Bisnis Yakuza Modern

Bisnis Yakuza Modern

Jepang, negara maju di Asia ini terkenal dengan kemajuan teknologi nan pesat dan pertumbuhan ekonomi nan cepat. Negeri matahari terbit ini juga terkenal dengan kembang sakura dan kimono nan sangat tersohor di dunia. Namun, ada satu hal lagi nan tak bisa dipisahkan dengan Negara Kaisar Akihito itu. Ya, Yakuza , mafia Jepang nan sangat disegani.



Sejarah Yakuza

Yakuza merupakan sebuah sindikat mafia nan terorganisasi di Jepang. Sejarah Yakuza diawali pada 1612, saat Shogun Tokugawa menyingkirkan dan mengambil alih kekuasaan dari Shogun Kasai, shogun sebelumnya. Shogun Kasai merupakan salah satu marga terbesar di Jepang dan mempunyai pengaruh nan besar sampai saat ini.

Peristiwa pergantian shogun ini mengakibatkan sekitar 500.000 orang samurai (pelayan shogun) kehilangan tuannya. Dan mereka pun akhirnya disebut kaum Ronin. Karena tak mempunyai tuan, kaum ronin pun cenderung berubah haluan menjadi kelompok penggangu keamanan.

Untuk mengatasi gangguan Ronin, dibentuklah satuan pengamanan desa nan disebut machi yokko . Anggotanya direkrut dari masyarakat sekitar. Akhirnya, machi yokko mampu mengatasi keberadaan ronin. Tapi setelah mengataasi ronin, masalah kembali muncul ketika anggota machi yokko menjadi pengangguran. Dari sinilah bibit mafia lahir. Kelompok ini menjadi sangat kuat dan sulit buat dibrantas sebab memiliki kekerabatan dan kesetiaan nan erat.

Para anggota machi-yokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih jadi preman. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang).

Pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan nan kuat. Ada interaksi kuat antara Oyabun (Bos (bapak)) dan Kobun (bawahan (anak), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) nan kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

Kaum Bakuto ini juga muncul tradisi menandai diri dengan tattoo sekujur badan (disebut irezumi) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk penyesalan ataupun sebagai hukuman. Awalnya sanksi ini bersifat simbolik - sebab ruas atas jari kelingking nan dipotong membuat si empunya tangan menjadi lebih sulit memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan. Tradisi Tatto dan Pangkas jari merupakan perkembangan dari kaum mafia ini. Pamor Yakuza sempat turun ketika penyerangan jepang ke Pearl Harbour.

Setelah Jepang menyerah sebab Bom Atom Nagasaki Hiroshima, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang nan sukses mempersatukan seluruh organisasi mafia ini. Orang itu ialah Yoshio Kodame, seorang ex-militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodame sukses mempersatukan dua fraksi besar mafia ini, yaitu

Yamaguchi-gumi nan dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai nan dipimpin Hisayuki Machii. Mafia ini pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 - saat organisasi mafia ini diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang - atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.



Asal Nama Yakuza

Pasukan pengaman penganguran ini pun beralih profesi, ada nan menjadi pedagang nan curang dan ada pula nan menjadi penjudi. Mereka pun sering bermain kartu bersama. Permainan kartu nan dilakukan mirip dengan Black Jack .

Dalam permainan itu, dibagikan tiga kartu dan dijumlahkan. Angka terakhir dari penjumlahan itulah nan menunjukkan kemenangan. Dalam permainan itu, ada nan namanya "kartu sial", yaitu kartu nan berjumlah 20 sebab angka belakangnya nol.

Salah satu kombinasi kartu itu ialah 8-9-3 nan dalam bahasa Jepang berarti Ya-ku-Za . Dan akhirnya menjadi asal-usul dari nama Yakuza. Dari kaum penjudi ( bakuto ), muncul sebuah tradisi buat menandai seluruh badannya dengan tattoo ( irezumi ) dan tradisi pangkas jari sebagai sanksi dari sebuah kesalahan ( yubitsume ).

