Upaya Penanggulangan Semburan Lumpur Lapindo

Upaya Penanggulangan Semburan Lumpur Lapindo

Lapindo atau Lapindo Brantas Inc mendadak tenar setelah tragedi semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bala lumpur Lapindo tersebut terjadi sejak 29 Mei 2006 dan hingga kini belum juga berhenti. Awal terjadinya bala semburan lumpur panas tersebut terjadi di lokasi pengeboran minyak milik Lapindo Brantas Inc, tepatnya di Dusun Balongnongo, Renokenongo, Porong, masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.

Semburan lumpur panas dari pusat pengeboran miliki Lapindo tersebut terus tidak ada hentinya sehingga akhirnya merendam pemukiman, pusat perindustrian dan pertanian, terutama di tiga kecamatan dan sekitarnya. Pemerintah memandang tragedi ini sebagai kejadian alam luar biasa dan bukan sebab ketelodoran manusia pada saat melakukan pengeboran.

Tragedi humanisme tersebut kemudian menjadi tragedi nasional, lalu masuk ke ranah politik sehingga penuntasannya pun menjadi bertele-tele.
Siapa sebenarnya Lapindo Brantas Inc tersebut?

Menurut berbagai acum disebutkan bahwa Lapindo Brantas Inc ialah sebuah perusahaan kontraktor nan menjadi kawan Badan Pengelola MIGAS, nan salah satu tugas utamanya ialah melakukan pengeboran minyak dan gas bumi. Kalau dilihat dari komposisi kepemilikan saham semula, Lapindo Brantas Inc ini seratus proses dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada, namun secara administrasi, kepemilikan saham ini diserahkan kepada dua anak perusahaannya yaitu PT. Kalila Energi sebanyak 84,24 prosen dan sisanya dimiliki Pan Asia enterprise.

Lapindo Brantas Inc bersama-sama dengan Medco Energi, punya hak pengeboran di Blok Brantas, Jawa Timur.

Sebagai pemegang saham primer di Lapindo Brantas, PT. Energi Mega Persada tidak lain ialah anak perusahaan Grup Bakrie. Di perusahaan tersebut, Grup Bakrie memegang saham mayoritas sebanyak 63,53 persen sedangkan sisanya dimiliki oleh Julianto Benhayudi, Rennier A. R Latief dan oleh publik.

CEO Lapindo Brantas Inc dipegang oleh Nirwan Bakrie nan tidak lain ialah adik politisi Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Ketika semburan lumpur panas Lapindo semakin sulit dikendalikan, secara serta-merta PT. Energi Mega Persada akan menjual sahamnya, namun tidak disetujui oleh Bapepam terutama sebab manajemen PT. Energi Mega Persada tidak dapat memberi klarifikasi kenapa semburan lumpur panas Lapindo dapat terjadi.

Tapi anehnya pada 14 November 2006, PT. Energi Mega Persada sukses menjual sahamnya kepada Freehold Group Limited, sebuah perusahaan investasi nan berkedudukan di Inggris. Hanya saja empat hari setelah penjualan itu, Freehold Group Limited membatalkan planning pembeliannya tanpa alasan nan jelas.



Peta dan Lokasi Semburan

Semburan lumpur panas Lapindo seperti tidak akan ada akhirnya, terus menyembur dengan kekuatan dahsyat dan jutaan kubik lumpur telah menggenangi perumahan warga dan pusat aktivitas lainnya. Titik pusat semburannya sendiri berjarak 150 meter dari lokasi sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas.

Banyak nan berkeyakinan semburan lumpur panas Lapindo ini tidak lain dikarenakan kegiatan pengeboran gas di lokasi sumur Banjar Panji-1. Sementara itu, pihak Lapindo Brantas Inc sendiri mengemukakan dua alasan sehubungan dengan terjadinya semburan lumpur panas nan terus meluap pertama.

Kemungkinan pertama menurut Lapindo Brantas Inc, semburan lumpur panas itu terjadi sebagai dampak kesalahan mekanisme dalam eksplorasi pengeboran. Dan nan kedua ialah semburan lumpur panas itu terjadi secara kebetulan dengan kegiatan eksplorasi gas nan penyebabnya belum dapat diketahui.

Namun publik dan pengamat pengeboran terlanjur percaya bahwa semburan lumpur panas Lapindo itu tidak lain adanya kesalahan mekanisme ketika eksplorasi pengeboran dilakukan. Pada Maret 2006 Lapindo Brantas Inc melakukan pengeboran di sumur Banjar Panji-1 dengan kontraktor pengeboran PT. Medici Gambaran Nusantara nan dalam tendernya atas nama Alton International Indonesia dengan nilai kontrak 24 juta US dollar.

Berdasarkan data teknis nan ada pada PT. Medici Gambaran Nusantara, pengeboran sumur tersebut akan dilakukan sedalam 8500 kaki sehingga mencapai formasi batu gamping. Untuk mengantisipasi hilang lumpur, pada setiap lubang akan dipasang casing nan ukurannya sinkron dengan kedalaman. Seperti pernah dirilis oleh Lapindo Brantas Inc, setiap kedalaman eksklusif telah dipasangi casing dengan majemuk ukuran.

