Hikmah Hayati Menurut Agama
Hipup ialah perjuangan panjang nan tak akan berakhir hingga napas meninggalkan badan. Perjuangan hayati seseorang akan selalu didera kendala dan perjuangan nan kadang membuat mereka putus asa. Hayati bukanlah perkara mudah di mana kita hanya harus bertahan hingga akhir. Akan tetapi, kita juga hendaknya mencari tahu hikmah hayati nan kita jalani. Apalah artinya umur panjang jika kita sendiri tak mengetahui tujuan dari hayati kita tersebut.
Pencarian hikmah hidup tentunya tak akan segera terjawab setelah kita memikirkannya. Ada kalanya pencarian nan kila lalui harus memakan waktu bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Hikmah hayati ialah hal nan hendaknya dicari dan dimaknai oleh tiap-tiap orang. Dengan mengetahui hikmah-hikmah apa saja nan ada dibalik kejadian dan kisah hidup, kita tentu bisa mempelajari hal-hal nan membuat kita besyukur telah melangkah sejauh sekarang ini.
Namun tak jarang, kita melihat seseorang menyia-nyiakan hidupnya, atau dengan sengaja menjerumuskan hidupnya ke dalam lembah kesengsaraan. Beberapa orang menyerah dengan hayati nan mereka jalani, dan beberapa orang nan lain berjuang buat bisa hayati dengan lebih baik.
Hikmah Hayati vs Budaya Bunuh Diri
Kita sering melihat percobaan bunuh diri nan biasanya menjadi salah satu warta primer di televisi kita. Kasus bunuh diri tak hanya populer di kalangan selebriti Korea saja. Namun juga, di lingkungan masyarakat kita sendiri.
Banyak hal nan menjadi alasan kenapa seseorang melakukan percobaan bunuh diri, di antara mereka bahkan tak merasa takut buat loncat dari gedung bertingkat hanya sebab masalah sepele. Mereka nan melakukan percobaan bunuh diri mungkin tak mengetahui hikmah hayati nan mereka jalani. Mereka merasa bahwa hayati nan mereka jalani sudah tak bermakna dan tanpa tujuan.
Bunuh diri tak hanya terjadi sebab meraka tak mencari hikmah hidup apa saja nan telah mereka lalui selama ini. Akan tetapi, seringkali percobaan bunuh diri dilakukan sebab faktor-faktor lain nan memang mendorong mereka buat mengakhiri hayati mereka.
Seseorang dapat dengan mudah memutuskan buat mengakhiri hidupnya sendiri dapat jadi sebab alasan seperti: depresi, tekanan dari lingkungan, tak waras, himpitan ekonomi, juga menderita penyakit nan berkepanjangan dan tak sembuh-sembuh.
Menurut ilmu sosiologi, alasan seseorang melakukan bunuh diri terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Egoistic suicide atau percobaan bunuh diri dampak alasan pribadi.
- Altruistic suicide atau percobaan bunuh diri buat melindungi orang lain.
- Anomic suicide atau percobaan bunuh diri dampak keadaan lingkungan.
Sementara, bunuh diri nan biasa dilakukan oleh remaja juga pada umumnya didasari oleh alasan-alasan eksklusif seperti:
- Konflik dengan keluarga
- Ditolak dalam pergaulannya
- Patah hati dampak putus cinta
- Dipermalukan oleh teman sejawat
- Konflik dengan kekasih
- Menghindari masalah
- Ujian Nasional
Dengan mencari hikmah hidup, seseorang bisa terhindar dari percobaan bunuh diri. Namun jika bunuh diri menjadi suatu tradisi, maka akan sulit buat mengubah Norma tersebut.
Jepang ialah salah satu negara nan memiliki budaya bunuh diri atau nan juga disebut dengan seppuku atau harakiri . Budaya seppuku ini pada awalnya hanya dipakai oleh kaum samurai nan lebih memilih buat wafat bunuh diri daripada harus menyerah di tangan musuh.
Minamoto No Yorimasa ialah orang Jepang pertama nan tercatat dalam sejarah nan melakukan seuppuku pada tahun 1180. Seppuku juga dilakukan oleh orang-orang nan merasa bertanggung jawab atas kegagalan nan dilakukannya. Dan bunuh diri menjadi jalan satu-satunya bagi mereka buat membayar kegagalan nan telah diakibatkannya.
Seperti nan dilakukan oleh presiden kereta barah di Hokaido Jepang, Naotoshi Nakajima. Ia merasa bersalah dampak kecelakaan kereta barah nan terjadi di Hokaido pada mei 2011. Kecelakaan ini mengakibatkan 35 orang luka-luka. Naotoshi Nakajima menenggelamkan dirinya di bahari sebab dia merasa bersalah dengan kecelakaan nan terjadi, meskipun kecelakaan tersebut bukanlah kecelakaan besar.