Pada masyaraat umum, biasanya kata Yakuza tak dicapkan secara gamblang apalagi jika berbicara di luar rumah. Masyarakat menyimbolkan kata Yakuza dengan cara menggoreskan jari telunjuk ke pipi sendiri atau dengan menyebutan sapta 893, nan artinya Yakuza .



Bisnis Yakuza Modern

Pada masa sekarang ini, anggota Yakuza diperkirakan telah berkurang cukup banyak. Akan tetapi, penurunan itu tak mengurangi "taring" Yakuza. Di samping itu, organisasi mafia ini pun mempunyai bisnis nan berperan sebagai tulang punggung organisasi mafia Jepang ini. Bisnis nan digeluti oleh mafia besar ini ialah pachinko, perdagangan narkoba, prostitusi, pemerasan dan penyelundupan senjata ilegal.

Bisnis mafia ini pun tak hanya di Jepang, tapi sudah berekspansi ke Ameria Serikat. Di Amerika, Yakuza melakukan pencucian uang di salah satu perusahaan besar. Bisnis ini pun melibatkan paman presiden Amerika Serikat.

Sementara di Jepang, pada era 90-an, bisnis mafia diindikasikan ikut berperan terhadap anjloknya ekonomi Jepang. Saat itu, kredit macet menimpa perekonomian Jepang. Dan para debitur pun menyewa jasa Yakuza buat menjadi bodyguard agar aset debitur tak disita oleh bank.

Selain itu, mafia ini pun mengembangan bisnisnya ke bidang properti. Dalam bidang properti, mafia ini menjalanan bisnisnya dengan cara licik, yaitu membeli properti dengan harga miring dan menjualnya dengan harga nan melonjak tajam.

Jaringan mafia ini pun mulai menapaki jalur politik. Sudah bisa ditebak kepakan dalam bidang politik pun berwarna gelap alias licik. Banyak praktik suap nan terjadi di kancah perpolitikan Jepang.

Di masa kini, keanggotaan mafia ini diperkirakan telah menurun tajam - tetapi bukan berarti tak berbahaya. Tulang punggung bisnis illegal mereka ialah pachinko, perdagangan ampethamine (termasuk ice dan ecstasy), prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.

Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu bukti diri sebagai Yakuza. Kaum nan asalnya bertugas melindungi masyarakat - menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini buat mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Organisasi mafia ini ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Cina oleh Jepang tahun 1930-an. Para anggota mafia ini dikirim ke daerah tersebut buat merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.

Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Militer mengambil alih kendali dari tangan organisasi mafia ini. Para anggota mafia ini akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Bisa dikatakan pamor mafia ini pun menjadi tenggelam.

Setelah Jepang menyerah, para anggota mafia ini kembali ke masyarakat. Muncul satu orang nan sukses mempersatukan seluruh organisasi mafia ini. Orang itu ialah Yoshio Kodame, seorang eks militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodame sukses mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-Gumi nan dipimpinKazuo Taoka, dan Tosei-kai nan dipimpinHisayuki Machii. Organisasi mafia ini pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 saat organisasi mafia ini diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

Di sisi lain, anggota mafia ini juga kerap membeli aset properti dengan harga miring dari perusahaan nan butuh uang tunai buat dijual kembali dengan harga tinggi apapun itu mulai dari apartemen, perkantoran hingga rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, tak ada nan berani jadi tetangga mereka dan alhasil harga properti langsung jatuh, dan segera naik segera setelah organisasi mafia menjualnya.

Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan politisi Jepang. Beberapa praktik suap telah terbongkar termasuk dalam program tender proyek generik senilai trilyunan yen. Program rekapitalisasi perbankan Jepang nan berlarut-larut tak kunjung selesai diperparah oleh keterlibatan mafia nan sangat berkepentingan dalam bisnis properti dan kredit perbankan. Saat ini perbankan Jepang masih menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira 1,2 triliun dolar dan membuat ekonomi tak bertumbuh selama 10 tahun terakhir.

Ya, itulah sedikit cerita mengenai eksistensi mafia Jepang, Yakuza, nan sangat disegani di global maupun di Jepang.