Gedung Kesenian Jakarta di Masa Kini
Siapa pun niscaya tak asing dengan Gedung Kesenian Jakarta khususnya warga ibukota sendiri. Gedung nan terletak di kawasan Pasar Baru tepatnya di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat ini merupakan gedung bersejarah peninggalan pemerintahan kolonial Belanda.
Sejarah Gedung Kesenian Jakarta
Gedung Kesenian Jakarta ialah gedung nan sangat istimewa sebab memiliki masa lalu dan masa kini nan mengesankan. Ide pembangunan gedung ini berasal dari Gubernur Jendral Belanda Daendels. Pembangunan Gedung Kesenian Jakarta akhirnya direalisasikan oleh Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814.
Latar belakang pembangunan gedung ini sebab tentara Inggris membutuhkan hiburan sehingga perlu dibangunnya sebuah gedung teater buat memfasilitasinya. Syahdan pada saat itu para tentara Inggris suka bermain sandiwara di arena terbuka sehingga dibuatlah sebuah gedung buat menyalurkan hasrat seni mereka.
Gedung tersebut akhirnya dibuka pada tanggal 27 Oktober 1814 dengan bentuk pondok berdinding kayu dan dominan bambu beratap rumbia sebagai bahan bangunannya. Gedung sederhana ini diperkirakan bisa menampung sekitar 250 orang. Gedung ini diberin nama Gedung Teater Militer namun lebih dikenal dengan nama Municipal Theater.
Ketika penjajahan beralih ke tangan pemerintah kolonial Belanda maka gedung nan dibangun oleh Inggris tadi dirobohkan dan dibangun kembali dengan nama Schouwburg ( dalam bahasa Belanda berarti Teater) melalui Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Juli 1820.
Pembangunan kembali gedung ini dilakukan oleh kontraktor Firma Lie A Gie dan selesai pada tanggal 7 Desember 1821. Adapun rancangan gedung dibuat oleh seorang arsitek Para Perwira Jeni VOC yaitu Mayor Schultze. Desain dari gedung ini terinspirasi dari Gedung Teater Schouwburg Weltevreden nan berarti Gedung Komedi.
Gedung tersebut ialah gedung bergaya neo Renaissance nan dibangun pada tahun 1821 di Weltevreden. Dengan berdirinya gedung ini maka lahirlah pula suatu komunitas teatrikal baru nan memiliki motto Ut desint vires tamen est laundanda volunas (walau tidak berdaya tidak seberapa, tapi semangat tetap harus dihargai).
Sejak awal berdirinya Schouwburg difungsikan sebagai loka pagelaran kesenian seperti sandiwara, tonil, serta pertunjukan musik dalam bentuk teater dan opera. Peresmian gedung Schouwburg ini ditandai dengan pertunjukkan drama klasik Shakespeare nan berjudul Othello.
Pada tahun 1836 para artis dari Prancis ikut tampil di gedung ini dan memikat hati para penonton. Sejak saat itu banyak artis Prancis nan diundang buat tampil di gedung ini. Selain artis Prancis, gedung ini juga dikenal sebagai loka pertunjukan orang-orang kulit putih nan memainkan pertunjukan opera dari Italia.
Pertunjukan tersebut syahdan dipentaskan menggunakan bahasa Italia. Walaupun pada umumnya orang-orang Belanda tak mengerti bahasa Italia akan tetapi cerita opera nan dimainkan sudah tak asing bagi mereka dan terdapat buku pedoman berisi teks dalam bahasa Belanda.
Gedung Kesenian Jakarta juga turut berperan dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.Pada tahun 1926 gedung nan berpenampilan mewah ini pernah digunakan sebagai loka Kongres Pemuda nan pertama. Ir. Soekarno juga pernah menggunakan Gedung Kesenian Jakarta sebagai loka peresmian Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan bersidang beberapa kali di loka itu.
Gedung ini kemudian digunakan oleh Fakultas Ekonomi dan Hukum Universitas Indonesia dan selanjutnya digunakan sebagai Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) pada tahun 1957-1961.
Fungsi Gedung Kesenian Jakarta sebelum zaman kemerdekaan dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia tak berubah. Setelah tahun 1945 Gedung Kesenian Jakarta gedung ini tetap digunakan sebagai loka pementasan kesenian.
Pada tahun 1968 bertepatan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki maka Gedung Kesenian Jakarta dikontrakkan ke beberapa perusahaan film dan beralih fungsi menjadi bioskop nan memutar film-film India dan film Kungfu. Pada tahun 1984 Gubernur DKI Jakarta R. Suprapto mempunyai ide buat merenovasinya dan mengembalikan fungsinya menjadi sebuah gedung kesenian.
