Serangan Kerajaan Demak ke Malaka

Serangan Kerajaan Demak ke Malaka

Sebelum berbentuk sebagai sebuah negara nan memiliki sistem pemerintahan modern, Indonesia lebih dulu sudah mengenal sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, salah satunya Kerajaan Demak . Kerajaan nan terdapat di Indonesiapun jumlahnya cukup banyak. Tiap-tiap wilayahnya memiliki sistem kekerajaannya sendiri, termasuk juga Kerajaan Demak.

Daerah kekuasaan pun terbagi menjadi beberapa bagian, bergantung sejauh dan sebesar apa kerajaan itu berkuasa. Salah satu kerajaan terbesar nan dimiliki oleh Indonesia pada zaman dahulu ialah kerajaan Demak.

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan kerajaan berbasis Islam pertama di Pulau Jawa. Perkembangan Islam di Pulau Jawa tak lain berawal dari sebuah kerajaan di daerah Demak ini atau disebut Kerajaan Demak .

Secara geografis, Kerajaan Demak terletak di kabupaten Demak, Jawa Tengah. Oleh masyarakat sekitar, Demak dikenal juga dengan sebutan Bintoro atau Glagah Wangi. Kerajaan Demak merupakan "bawahan" dari Kerajaan Majapahit.

Jika dibandingkan umur, Kerajaan Demak jauh lebih muda daripada Kerajaan Majapahit. namun, berbicara sejarah, Kerajaan Demak nyatanya tak dapat lepas dari pengaruh Kerajaan Majapahit.

Tentu saja, sebab raja dari Kerajaan Demak, Raden Patah ialah seorang Bupati dari Kerajaan Majapahit nan berpindah kepercayaan menjadi Islam.

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam paling besar di pantai utara Jawa. Berdasarakan sebuah sumber dari tradisi Jawa, Demak awalnya ialah keadipatian (kadipaten) dari kerajaan Majapahit dan termasuk pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya, Indonesia pada umumnya.

Kerajaan Demak berkiprah tak lama atau berumur pendek dan dengan cepat mengalami kemunduran sebab adanya peristiwa kudeta di antara kerabat kerajaan Demak. Kekuasaan Demak berpindah ke Kerajaan Pajang nan didirikan oleh Jaka Tingkir. Masjid Agung Demak ialah salah satu peniunggalan bersejarah Kerajaan Demak nan menurut tradisi dibangun oleh walisongo.

Pada zaman itu, lokasi ibukota Kerajaan Demak masih dapat dilayari dari bahari dan diberi nama Bintara (di dalam bahasa Jawa dibaca Bintoro ). Loka tersebut saat ini telah menjadi Kota Demak di Jawa Tengah. Masa ketika beribukota di lokasi tersebut, terkadang dikenal dengan Demak Bintara. Lalu, pada masa raja ke-4, ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca Prawoto dalam bahasa Jawa).



Cikal Bakal Kerajaan Demak

Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran kejayaan, secara otomatis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wliayah nan terbagi menjadi kadipaten-kedipaten itu saling serang dan saling mengaku sebagai pewaris tahta Majapahit.

Kerajaan Demak didirikan di akhir abad ke-15 dan diperkirakan didirikan oelh seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po. Putranya juga diyakini oleh Tome Pires dalam Suma Oriental-nya sebagai Pate Rodim atau mungkin maksudnya Badruddin (Kamaruddin) nan meninggal pada 1504. Adik Rodim nan bernama Trenggana bertahta pada 1505-1518 dan dari 1521-1546.

Tradisi Jawa mengungkapkan bahwa pada zaman itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yakni Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Raden Patah sendiri memperoleh dukungan dari Walisongo, sedangkan Ki Ageng Pengging didukung oleh Syekh Siti Jenar.



Sejarah Kerajaan Demak

Kepemimpinan Raden Patah

Tahun 1500-an, Raden Patah mengambil sebuah keputusan besar dalam sejarah kerajaan di Indonesia. Ia rela meninggalkan kerajaan besar buat mendirikan sebuah kerajaan Islam. Sebuah kerajaan nan berpusat di kota Demak.

Kemunduran Raden Patah dari Majapahit bukan semata-mata sebab ia sudah tak lagi peduli. Saat itu, kerajaan terbesar nan pernah dimiliki Indonesia itu mengalami suatu kemunduran. Berdirinya Kerajaan Demak mendapat donasi dari Wali Songo. Sembilan tokoh Agama Islam nan menjadi panutan bagi masyarakat saat itu.

Pengaruh dari Wali Songo sangat kuat. Kerajaan Demak pun berkembang dengan cepat. Kerajaan Demak tak membutuhkan waktu lama buat bisa menjadi sebuah kerajaan Islam nan besar.

