misi Fauzi-Nachrowi jika dipercaya buat memimpin Jakarta dalam lima tahun ke depan. Menjadikan Jakarta nan aman, nyaman, dan sejahtera. Pada kesempatan itu pula, pasangan Fauzi-Nachrowi mendapatkan dukungan dari APDI DKI Jakarta.
Saat ini anggota APDI DKI Jakarta sendiri secara resmi tercatat berjumlah empat ribu pedagang dan peternak daging, serta anggota APDI nasional mencapai enam ratus ribu lebih. Sebenarnya, berpuluh tahun dari sekarang, Revolusi Putih telah dikenal di Iran. Namun tentunya memiliki misi dan tujuan nan berbeda dengan revolusi ala Partai Gerindra. Revolusi Putih merupakan program modernisasi dan westernisasi di Iran nan diprakarsai oleh Shah Reza pada tahun 1925.
Revolusi Putih Iran
Shah Reza memulai debut kepemimpinannya di Iran dengan sebuah pemberontakan terhadap Dinasti Qajar. Sebagai seorang perwira kavaleri, Reza Khan –nama aslinya sukses menggunakan kekuatannya buat menggulingkan dinasti Qatar dan kemudian mendirikan dinasti Pahlevi. Dalam menjalankan pemerintahannya, Shah Reza rupanya berniat mengikuti jejak Presiden Turki, Mustafa Kemal Attaturk.
Presiden Turki ini berpendapat bahwa Islam dan budayanya dapat menjadi penghambat kemajuan Negara (Sarbini: 2005). Iran harus berkiblat kepada negara-negara barat supaya tercipta sebuah modernisasi seperti nan diidam-idamkannya selama ini. Shah Reza kemudian mencanangkan mesin propaganda dalam balutan jargon Revolusi Putih bagi Iran. Disebut sebagai Revolusi Putih sebab gerakan ini direncanakan di Gedung Putih, Amerika Serikat.
Langkah pertama nan direalisasikan ialah membangun militer modern. Setiap pemuda diberlakukan wajib militer buat memperkuat tentara. Para tentara berpangkat tinggi pun diberi pelatihan militer di Prancis. Tiga puluh tiga persen dari aturan negara terserap habis buat pendidikan militer ini. Shah reza mendapat dukungan penuh dari Amerika Perkumpulan dalam hal pendanaan dan tenaga ahli.
Amerika Perkumpulan tentu tidak melewatkan kesempatan bersekutu dengan negara penghasil minyak nan niscaya akan menguntungkan dirinya.Kedekatannya dengan Amerika Perkumpulan membuat Shah Reza tergila-gila dengan segala produk budaya barat. Ia pun menambahkan westernisasi dalam list Revolusi Putih-nya. Hingga tahun 1978, jumlah tenaga kerja asal Amerika sudah mencapai 60.000 orang.
Tak pelak, berbagai budaya barat nan awalnya tak akrab dengan budaya Islam, menyebar cepat bagaikan virus. Musik pop, film barat, tarian, fashion ala barat, minum-minuman keras, hingga tempat-tempat hiburan bercokol di pusat-pusat kota. Generasi muda Iran mulai mengikuti pola hayati western.Hal ini tentu membuat gerah para ulama di Iran.
Shah Reza, nan juga memerintahkan pelarangan pemakaian cadar, dianggap telah menodai nilai-nilai Islam. Akibatnya berbagai gejolak protes dan pemberontakan muncul di sana-sini. Namun dengan kekuatan militernya, Shah Reza berusaha melumpuhkan kekuatan versus politiknya dengan berbagai cara.
Pada awal 1960, Shah Reza memulai kedekatannya dengan Jerman di bawah pengaruh NAZI. Hal ini membuat Amenrika Perkumpulan geram dan memaksa Shah Reza turun tahta. Ia pun digantikan oleh putranya, Mohammad Reza Shah Pahlevi.Di bawah kepemimpinan Reza Pahlevi, Revolusi Putih Iran berkembang menjadi sebuah paket nan terdiri dari tindakan-tindakan strategis dan terencana buat mereformasi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani dan buruh industri, serta mewujudkan emansipasi wanita.
Secara khusus, program ini menonjolkan land reform dan hak-hak perempuan. Sayangnya, land reform tersebut ternyata sebuah kamuflase buat penghancuran ekonomi di sektor agraris. Setiap petani mendapatkan jatah tanah dari pemerintah. Namun jatah tanah tersebut harus dikembalikan kepada pemerintah (sewa) dalam bentuk pembayaran melalui bank-bank nan dikuasai keluarga Pahlevi.
Petani semakin merasa tercekik sebab tanah-tanah nan menjadi jatah tanam mereka nyaris tak dapat digunakan buat bercocok tanam. Sedangkan tanah-tanah nan fertile dikuasai oleh yayasan milik keluarga Pahlevi dan ditanami berbagai komoditi nan tak dikenal sebagai bahan pangan lokal masyarakat Iran. Pasar dipenuhi oleh berbagai bahan-bahan impor, sedang produksi lokal menguap entah kemana.
Berbagai ketimpangan dalam Revolusi Putih Iran ini memicu berbagai pergolakan dan gerakan penggulingan dinasti Pahlevi. Dipimpin oleh Ayatollah Khomeini, setelah banyaknya darah nan tertumpah di Iran, Shah Mohammad Reza Pahlevi nan melarikan diri ke Mesir, sukses digulingkan pada 1979 dalam Revolusi Islam. Iran pun memulai pemerintahan barunya di bawah kepemimpinan ulama. Dengan demikian rezim Pahlevi dan Revolusi Putih telah berakhir.