Sinopsis Ketika Cinta Bertasbih
Perfilman Indonesia seperti tengah menemukan masanya. Perlahan bangkit dan produsen film berama-ramai menyuguhkan film nan cukup bervariasi. Di tengah maraknya penayangan film-film berbau porno nan berselimut cerita hantu, film-film bertema cinta religius muncul sebagai variasi. Salah satunya ialah Ketika Cinta Bertasbih .
Novel Ketika Cinta Bertasbih
Kehadiran novel-novel islami milik Habiburrahman El Shirazy memberikan satu sentuhan nan begitu konkret kepada kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Ketika Cinta Bertasbih hadir dengan 2 seri. Kedua seri novel tersebut disambut cukup antusias oleh para penggemar novel. Mereka menganggap bahwa novel Ketika Cinta Bertasbih sebagai satu jawaban dari begitu banyak novel nan lebih banyak seperti memberikan pelajaran secara memaksa dan pengarangnya lebih banyak berdiri sebagai ‘sutradara’ kehidupan nan serba tahu.
Sedangkan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, kehadiran tokoh nan monoton didera ujian membuat orang merasa terwakilkan keadaan dirinya pada perjalanan tokoh Azzam. Kisah cintanya nan begitu menyayat hati juga memperlihatkan ketangguhan seoranga anak manusia menjemput takdirnya. Pada akhirnya memang cinta itu mengalami ujian walaupun berakhir pada ujung nan begitu menyenangkan.
Penggambaran kerja keras nan harus dilakukan oleh tokoh Azzam dalam memperdalam ilmu sekaligus memperjuangkan nasib adik-adik dan dirinya sendiri membuat banyak inspirasi lahir. Novel nan tak mengumbar cinta dan afeksi berupa luapan nafsu ini mampu mengalirkan romansa nan sejuk dan damai serta membuat penasaran. Keadaan masyarakat nan menginginkan sesuatu serba instan seolah tidak terjawab dalam novel ini. Bahkan novel ini berkisah bahwa ketika menginginkan sesuatu harus berjuang dahulu. Seolah novel ini ingin memberikan satu pelajaran ‘Do something to get something’. Tak ada sesuatu nan diraih hanya dengan menunggu dan tak melakukan apa-apa. Tak ada kebaikan nan akan menghampiri diri ketika tidak pernah melakukan satu kebaikan.
Ketika Cinta Bertasbih Melanjutkan Sukses Ayat-ayat Cinta
Film Ketika Cinta Bertasbih muncul setelah film serupa berjudul Ayat-ayat Cinta mendapat sambutan nan cukup baik dari masyarakat Indonesia. Kedua film ini berasal dari sebuah novel nan ditulis oleh penulis nan sama. Habiburrahman El Shirazy ialah sosok penulis di balik kesuksesan dua novel sekaligus dua film tersebut. Kesuksesan itulah nan membuat para pembuat film tertarik buat memfilmkan novel tersebut sekaligus sebagai ladang dakwah. Pembuatan film itu pun dilakukan dengan tak mengabaikan tuntunan Islam. Para pemainnya tidak ada nan diwajibkan utuk saling bersentuhan secara fisik mengingat bahwa mereka bukan muhrim. Ternyata pembuatan film islami dengan tak mengesampingkan tuntunan, tetap dapat dilakukan. Hal ini memang tergantung pada niat dan kemauan para kru dan pemain film dalam mempertahankan keyakinannya.
Ketika Cinta Bertasbih ialah film nan ditayangkan di bioskop pada 2009 lalu. Sebagai sebuah film baru, Ketika Cinta Bertasbih juga banyak menggunakan artis-artis baru. Pemilihan para pemain film ini dilakukan melalui termin audisi. Bahkan para bintang nan telah mempunyai nama pun tidak diberi loka ketika kebutuhan nan diinginkan tidak dimiliki oleh bintang tersebut. Bagaimanapun unsur komersial diperlukan agar banyak nan dapat mendapatkan hikmah dari film dan pembuatan film tersebut.
Setelah melalui beberapa tahap, dipilihlah Kholidi Asadil Alam, Oki Setiana Dewi, Andi Arsyil Rahman dan Meyda Sefira. Selain para pemain baru, film ini juga melibatkan beberapa pemain kawakan seperti Deddy Mizwar, Alice Norin, Niniek L. Karim, Slamet Rahardjo, dan El Manik. Para pemain itu digembleng dan diminta buat berlatih dengan sungguh-sungguh agar terciptalah alur kisah nan latif tanpa harus terlalu terlihat menggurui. Akting nan alamai sangat dibutuhkan agar film tak terlihat kaku dan terlihat bagai terlalu diarahkan ke arah kesempurnaan. Ternyata para pemain memang sukses melakukan apa nan harus mereka lakukan dengan sangat baik.
Film ini disutradarai oleh Chaerul Umam. Seorang pengarah adegan nan juga mengarahkan Deddy Mizwar dan Lidya Kandouw dalam film Ramadhan dan Ramona. Sebuah film lawak romantis nan diproduksi pada 1986 lalu. Dari tangan-tangan dingin para pemain dan kru film nan berkomitmen tinggi itu, lahirlah satu film nan enak dinikmati dengan tidak meninggalkan konsep nan latif dalam Islam.