Kejayaan Raden Patah dalam memimpin Kerajaan Demak terjadi pada 1511. Daerah kekuasaannya pun meluas hingga daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam memimpin Kerajaan Demak, Raden Patah tak seorang diri. Raden Patah dibantu oleh anaknya, Pati Unus.



Kepemimpinan Pati Unus

Pati Unus nan saat itu tengah menjabat sebagai adipati Jepara membantu ayahnya buat terus mengembangkan Kerajaan Demak. Hingga akhirnya Raden Patah meninggal pada 1518. Posisi Raja Demak diturunkan padanya. Pati Unus pun menjadi Raja Demak seutuhnya.

Pati Unus terkenal juga dengan sebutan Pangeran Sebrang Lor. Taklama setelah menggantikan posisi ayahnya sebagai Raja Demak, Pati Unus pun meninggal. Pati Unus meninggal setelah tiga tahun menjabat sebagai Raja Demak. Tahta selanjutnya jatuh pada tangan adik dari Pati Unus, Pangeran Trenggono. Pati Unus memerintah pada 1518 hingga 1521.



Serangan Kerajaan Demak ke Malaka

Raja Demak, Pati Unus, telah merencanakan buat menguasai Malaka sejak 1509. Ketika itu, Malaka ada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Artinya, agresi Kerajaan Demak ke Malaka bukanlah dilatarbelakangi oleh anti kekuasaan asing, namun merupakan sebuah pencaplokan imperialis. Pada 1511, Laksamana armada Portugis, Alfonso D’Alburquerque, melangkahi planning Pati Unus dengan menaklukkan Malaka sehingga Sultan Malaka, Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.

Pati Unus sangat mengetahui kekuatan primer Portugis, yaitu armada bahari nan dimilikinya. Portugis dikenal mempunyai kapal nan kuat dan dapat dikatakan lebih kuat dari kapal Majapahit. Oleh sebab itu, Kerajaan Demak nan dipimpin oleh Pati Unus berupaya menghidupkan lagi kekuatan armada Majapahit. Lalu, menyatukan kekuatan nusantara buat mengusir Portugis dari Malaka. Namun, Ppti Unus gagal melawan Portugis.



Kepemimpinan Pangeran Trenggono

Pangeran Trenggono memerintah dengan baik. Kerajaan Demak kembali mencapai masa kejayaannya. Daerah kekuasaan Kerajaan Demak kini sudah mulai menyentuh wilayah Jawa Barat. Itu semua berkat kepemimpinan Pangeran Trenggono nan bijaksana, gagah, dan berani. Masa kepemerintahan Pangeran Trenggono berlangsung dari tahun 1521 hingga 1546.



Kerajaan Demak dan Portugis

Portugis ialah musuh primer dari Kerajaan Demak. Portugis menghambat berkembangnya Kerajaan Demak. Secara bersamaan, datanglah seorang ulama, bernama Fatahillah nan juga tak bahagia dengan tingkah laku Portugis. Fatahillah dan Pangeran Trenggono pun manunggal buat mengusir Portugis dari tanah Sunda pada saat itu.

Tahun 1527, Portugis akhirnya sukses dikalahkan oleh Jayakarta nan lebih dulu telah mengakui kebesaran Fatahillah. Sementara upaya menyatukan seluruh Jawa dalam satu kerajaan terus dilakukan Pangeran Trenggono. Pengeran Trenggono sukses menaklukan Mataram dan Singasari. Beliau akhirnya meninggal ketika hendak menaklukan daerah Pasuruan.



Keruntuhan Kerajaan Demak

Meninggalnya Pangeran Trenggono menyisakan kepedihan bagi anak dan keluarganya. Kudeta pun tak dapat dielakkan. Kudeta terjadi antara anak dari Pangeran Trenggono dengan adik Pangeran Trenggono. Naas, dua keturunan dari Pangeran Trenggono itu tak ada satupun nan sukses memerintah.

Para keturunan Pangeran Trenggono dihabisi oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang ialah sosok kejam nan sama sekali tak disukai rakyatnya. Ia bahkan membunuh Adipati Jepara. Melihat suaminya terbunuh, Ratu Kalinyamat, istri dari Adipati Jepara, meminta donasi dari adipati-adipati lain buat melawan Arya Penangsang.

Di antara adipati tersebut terdapat menantu Sultan Trenggono bernama Joko Tingkir. Joko Tingkir lah nan akhirnya dapat mengalahkan Arya Penangsang. Kerajaan Demak pun dipindahkan ke Pajang pada 1568.