Di jepang, praktik bunuh diri merupakan salah satu cara buat menyampaikan rasa maaf nan sebesar-besarnya kepada orang-orang nan telah dirugikan atas kesalahan nan kita lakukan.
Hikmah Hayati Menurut Agama
Bunuh diri nan dilakukan oleh umat manusia tak hanya disayangkan menurut pandangan agama Islam saja, tetapi juga dalam ajaran Hindu, Budha, dan Katolik.
Dalam agama Hindu, praktik bunuh diri sama besar dosanya dengan upaya membunuh orang lain. Namun, umat Hindu masih membenarkan upaya bunuh diri nan dilakukan dengan jalan berpuasa dengan syarat-syarat tertentu.
Umat Budha nan mempercayai adanya reinkarnasi juga memiliki pandangan nan negatif terhadap percobaan bunuh diri. Sama seperti umat Hindu, mereka juga menganggap upaya buat membunuh diri sendiri sama besar dosanya dengan upaya membunuh orang lain.
Dalam ajaran Islam, bunuh diri hukumnya dosa besar nan larangannya terdapat dalam surah An-Nisa' ayat 29 dan Al-Kahfi ayat 6 nan menyebutkan:
"Hai orang-orang nan beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan nan batil, kecuali dengan jalan perniagaan nan berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah ialah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa': 29)
"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu sebab bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (Al-Kahfi: 6)
Tuhan memberikan kita kesempatan buat melihat global agar kita mengetauhui hikmah hayati kita. hikmah nan akan kita temukan sembari menjalankan kehidupan ini di jalan nan diperintahkan oleh-Nya.
Hikmah hayati dapat saja didapatkan seseorang dari mempelajari keadaan sekelilingnya. Beberapa orang merasa bahwa hidupnya akan bermakna ketika mereka dapat memberikan kegunaan bagi orang lain. Beberapa nan lainnya mungkin beranggapan bahwa hidupnya akan ada artinya jika mereka bisa memperoleh kekayaan dan kesuksesan duniawi.
Banyak cara dan alasan bagaimana seseorang memaknai hayati nan dijalaninya. Mereka memaknai apa nan mereka jalani menurut pandangan nan mereka percaya.
Seseorang dengan pandangan keduniaan tentu melihat hidupnya sebagai huma buat memupuk kekayaan nan mereka dapatkan dari hasil usaha mereka. Mereka nan melihat popularitas sebagai titik primer kehidupan, tentu merasa puas jika selalu menjadi sorotan kamera paparazzi nan mengikuti mereka ke mana saja.
Hikmah hayati seseorang tentu berbeda antara nan satu dengan nan lainnya. Ini sebab tiap-tiap orang memiliki pengalaman hayati nan berbeda-beda. Sehingga mereka memaknai hayati nan mereka jalani dengan berbeda pula.
Menitikberatkan pusat kehidupan kepada hal-hal duniawi kadang membawa kesengsaraan bagi manusia itu senditi. Tidak jarang, orang-orang nan dulunya berhasil di bidang bisnis nan mereka jalani tiba-tba memutuskan bunuh diri dampak usahanya tersebut bangkrut. Dan tak sporadis di antara mereka nan melakukan percobaan bunuh diri sekeluarga.
Para seniman nan pamornya mulai turun juga sering dilanda depresi dan menuntun mereka ke dalam upaya bunuh diri. Seperti nan banyak dilakukan oleh artis-artis muda Korea nan memutuskan bunuh diri dampak pamornya nan redup di global keartisan.
Hikmah hidup hendaknya sesuatu nan dilandasi oleh nilai-nilai agama. Sehingga ketika kita tertimpa kemalangan kita bisa mengembalikan semuanya ke kekuasaan Tuhan. Dengan memaknai hayati sinkron dengan ajaran agama, tentu kita tak akan terlalu kecewa ketika kegagalan itu menghampiri bisnis kita, karir keartisan kita, atau bahkan ketika kita ditinggalkan oleh sanak keluarga nan kita cintai.
Dengan memaknai hayati sinkron dengan apa nan diajarkan oleh agama, tentunya kita bisa dengan ikhlas menghadapi segala bentuk cobaan nan ada. Pendidikan agama nan kuat akan memberi pondasi nan kokoh buat bertahan dari cobaan hayati dan terus berusaha hingga ajal menjemput. Dengan mengetahui makna hayati nan sebenarnya, kita akan hayati dengan lebih bermanfaat tak hanya buat diri kita saja tetapi juga buat keluarga dan orang lain.
Semoga saja kita bisa mengetahui hikmah kehidupan nan kita jalani sebelum ajal menjemput.