Harga Tiket

Harga Tiket

Tak pernah habis mengagumi orang-orang nan mempunyai komitmen nan sangat tinggi buat membagikan informasi sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Mereka berusaha melakukan banyak hal demi memberikan ilmu sebanyak mungkin kepada generasi selanjutnya. Mereka tidak mau kenikmatan nan telah mereka raih, hilang begitu saja ketika kematian menjemput. Mereka ingin orang lain pun merasakan bahkan merasakan lebih dari apa nan telah mereka rasakan. Pembangun museum, apapun nama dan tujuan museum tersebut, ialah contoh orang-orang nan begitu berkomitmen dalam memberikan ilmu dan informasi kepada orang lain. Mereka sangat teliti dan berjiwa sosial tinggi. Hal inipun bisa dipelajari dari penelusuran sejarah museum zoologi Bogor.



Sejarah Museum Zoologi - Pakar Botani

Adalah Dr. JC Koningsberger seorang pakar nabati nan sedang berkunjung ke Kota Bogor pada Agustus 1894 nan memberikan gagasan pembangunan Museum Zoologi. Pemikiran tersebut ialah buat memberikan data dan fakta mengenai fauna nan ada di Indonesia nan begitu banyak dan sangat beragam. Kekagumannya kepada bumi Indonesia membuatnya merasa sangat rugi kalau apa nan telah dilihatnya hanya berhenti pada dirinya. Ia ingin orang lain terutama generasi selanjutnya tahu betapa kayanya bangsa Indonesia ini.

Pembangunan semua museum memang tak mudah. Biaya, tenaga, dan waktu niscaya akan banyak tersita. Ketika membayangkan semua itu, mungkin tidak akan banyak orang nan mau melakukannya. Namun, ketika membayangkan betapa kegunaan pendirian sebuah museum itu mungkin akan mengubah satu generasi menjadi orang-orang berilmu, maka semua kesusahan itu tidak ada artinya.

Keinginan nan kuat meninggalkan sesuatu nan berguna itu akan mendorong orang melakukan banyak hal nan tidak terbayangkan sebelumnya. Inilah energi nan melingkupi orang-orang nan ingin berbakti pada kehidupan. Ia sendiri akan mendapatkan estetika dalam kehidupan sendiri. Kebahagiaan akan sangat mudah ia raih sebab ketika ia memberi, jiwanya seolah terus bertambah besar dan kebahagiaan semakin menumpuk. Inilah nan membuat orang nan baik hati dan suka memberi itu serasa ketagihan buat terus memberi. Hidupnya terasa hampa ketika ia tak memberikan apa nan ia miliki. Setiap saat ia mencari cara bagaimana dapat memberi kepada orang lain.

Pendirian museum itu sendiri tidak berhenti setelah bangunan museum berdiri dan isinya tertata rapi. Sebuah museum membutuhkan begitu banyak perawatan dan mengisian informasi baru. Sebuah museum akan dengan fokus menjaga, merawat, bahkan mengembangkan bahan-bahan nan ada sehingga menjadi produk ilmu pengetahuan nan bermanfaat bagi orang lain nan hayati di kemudian hari.

Sejarah museum Zoologi juga berawal dari satu pemikiran seperti nan dipaparkan tersebut. Museum Zoologi nan dulunya merupakan Laboratorium Zoologi ini bertempat di Jl. Ir. H. Juanda, Bogor Telp. 0251-8387182. Tidak sulit menemukan gedung antik dengan cat berwarna putih pudar tersebut. Di loka unik seluas 1500m2 ini pengunjung tak hanya dapat menikmati koleksi museum tapi juga arsitektur bangunan museum nan sangat bagus dan dikerjakan dengan ketelitian taraf tinggi.

Jadi bagi nan tertarik dengan ilmu arsitektur, dapat juga berkunjung ke museum ini. Dapat jadi bahwa kedatangan ke museum ini menjadi rangkaian pencarian ilmu bagai sekali dayung dua tiga pulau terlampau. Ilmu arsitektur dapat, ilmu Zoologi pun diraih. Bagi para pencari ilmu, semua ilmu nan baik itu akan dilahapnya habis hingga ia merasa puas pada saat itu. Pada saat nan lain, ia akan mencari lagi ilmu nan lebih banyak lagi. Para pencari ilmu nan haus tidak akan pernah merasa hilang dahaganya dalam pengenbaraan ilmu.

Perhatikan tata letak ruangan, bentuk dinding dan atap. Semuanya begitu teratur dan dibangun dengan pertimbangan kondisi alam dan keadaan kota Bogor nan dingin. Mungkin sebab peruntukan bangunan nan awalnya buat sebuah laboratorium sehingga pembangunannya harus lebih hati-hati nan memikirkan aspek keselamatan dan kenyaman para peneliti. Bila mencari inspirasi, gedung dan isi gedung loka museum Zoologi ini berada, cukup baik dijelajahi.



