Sentra Pembuatan Keris di Kampung Agresi Kota Yogyakarta

Sentra Pembuatan Keris di Kampung Agresi Kota Yogyakarta

Pernahkah Anda berkunjung ke Kota Yogyakarta ? Provinsi nan satu ini pernah menjadi ibukota negara pada masa lalu. Oleh sebab itu, Yogyakarta disebut daerah istimewa. Bukan hanya pernah menjadi ibukota negara, tetapi kota ini juga penuh dengan pesona wisata. Pesona Kota Yogyakarta terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarah, baik peninggalan dari kolonial Belanda maupun peninggalan situs budaya lokal.

Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota Yogyakarta terletak pada jeda 600 km dari Jakarta, 116 km dari Semarang, dan 65 km dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl. Meski terletak di lembah, kota ini sporadis mengalami banjir sebab sistem drainase nan tertata rapi nan dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air nan dikerjakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Di samping itu, kota kecil ini memiliki banyak keunikan dan penduduknya pun ramah. Kekentalan seni dan budaya Jawanya nan inheren merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Yogyakarta. Kota Yogyakarta juga dikenal dengan julukan kota pelajar sebab banyaknya pelajar atau mahasiswa nan menuntut ilmu di sini. Salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ini ialah Universitas Gadjah Mada. Julukan kota gudeg juga disandangnya. Gudeg merupakan makanan khas orang Yogyakarta.



Peninggalan Situs Sejarah dan Budaya di Kota Yogyakarta

Di Kota Yogyakarta, terdapat beberapa gedung-gedung tua peninggalan zaman kolonial Belanda. Lihat saja bangunan sepanjang jalan menuju Malioboro, seperti gedung kantor pos dan Bank Indonesia. Selain itu, ada juga bangunan-bangunan nan menjadi simbol budaya kesultanan atau kerajaan.



1. Keraton Yogyakarta

Keraton ini merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Meskipun keberadaan keraton ini di tengah kota Yogyakarta , keraton ini masih berfungsi sebagai loka tinggal sultan dan rumah tangga istananya. Segala tradisi kesultanan masih dijalankan seperti biasanya. Keraton ini juga memiliki daya tarik wisata. Setiap harinya selalu dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, apalagi di musim liburan.



2. Tamansari

Tidak jauh dari keraton ada sebuah situs bekas taman istana Keraton Yogyakarta nan dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada 1758. Taman ini bernama Tamansari. Luas taman ini sekitar 10 hektar. Bangunan-bangunan nan ada di areal Tamansari masih berdiri kokoh hingga kini. Dalam situs ini terdapat kolam pemandian, loka sakral buat pertapaan, dan masjid bawah tanah. Situs ini menjadi daya tarik wisata nan sarat akan nilai seni, budaya, dan sejarah.



3. Kampung Kauman

Hampir sebagian besar wisatawan sering melewatkan daerah ini. Kampung Kauman merupakan kampung bersejarah. Sebelum memasuki perkampungan terdapat sebuah gapura besar nan bagian atapnya melengkung, nan merupakan karakteristik khas bangunan Islam. Pada zaman kerajaan dahulu, kampung ini ialah loka tinggal para penghulu agama di keraton nan jumlahnya sembilan orang.

Di kampung ini juga terdapat sebuah monumen nan dikelilingi taman kecil. Pada monumen itu terdapat daftar nama orang-orang nan wafat syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kunjungan ke kampung ini tak lengkap jika tak mengunjungi masjid Agung Kauman.



4. Museum Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg ialah benteng peninggalan Belanda nan ada di kota Yogyakarta. Pada masa itu, benteng ini berfungsi sebagai markas tentara Belanda. Setelah pasukan Belanda dikalahkan, benteng ini beralih ke tangan Jepang dan digunakan sebagai loka tahanan buat tawanan orang Belanda atau Indonesia nan ditangkap. Pada saat kemerdekaan, benteng Vredeburg kembali direbut bangsa Indonesia. Kini, benteng tersebut difungsikan sebagai museum sejarah.



5. Kompleks Makam Pendiri Kerajaan

Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita akan menemukan kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram Islam nan dikelilingi tembok nan tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki karakteristik arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu nan tebal dan dihiasi ukiran nan indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari.

Kita akan melewati 3 gapura sebelum sampai ke gapura terakhir nan menuju bangunan makam. Untuk masuk ke dalam makam, kita harus mengenakan busana adat Jawa. Untuk dapat mengenakan baju adat Jawa, Anda dapat menyewanya di sana. Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke dalam makam pada Hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat pukul 08.00 - 16.00.