Akhirnya pada tanggal 5 September 1987 Gedung Kesenian Jakarta direnovasi dan diresmikan dengan nama Gedung Kesenian Jakarta. Peresmian ini diatur dalam SK Gubernur KDKI Jakarta No. 24/1984.
Gedung Kesenian Jakarta di Masa Kini
Aktivitas di Gedung Kesenian Jakarta tak pernah berubah dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagai sebuah gedung kesenian fungsinya ialah sebagai loka representatif acara-acara kesenian nan berlangsung di Jakarta.
Kegiatan primer nan biasanya berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta ialah aplikasi kerjasama dengan negara dan pusat kebudayaan asing, aplikasi kerjasama dengan lembaga, grup, dan organisasi kesenian tradisional, penyelenggaraan festival seni pertunjukan serta pembuatan dokumentasi audio visual.
Dengan aktivitasnya nan beraneka ragam Gedung Kesenian Jakarta juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas nan memadai. Gedung Kesenian Jakarta memiliki loka pertunjukan dengan ukuran 24x 17,5 meter.
Dengan luas tersebut Gedung Kesenian Jakarta bisa menampung 475 orang. Selain itu gedung ini juga didukung anjung nan berukuran 10,75x14x17 meter, peralatan tata cahaya, kamera (CCTV) nan ada di setiap ruangan, TV monitor serta ruang foyer nan berukuran 5,80x24 meter.
Selain fasilitas nan bersifat indoor Gedung Kesenian Jakarta juga dilengkapi fasilitas outdoor berupa electric billboard buat melakukan publikasi. Selama perjalanannya Gedung Kesenian Jakarta telah memperoleh beberapa penghargaan. Penghargaan-penghargaan itu antara lain ialah :
-
Penghargaan Adikarya Wisata pada tahun 1995
-
Penghargaan Adikarya Wisata pada tahun 1996
-
Penghargaan Adikarya Wisata pada tahun 1997
-
Penghargaan Adikaryottama Wisata tahun 2001
Selain sebagai gedung kesenian, Gedung Kesenian Jakarta juga dikenal sebagai Gedung Komidi. Mengapa? Hal ini disebabkan segala jenis pertunjukkan seni ditampilkan di gedung ini antara lain drama, komedi, opera serta wayang.
Event nan paling monumental di Gedung Kesenian Jakarta ialah Art Summit Indonesia nan berlangsung sejak 1995 dan diselenggarakn tiga tahunan. Event kedua ialah Internasional Festival of The Performing Art nan diselenggarakan sejak tahun 1990.
Adanya kedua festival itu menunjukkan kepedulian pihak Gedung Kesenian Jakarta terhadap seni dan obrolan seni dan kebudayaan antarbangsa secara artistik dan intelektual.
Gedung Kesenian Jakarta kembali mendapatkan sorotan ketika Jakarta bertekad buat menobatkan dirinya menjadi kota jasa dan menitikberatkan pada aspek kebudayaan dan permuseuman. Dari sini, Gedung Kesenian Jakarta bisa menjadi asset berharga nan seharusnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
Gedung Kesenian Jakarta selain sebagai gedung loka menampilkan kesenian juga sebagai cagar budaya nan bernilai sejarah tinggi. Sebagai tindak lanjut dari visi dan misi kota Jakarta ini maka renovasi dan pemugaran semakin digalakkan pada Gedung Kesenian Jakarta.
Renovasi dilakukan pada loka duduk, ornamen, suhu, serta perlengkapan lainnya sehingga penampilan Gedung Kesenian Jakarta saat ini terlihat lebih segar dan anggun dengan penyusunan acara nan lebih cermat baik buat pertunjukan seni tradisional maupun modern.
Salah satu acara televisi nan dulu sering memanfaatkan jasa Gedung Kesenian Jakarta ialah Ketoprak Humor. Gedung Kesenian Jakarta bisa dibilang warisan nan sangat berharga bagi kota Jakarta sebab sampai saat ini masih dijadikan pilihan buat menggelar acara-acara seni.
Kapasitas gedung memang tak terlalu besar namun gedung ini memiliki keistimewaan dari segi arsitektur bergaya Renaissance nan cantik dan elegan sehingga mendatangkan kebanggan tersendiri bagi orang nan tampil di gedung ini.
Pada awal tahun 2010, Gedung Kesenian Jakarta sempat mengalami kebakaran namun tak terjadi kerusakan nan serius. Pada bulan Juli 2011 Gedung Kesenian Jakarta mengalami renovasi nan dimulai pada tanggal 16 Juli sampai tanggal 15 September 2011. Dengan banyaknya renovasi nan dilakukan diharapkan Gedung Kesenian Jakarta akan layak dijadikan sebagai asset bangsa nan dapat dibanggakan di kancah internasional.