Bukan Sekadar Pengangkut Manusia
Naik kereta api, tut tut tut...
Lagu tersebut memang begitu akrab dengan kita. Terlebih, saat kita masih kecil. ‘Kita’ dalam artian buat generasi tahun 1980an-1990an. Sekarang lagu itu mungkin tak banyak lagi dikenal. Padahal lagu itu cukup menarik dan mudah dinyanyikan. Lagu tersebut kerap menjadi nyanyian nan memiliki sisi edukasi dalam hal sosialisasi alat transportasi darat, yakni kereta api. Kereta barah merupakan alat transportasi massal nan bekerja digerakkan oleh uap dan mesin. Namun, pernahkah Anda berkunjung ke museum kereta api?
Sebelum Kereta Api
Indonesia itu ialah negara nan kaya dengan begitu banyak peninggalan zaman dahulu termasuk alat transportasi. Berkunjunglah ke Museum Kereta nan ada di Kraton Yogyakarta. Di loka itu Anda akan menemukan begitu banyak ragam kereta mulai dari kereta kencana hingga kereta biasa. Menyaksikan kereta kencana nan ada di cerita dongeng rasanya belum puas kalau belum menatap langsung estetika sebuah kereta kencana nan sering dinaiki oleh raja dan keluarga kerajaan lainnya.
Melihat kereta kencana itu membangkitkan romantisme dan keasyikan tersendiri. Kisah dibalik kereta nan menakjubkan juga akan melambungkan daya khayal ke langit ke tujuh. Bagaimana sebuah kereta nan dihadiahkan oleh orang nan berasal dari negeri nun jauh di seberang sana dapat sampai ke Indonesia, juga menyimpan suatu kisah latif tersendiri. Cara para abdi dalem memperlakukan kereta-kereta nan ada di museum tersebut juga akan membuat otak berpikir. Bagaimana dapat mereka menganggap bahwa kereta itu mempunyai ruh. Suatu pemahaman nan mungkin akan sangat sulit dicerna oleh orang lain nan tak tahu menahu dengan adat dan budaya Jawa.
Kereta-kereta nan disebut dengan nama ‘Kyai’ itu cukup unik. Satu makna kebudayaan nan harus dipelajari walau tetap tak boleh masuk ke ranah kesyirikan nan akan mencelakakan diri di global dan di akhirat. Mengunjungi museum satu ini tak ada ruginya. Biayanya tak mahal. Apalagi dapat sekaligus masuk ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan Kraton ynag sederhana dengan para abdi dalem nan bekerja dengan hatinya, akan menambah pengalaman hidup. Bahwa ada orang-orang nan dengan bahagia hati melakukan pekerjaan nan tak memberinya hasil dalam bentuk rupiah nan memadai tetapi ia merasa senang dan akan merasa ada sesuatu nan hilang kalau ia tak lagi mengabdikan dirinya kepada sang raja nan dihormatinya.
Kereta Uap
Kereta barah uap merupakan kereta masa lampau nan digunakan sebagai wahana transportasi ketika itu. Lokomotif mengepulkan uap pekat pada bagian kepala kereta api. Uap tersebut merupakan hasil pembakaran kayu nan menghasilkan uap nan mampu menggerakkan kereta api. Kereta jenis ini memang sudah sangat langka. Bahkan, jenis kereta ini hanya ada empat buah nan tersisa dan masih aktif saat ini.
Kereta uap tersebut ada di Indonesia, Swiss, dan India. Kereta uap di Indonesia ada di Ambarawa dan masih dapat berfungsi dengan baik digunakan sebagai kereta wisata.
Kereta peninggalan zaman Belanda ini dahulunya sangat berjasa membantu pengakutan. Kini dengan semakin mukhtahirnya alat transportasi dan teknologi perkeretaapian, kereta uap ini tak lagi difungsikan buat kegiatan sehari-hari. Disamping ity, ongkos atau biaya operasi kereta uap ini sangat mahal. Kayu nan digunakan juga bukan kayu sembarangan. Kalau hanya kayu semabarangan, mungkin sudah banyak sekali orang awam nan naik kereta wisata ini. Dalam jeda nan dekat saja, kereta barah uap ini membutuhkan dana tak kurang dari 1,5 juta rupiah sebagai ongkos membeli kayu bakar.
Bukan Sekadar Pengangkut Manusia
Kereta barah ialah satu inovasi nan sangat luar biasa. Didahului dengan inovasi mesin uap, lalu pemikiran bagaimana mengangkut barang dan manusia dalam jumlah nan sangat besar. Hingga saat ini, kereta barah masih dimanfaatkan sebagai salah satu alat angkut massal nan sangat didambakan. Indonesia bahkan bermimpi dapat memiliki jalur kereta barah barang dan manusia nan baik sehingga jalanan nan ada tak terlalu semberawut. Kalau ada kereta api, ribuan orang dapat terangkut setiap harinya. Itu sudah bolak-balik. Kalau bis apalagi mobil, nan terangkut hanya puluhan orang saja.