Film ini dinobatkan sebagai film dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang tahun 2009. Jumlah peminat buat film ini mencapai angka 3 juta orang. Keberhasilan film ini masih terus ingin diperpanjang, namun sekuel lanjutannya tak terlalu mendapat sambutan nan baik. Ketika Cinta Bertasbih 2 hanya mampu menarik perhatian 1,5 juta penonton. Angka 1,5 juta itu sudah cukup baik bagi film Indonesia nan dibuat sekuelnya. Memang agak sulit bagi film Indonesia meraih jumlah penonton fanatik seperti pada film-film produksi Hollywood nan dibuat begitu banyak seskuel tetapi masih saja mempertahankan jumlah penonton nan begitu banyak. Sebut saja film Iron Man, Mission Impossible, Superman, Batman, Spiderman, Harry Potter, Bourne, Rambo, dan lain-lain merupakan film dengan sekuel nan lebih dari dua tetapi masih saja mendapatkan penonton nan luar biasa di seluruh dunia.
Tampaknya teknologi dan startegi pemasaran nan membuat banyak film Hollywood sukses mendapatkan simpati dan mampu menebarkan pesonanya kepada banayk penonton terutama nan ada di Indonesia. Walau begitu, jutaan mata telah menyaksikan film Indonesia nan bermutu nan tak hanya memberikan hiburan tetapi juga gaya hayati nan baik.
Sinopsis Ketika Cinta Bertasbih
Film ini memiliki tokoh primer bernama Khairul Azzam nan diperankan oleh Kholidi Asadil Alam. Ia ialah seorang mahasiswa nan melanjutkan kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Azzam, ialah seorang lelaki dewasa nan tampan, cerdas dan datang dari sebuah kampung di Jawa Tengah. Meskipun datang dari kampung, Azzam tak kampungan. Ia memiliki budi pekerti nan sangat baik. Kuliahnya di Kairo pun berkat beasiswa sebab kepintarannya.
Kepintaran Azzam berlanjut di luar negeri. ia mendapatkan predikat sebagai mahasiswa nan lulus dengan nilai terbaik. Azzam ditimpa warta duka, ayahnya meninggal. Sebagai anak pertama, Azzam merasa berkewajiban buat bertanggung jawab terhadap kehidupan ibu dan adik-adiknya. Sebagai putra Jawa, usaha nan dilakukan Azzam pun tak jauh dari budaya tanah kelahirannya. Azzam berjualan tempe dan bakso di Kairo.
Azzam menjual tempe dan baksonya diwilayah sekitar KBRI Indonesia di Kairo. Hal itulah nan mempertemukan Azzam dengan putri dari duta besar bernama Eliana Pramesthi nan diperankan oleh Alice Norin. Eliana ialah seorang wanita nan cantik sekaligus berprestasi. Ia digambarkan sebagai seorang wnaita modern nan dapat melakukan apa saja nan diinginkannya. Disamping sebab ia dikelilingi oleh fasilitas nan berkaitan dengan jabatan nan diemban oleh ayahnya.
Kecantikan Eliana menarik hati Azzam. Namun, kekaguman Azzam hanya berakhir di hati. Ia mempertimbangkan banyak hal buat menjalin interaksi dengan Eliana. Azzam merasa bahwa tidak mungkin baginya menyambut cinta Eliana nan terlihat begitu bebas. Hingga akhirnya Azzam dijodohkan oleh supir KBRI.
Azzam dijodohkan dengan Anna. Tanpa diketahui oleh Azzam, Anna sudah lebih dulu dikhitbah oleh Furqon. Furqon nan mencintai Anna ternyata berbuat sesuatu nan pada akhirnya membuat semua planning Furqon menikahi Anna gagal. Konflik percintaan antara Azzam, Eliana, Anna dan Furqon menjadi daya tarik tersendiri di film ini. Cerita cinta dalam film ini tentu saja dikemas secara islami.
Sinetron Ketika Cinta Bertasbih
Sukses filmnya, membuat banyak orang berpikir buat melihat kelanjutan kisah Azzam. Lalu dibuatlah sinetron dengan judul nan sama dan cerita ditulis juga oleh penulis nan sama. Sinetron ini menampilkan pemain nan sama dan juga ada pemeran tambahan nan membaut ide kisah sinetron ini seolah memang benar-benar kelanjutan dari kisah filmnya.
Kehidupan Azzam memang tak mudah. Azzam pun dibuat harus berpoligami. Keadaan inilah nan membuat kisah sinetron ini semakin pelik. Masyarakat tampaknya juga cukup menikmati kisah sinetronnya. Namun, ketika Azzam akhirnya harus menikah, banyak penonton terutama nan wanita tidak ingin hal itu terjadi. Mengapa permasalahan ketiadaan anak harus mengorbankan hati wanita. Pada dasarnya wanita tidak mau dimadu. Ketika pernikahan memang harus berakhir sangat pelik, salah satu wanita lebih baik mengalah dan membiarkan suaminya hayati dengan wanita nan dianggapnya lebih baik.
Apapun kisah dalam Ketika Cinta Bertasbih, baik novel, film, maupun sinetronnya telah memberikan citra lain tentang kehidupan.