Namun ketika melakukan pengeboran pada kedalaman 3580 kaki, Lapindo Brantas belum memasang casing dengan anggapan casing akan dipasang pada kedalaman mendekati formasi batu gamping. Namun banyak nan berkeyakinan sejak awal Lapindo Brantas Inc sudah galat menentukan titik pengeboran, nan seharusnya pada zona Rembang dengan sasaran pengeboran sampai ke formasi kujung atau loka batu gamping berada.

Sementara Lapindo Brantas Inc melakukan pengeboran di zona Kendeng nan tidak ada formasi kujung atau batu gampingnya. Sehingga ketika pengeboran diasumsikan sampai pada batas formasi kujung, justru sebenarnya telah sampai kepada lokasi lumpur.

Pada saat sampai ke anggapan formasi kujung, Lapindo Brantas Inc belum memasang casing sehingga semburan lumpur panas tak terkendali. Kekeliruan ini dikuatkan oleh audit BPK pada tanggal 29 Mei 2007 nan menyatakan adanya kesalahan teknis pada saat pengeboran.

Luar biasa semburan panas itu tidak juga berhenti. Dampak kekeliruan pada saat pengeboran tersebut akibat luar biasa harus ditanggung oleh masyarakat sekitar nan hampir melumpuhkan perekonomian di Jawa Timur. Setidaknya semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc telah menggenangi 16 desa nan terletak di tiga kecamatan.

Lumpur Lapindo juga telah menggenangi banyak wahana pendidik, markas koramil Porong. Dampak kejadian meluapnya lumpur panas Lapindo, sedikitnya 8200 jiwa telah dievakuasi dan sekitar 25000 jiwa harus mengungsi. Dari lokasi nan terendam lumpur nan semakin hari semakin meluas, telah merendam puluhan ribu rumah dan tidak kurang 77 loka ibadah.

Selain rumah tinggal dan loka ibadah, sedikitnya 30 pabrik terpaksa berhenti produksi dan mem-PHK ribuan buruh dampak lokasi pabrik tergenang lumpur panas Lapindo Brantas Inc ini. Belum terhitung berapa kerugian dampak tanah produktif seperti sawah dan ladang nan tergenang lumpur. Bahkan sebab di beberapa lokasi terdapat tanah nan amblas, banyak pipa PDAM nan patah, pipa milik Pertamina meledak dampak tekanan gas lumpur, sepanjang 2,5 km pipa gas milik Pertamina juga terendam lumpur.

Ruas tol Surabaya-Gempol ditutup sampai waktu nan tak dapat ditentukan dampak tergenang lumpur panas Lapindo Brantas. Menurut manajemen Lapindo Brantas Inc, buat mengatasi semburan lumpur panas nan terus meluas tersebut, Lapindo Brantas Inc telah menyisihkan dana 665 miliar rupiah nan dicadangkan sebagai dana darurat.



Upaya Penanggulangan Semburan Lumpur Lapindo

Berbagai upaya menanggulangi luapan lumpur panas Lapindo telah dilakukan, namun tetap belum dapat mengatasi bagaimana caranya menghentikan semburan lumpur. Tanggul terus diperluas dan dipertinggi buat membendung luapan lumpur, namun ancaman jebol terus menghantui.

Apabila ini terjadi maka luasan nan terendam lumpur panas Lapindo akan semakin bertambah luas. Bahkan telah pula disediakan waduk baru buat menampung luapan lumpur tersebut.

Menanggulangi luapan lumpur panas ini, ahli dari berbagai instansi dan institusi perguruan tinggi ternama turut mencari solusi. Ada beberapa scenario nan kemudian ditetapkan buat mengendalikan semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc nan terus mengganas ini.

Skenario pertama penanggulangan lumpur Lapindo ini ialah dengan menggunakan snubbing unit yakni suatu peralatan nan sering digunakan buat masuk ke dalam sumur nan sudah ada. Snubbing unit ini akan masuk ke dalam sumur buat menemukan rangkaian mata bor seberat 25 ton. Bila mata bor ditemukan, akan didorong agar masuk ke dalam dasar sumur, lalu lubang ditutup dengan lumpur berat dan semen.

Namun planning ini gagal sebab ternyata setelah menemukan rangkaian mata bor pada kedalaman 2991 kaki, alat snubbing unit tidak sukses mendorongnya ke dasar sumur.

Lalu, ditempuh scenario kedua yaitu dengan cara melakukan pengeboran secara miring, buat menghindari rangkaian mata bor nan tertinggal di dalam sumur. Namun planning ini tidak dapat dilaksanakan sebab ternyata pada beberapa titik kedalam telah terjadi kerusakan selubung.

Lebih mengerikan lagi pada beberapa lokasi pengeboran, muncul gelembung gas. Dan skenario ketiga ialah dengan membuat tiga sumur baru buat memadamkan semburan lumpur utama. Namun upaya ini pun belum dapat menghentikan semburan lumpur panas Lapindo.