Kereta barah tidak hanya berfungsi sebagai pengangkut manusia dalam jumlah banyak. Kereta barah pun mempunyai peran buat mengantarkan barang-barang dan hasil bumi berupa batubara, minyak bumi, dan lainnya. Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, kereta barah digunakan juga sebagai distribusi barang dan hasil alam dari perut bumi Indonesia. Orang Belanda telah berpikir cukup maju membayangkan bagaimana memgangkut dan mendistribusikan hasil bumi dari daerah satu ke daerah lainnya.
Dapat diperkirakan bahwa jalanan akan begitu padat dan akan semakin padat. Semu orang ingin mempunyai mobil. Jeda nan jauh dapat ditempuh dengan waktu nan lebih singkat kalau menggunakan mobil. Jadi, kereta barah akan sangat berguna demi mengurai stagnasi nan semakin parah. Apa nan terjadi pada jalur Muara Enim – Palembang dapat dijadikan satu pelajaran nan sangat berharga bagi siapapun.
Perjalanan nan dahulu hanya memakan waktu 3-4 jam, namun kini sebab adanya angkutan batubara dengan truk nan bertonase besar, jeda hampir 200 km itu harus ditempuh dalam waktu tak kurang dari 6 jam bahkan hingga 7-8 jam. Banyak orang nan merasa dirugikan. Mereka menyumpahserapahi pemerintah nan tak tanggap. Akhirnya, pemerintah Sumatera Selatan sedang berupaya membuat jalur kereta barah baru bagi angkutan batubara. Inilah betapa besarnya fungsi dan kegunaan kereta api.
Saksi Sejarah
Kereta barah telah menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan hingga saat ini. Sebagai saksi sejarah, kereta barah menyimpan banyak cerita nan dapat kita telusuri. Salah satu cara menelusuri jejak sejarah pada masa lampau, yakni melalui museum. Terlebih lagi, menelusuri jejak sejarah nan diperoleh dari saksi sejarah tadi, yakni kereta barah dapat melalui museum kereta.
Museum nan memuat berbagai gambar dan lokomotif orisinil nan masih terawat dengan baik itu akan memberikan pelajaran nan sangat berharga. Perjalanan satu bangsa akan lengkap bila tak melupakan apa nan telah terjadi di masa lalu. Kalau sejarah itu dilupakan begitu saja, manusia dapat saja akan melakukan hal nan sama. Kalau hal nan sama itu ialah hal nan baik, tak menjadi masalah. Sejarah buruk nan berulang ialah satu kebodohan.
Museum Kereta Ambarawa
Museum kereta nan terdapat di Ambarawa, Jawa Tengah, didirikan tanggal 6 Oktober 1976. Awalnya, museum nan menampilkan banyak hal tentang kereta ini merupakan stasiun kereta barah nan sudah tak dipakai lagi. Kereta barah uap nan terdapat di Indonesia berada di museum ini. Museum ini awalnya bernama Stasiun Willem sebab pembangunan stasiun ketika itu diperintahkan oleh Raja Willem I nan dimaksudkan buat mengangkut tentaranya ke Semarang. Stasiun kereta barah Ambarawa dibangun pada tanah seluas 127.500 meter persegi pada 21 Mei 1873.
Koleksi Museum
Benda koleksi museum nan menampilkan kereta ini, yaitu kereta barah uap atau lokomotif uap. Lokomotif uap nan menjadi benda koleksi di museum ini, yaitu lokomotif uap B2502. Lokomotif uap B2502 dan 2503 masih dapat difungsikan sebagai kereta barah wisata. Kedua lokomotif tersebut merupakan protesis Maschinenfabriek Esslingen.
Selain lokomotif uap B2502 dan 2503, di museum ini, kita masih dapat melihat benda koleksi kereta lainnya, yakni jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC nan paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik). Ada pula lokomotif konvensional 2-6-0T C1218. Lokomotif konvensional ini, pada 2006, dapat dgunakan kembali.
Kita pun bisa melihat lokomotif nan digunakan sebagai pengangkut batu bara di Sumatera Barat pada 1960, yakni lokomotif E10 nan E1060 0-10-0T. Di museum kereta Ambarawa ini, kita tidak hanya dapat melihat dan mengetahui lokomotif nan pernah berjaya serta menjadi saksi perjalanan bangsa Indonesia. Kita pun dapat mengetahui dengan rinci alur atau mekanisme penggunaan jasa transportasi massal ini.
Selain menjadi wahana rekreasi atau wisata, berkunjung ke museum kereta, Anda dapat bernostalgia dengan lokomotif uap buat melakukan perjalanan wisata dan mengetahui sejarah perkeretaapian. Dengan demikian, kita pun seolah-olah menyaksikan bayangan masa lalu nan dilalui bangsa Indonesia.