6. Anjung Krapyak

Panggung Krapyak merupakan petunjuk sejarah bahwa wilayah Krapyak pernah dijadikan sebagai area berburu. Anjung Krapyak ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I. Bila berminat, Anda dapat mendatanginya dengan melaju ke selatan dari Alun-Alun Kidul, melewati Plengkung Gading dan Jalan D.I Panjaitan. Anjung Krapyak akan ditemukan setelah melaju kurang lebih 3 kilometer, berada tepat di tengah jalan.

Arsitektur bangunan anjung ini cukup unik. Setiap sisi bangunan memiliki sebuah pintu dan dua buah jendela. Pintu dan ventilasi itu hanya berupa sebuah lubang, tanpa penutup. Bagian bawah pintu dan ventilasi berbentuk persegi tetapi bagian atasnya melengkung, seperti rancangan pintu dan ventilasi di masjid-masijd.



Kawasan Wisata di Kota Yogyakarta

Selain situs sejarah dan budaya nan dimilik, Kota Yogyakarta memiliki pesona wisata nan tidak kalah dengan kota lain. Objek wisata nan dapat dikunjungi di antaranya kompleks Candi Prambanan, daerah Kaliurang, dan pantai Parangtritis. Kota Yogyakarta pun dikenal dengan sentra kerajinan dan batiknya. Kasongan ialah salah satu sentra kerajinan gerabah nan terkenal. Sentra kerajinan perhiasan perak terdapat di daerah Kota Gede.



Malioboro

Di pusat kota Yogyakarta terdapat pusat belanja wisata dan kuliner. Sepanjang Jalan Malioboro terkenal dengan wisata masakan ala lesehan dan angkringan. Masih di Jalan Malioboro juga terdapat pasar Beringharjo sentra penjualan batik dan oleh-oleh khas kota Yogyakarta.



Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro nan sayang buat dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis di kota Yogyakarta. Pasar nan telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia nan masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal', nan terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo nan melambangkan fungsi ekonomi.

Anda dapat membeli berbagai jenis batik nan disediakan oleh para penjual di pasar Beringharjo ini. Di pasar ini terdapat banyak jenis batik, tak hanya dari kota Yogyakarta saja, tetapi juga dari daerah lain. Kain batik baik tradisional maupun pada masa ini dan modern juga tersedia di pasar Beringharjo ini. Bahkan hampir semua kebutuhan pakaian seperti busana, tas, taplak meja, sprei batik, aneka kerajinan kain batik ada di sini.



Pasar Seni Gabusan

Pasar nan berlokasi di Jalan Parangtritis km 9 ini selama 2 tahun terakhir telah menjadi pusat jual beli kerajinan dari seluruh Bantul. Bukan sekedar pasar, Gabusan juga dilengkapi dengan fasilitas lain, seperti loka jajan, akses teknologi informasi hingga toko kebutuhan sehari-hari. Di pasar seni Gabusan ini Anda dapat menikmati karya seni warga Bantul tanpa harus kelelahan menjelajahi setiap dusun nan memproduksinya.

Tiba di kawasan Pasar seni Gabusan, Anda akan disapa oleh gerbang nan didesain sangat menarik. Di gerbang itu, tersedia resto nan akan memanjakan lidah, loka penyebrangan dan ramp. Bersantap di resto itu, selain menikmati lezatnya hidangan Anda juga bisa melihat pemandangan seluruh kawasan Gabusan dari atas. Tak jauh dari wilayah itu, terdapat ruko sebagai pusat informasi sekaligus loka pelayanan kebutuhan wisatawan.



Sentra Pembuatan Keris di Kampung Agresi Kota Yogyakarta

Kampung Agresi di kota Yogyakarta mengajak anda menikmati aktivitas penatah keris, profesi nan begitu krusial berkaitan dengan keris namun kadang terlupa. Mereka menghias keris dengan ukiran dan pernik dari emas hingga berlian. Bila telah sampai di rumah para penatah keris itu, Anda dapat melihat secara langsung proses menghias keris dengan ukiran-ukiran dan majemuk pernik.

Kampung Agresi bisa dijangkau dengan berjalan ke arah barat dari perempatan Kantor Pos Besar, atau berbelok ke kiri bila anda berjalan dari Malioboro. Anda akan sampai ke kampung ini setelah melewatkan 2 traffic light dan berbelok ke kiri di sebuah gang nan terletak belakang kompleks terminal Serangan. Anda dapat menggunakan taksi atau naik bis jalur 9 dan 12 bila tidak memiliki kendaraan pribadi.