Dilarang Merokok bagi nan Penyakitan dan Miskin
Pelarangan merokok di suatu loka sering diungkapkan dengan tulisan ' Dilarang Merokok '. Tetapi apa nan terjadi ialah asap rokok nan menutupi tulisan "dilarang merokok" itu sendiri. Bahkan satpam loka tersebut nan seharusnya menjaga jangan sampai ada orang nan merokok, ikut merokok juga. Jadi kata 'Dilarang Merokok' hanya hiasan dinding nan tidak ada artinya sama sekali. Kata-kata itu seperti macan ompong atau seperti kobra tanpa bisa.
Korban dari para perokok aktif tersebut ialah para perokok pasif. Dengan penuh kedongkolan, para perokok pasif akan bersungut pergi. Kalau pun tak dapat pergi dari loka tersebut, mereka akan menutupi hidung dan mulut.
Para perokok di ruangan bertanda 'Dilarang Merokok' itu biasanya cuek dan tak peduli. Hati mereka bagai sudah wafat dan tak paham bahwa mereka secara perlahan telah membunuh para perokok pasif. Perasaan dan mata hati para perokok tersebut telah mati. Bahkan mereka tak peduli dengan kehidupan anak-anaknya sendiri. Di loka lain, para perokok itu terkadang merokok sambil menggendong anaknya nan masih balita. Suatu pemandangan nan sangat miris.
Dilarang Merokok, Kata Siapa?
Indonesia itu surga bagi para perokok. Siapa bilang dilarang merokok di Indonesia? Lihatlah di sekeliling Anda, di mana ada loka nan benar-benar menerapkan dilarang merokok, di situ niscaya ada orang atau anggaran nan sangat jelas dan memberikan sangsi nan sangat tegas bagi para pelanggarnya.
Selain itu, niscaya ada orang atau sistem nan mengawasi loka tersebut agar terbebas dari asap rokok sama sekali. Kalau tidak, dengan entengnya orang akan merokok. Di ruang tunggu rumah sakit di mana tak ada satpam atau sistem nan memungkinkan orang tak merokok saja, masih banyak nan merokok, apalagi di tempat-tempat umum.
Orang tak akan merokok kalau tahu bahwa rokoknya akan membahayakannya. Misalnya, di POM bensin. Siapa nan berani merokok di POM bensin? Di rumah dengan komitmen dari pemilik rumah nan sangat bagus, tamu mana berani merokok di rumah nan pemiliknya terkenal dengan membenci rokok.
Pastilah tak sine qua non kalimat 'Dilarang merokok' di rumah tersebut. Dengan sangat tegas namun tetap sopan, pemilik rumah akan mencegah siapa pun buat merokok di lingkungan rumahnya nan terkenal higienis dan sehat serta bebas asap rokok tersebut.
Dilarang merokok itu sangat sulit diterapkan. Para perokok tak merasa bersalah dan berdosa dengan perbuatannya. Sejak kecil mereka terbiasa melihat orangtua, paman, dan orang-orang dewasa di sekitarnya bahkan tak harus meminta izin dahulu buat merokok.
Di hotel dan di mobil dengan kondisi ruang tertutup pun, para perokok dengan santainya merokok. Mau dikatakan kurang ajar atau tidak tahu malu juga percuma. Bagi para perokok, apa pun kata orang, bukan urusannya sebab nan terpenting ialah dapat merasakan asap rokok.
Para perokok itu bukannya tak pernah tahu atau tak paham dengan makna 'dilarang merokok' di suatu tempat. Namun, dorongan buat merokok itu begitu kuatnya sehingga mereka tak peduli dengan perasaan dan keadaan orang lain.
Di suatu restoran milik hotel berbintang saja, para pengelolanya seolah tidak mampu mencegah para tamunya buat merokok. Mereka berpendapat bahwa kalau dilarang merokok itu diperlakukan dengan ketat, para perokok akan lari. Padahal konsumen nan merokok lebih banyak dibandingkan dengan konsumen nan tak merokok. Jadi pembiaran kepada para perokok buat merokok di loka nan bertanda 'Dilarang merokok' ialah buat memberikan surga lain kepada para perokok.
Betapa kejamnya keadaan tersebut. Itulah kenyataannya. Pembunuhan secara perlahan dilakukan oleh para perokok terhadap orang-orang nan tak merokok. Jadi, siapa bilang ada loka ' Dilarang merokok ' kalau tak ada supervisi ketat dari pengelola loka tersebut.
Satu loka nan kondusif bagi para anti perokok, salah satunya ialah di area Taman Pintar Yogyakarta. Satpam Tamn Pintar mengawasi loka tersebut dengan mata nan sangat tajam dan jeli sehingga tak ada satu perokok pun nan dapat dengan leluasa merokok di tempet tersebut. Bau rokok nan tidak dapat disembunyikan tersebut, kalau tercium akan dicari sumbernya dan perokok nakal pun akan diperingatkan dan ditunggui hingga ia mematikan rokoknya. 'Dilarang merokok' bukan hanya tempelan semata.
Dilarang Merokok bagi nan Penyakitan dan Miskin
Ketika batuk berdarah telah terjadi tetapi peringatan 'Dilarang merokok' tetap tak diindahkan, itulah saatnya menjemput kematian dengan cara nan mengenaskan. Dada sesak, rasa rokok telah asam, tetapi jari-jari tangan masih saja memang rokok dan menghisapnya perlahan, tunggulah saat harus bolak-balik rumah sakit memeriksakan paru-paru.
Cobalah buat sedikit menatap paras orang-orang terkasih. Bayangkan mereka akan kehilangan ayah, kakak, atau kakeknya nan perokok. Mereka pun dapat menjadi miskin sebab membiayai pengobatan si perokok nan terkena penyakit gawat. Bila ada getaran hati membayangkan semua itu, tak harus menunggu momen tertentu, segeralah berhenti merokok.
Merokok membuat kurang gizi. Kekurangan gizi ini bukan saja dialami oleh para perokok, tetapi anak-anak para perokok dari golongan ekonomi lemah juga dapat terkena akibatnya dan menderita kurang gizi. Uang hasil bekerja nan pas-pasan tersebut seharusnya dapat dibelikan makanan bergizi. Namun sebab rokok, semua itu menjadi "bagai pungguk merindukan bulan". Seharusnya ada himbauan mengenai embargo merokok bagi nan tak kaya. Orang miskin 'dilarang merokok'.
Ada nan membuat suatu program membeli hewan qurban dari uang membeli rokok. Seteleh berjalan hanya beberapa bulan, uang nan terkumpul malah dapat membeli 2 ekor kambing. Aksi 'Dilarang merokok demi qurban tersebut mampu membukan mata banyak perokok buat berhenti merokok. Keinginan kuat buat berubah akan membuat orang paham bahwa masih ada hal lain nan lebih baik nan dapat dilakukan daripada merokok.
Kalau tak ingin terkena penyakit kanker paru-paru seperti almarhum penyanyi Chrisye nan terkenal sebagai perokok berat, berhentilah merokok. Kalau tak ingin terkena penyakit ginjal, berhentilah merokok. Tetapi siapa nan tahan menerima sanksi 'dilarang merokok' kalau rokok sudah menjadi belahan jiwa?
Tak ada nasi atau makanan lain, tak jadi masalah. Tidak ada rokok, itu ialah bencana. Keadaan ini benar-benar merupakan citra bagi para perokok nan gila rokok. Cinta saja terkadang tidak mampu membuat perokok tersebut menghentikan Norma mereka. Ultimatum istri mereka tidak dapat membuat aksi 'Dilarang merokok' mempan. Bahkan kadang kala para perokok itu malahan balik memberikan ultimatum, "Kalau kau cinta aku, terimalah saya apa adanya."
Hanya bagi para perokok nan benar-benar ingin berhenti merokoklah nan akan dengan mudah berhenti merokok. Tanpa adanya dorongan dari dalam diri sendiri, ialah sesuatu nan mustahil buat menghentikan bergaul dan 'bersenda gurau' dengan rokok. Banyak mengonsumsi jus wortel dan banyak makan apel serta diet ala vegetarian saja kadang tak mempan membuat para perokok menghentikan aksinya. Padahal peringatan tentang bahaya merokok itu sudah begitu jelas.
'Dilarang merokok' Butuh Ketegasan Pemerintah
Rokok itu benar-benar tak ada manfaatnya. Perdebatan tentang rokok tiada artinya tanpa tindakan keras terhadap para perokok nan merugikan orang lain. Aksi program 'Dilarang merokok' di tempat-tempat eksklusif memang telah diterapkan. Tapi, kenyataannya semua peraturan itu tak ada nan bertaring. Hasilnya ialah banyak masyarakat hanya mengurut dada ketika tahu bahwa para perokok masih saja merajalela.