Koleksi Museum

Ragam fauna Indonesia memang dahsyat. Banyaknya hutan belantara nan menyebar dari Sabang hingga Marauke telah membuat jenis satwa Indonesia unik dan mungkin beberapa di antaranya tidak dijumpai di belahan global lain. Kalaupun ada, mungkin hanya mirip. Inilah salah satu faktor nan menggugah dan memberikan suntikan semangat nan luar biasa kepada para pendiri museum Zoologi. Mereka ingin semua orang tahu betapa indahnya alam ini dengan berbagai jenis hewan di dalamnya.

Rasa syukur pun bisa terucap tanpa batas ketika mengetahui begitu indahnya sebuah penciptaan. Tiada manusia mampu membuat semua nan telah diciptakan dengan paripurna itu. Hanya manusia nan tak menghargai ilmu nan tak akan merasa semakin dekat dengan Tuhannya setelah bertambah banyak ilmunya. Bila manusia itu tahu bersyukur, ia akan semakin dekat dengan Tuhannya ketika ilmunya semakin ditambah. Tiada satu penciptaan tanpa tujuan nan pasti.

Mengunjungi museum ini seperti berada di berbagai loka kehidupan satwa. Walaupun satwa-satwa tersebut berada dalam loka pengawetan atau diorama spesifik nan dibuat seperti aslinya atau memang satwa orisinil nan diawetkan, tetap saja pengunjung bisa melihat dan memperhatikan dengan saksama betapa kehidupan satwa itu patut dipelajari. Kerangka hewan dengan berbagai ukuran dan kulit mereka nan beraneka warna, akan membuat mata dan hati merasa dimanjakan.

Memang ada hewan nan terlihat cukup mengerikan dengan taring nan tajam atau hewan dengan tubuh nan terlihat menjijikan. Tetapi sesungguhnya hewan-hewan itu mempunyai fungsi tersendiri dalam masa hayati mereka nan mungkin singkat. Seperti halnya nyamuk nan hanya mempunyai siklus hayati tak lebih dari tiga hari, tetapi mampu mengajarkan makna kesombongan pada manusia. Bagaimana tidak, nyamuk itu sangat berani. Manusia sesombong apapun dapat ia tahlukkan. Ia dapat menghisap darah orang arogan itu pada bagian manapun nan ia suka.

Nyamuk juga mengajarkan kenekadan dalam mencari rezeki. Tanpa mau mengambil resiko, nyamuk wafat juga. Mending ia wafat ketika sedang berjuang daripada wafat ketika tak melakukan apa-apa. Ajaran dari hewan seperti nyamuk ini saja rasanya sudah cukup membukakan mata betapa semua jenis hewan itu memberikan kegunaan tersendiri kepada kehidupan manusia. Hanay manusia saja nan mungkin belum tahu dan mungkin juga tak mau tahu tentang kebermanfaatannya.

Tanpa adanya satwa, maka rantai makanan kehidupan akan kacau. Kalau rantai makanan itu kacau, maka manusia jua nan akan merasakan akibatnya. Tikus akan beranak pinak tidak terkendali sebab ada rantai nan terputus. Penyakit pun akhirnya akan merajarela. Inilah salah satu pentingnya mempelajari Zoologi.

Ada jutaan spesimen koleksi museum nan tidak akan habis dipelajari selama bertahun-tahun. Bila saja agak berimajinasi gaya Jurrasic Park, maka museum ini akan menjadi Jurassic Park nan sangat besar. Spesimen itu terdiri atas 650 jenis binatang mamalia (menyusui), 1100 jenis burung nan berasal berbagai wilayah di Indonesia, 600 jenis reptil dan ikan, moluska nan terdiri atas 2300 jenis, 10.000 jenis serangga serta 700. Belum lagi jenis hewan invertebrate lainnya.

Mengunjunginya hanya dalam waktu satu hari, baru akan memberikan satu citra secara generik saja. Kalau ingin benar-benar mendapatkan ilmu nan lebih banyak, harus paling tak mengadakan kunjungan selama satu minggu penuh. Dengan demikian, paling tak ada satu kelompok hewan nan diketahui secara agak mendetail. Misalnya, tentang kupu-kupu dengan segala ukuran dan rona sayap. Atau mempelajari burung dari surga dengan sayap nan indah. Atau melihat burung merak nan mempunyai bentang ekor nan sangat latif bak permadani.

Kalau berani, dapat melihat kelompok ular, mulai nan sangat berbahaya hingga ular nan kecil dan tak berbahaya. Mau melihat serum ular atau melihat bentuk ular nan terbesar nan pernah ditemukan di Indonesia, semua dapat dilihat di museum Zoologi ini.



Harga Tiket

Seperti juga harga tiket museum lainnya nan ada di Indonesia, memasuki museum ini juga sangat murah –hanya seharga sebuah pisang goreng kecil. Tiketnya Rp1000 saja baik buat anak-anak, dewasa maupun rombongan. Walaupun tidak lagi berfungsi sebagai laboratorium, museum nan berada di bawah kendali Pusat Penelitian Biologi-LIPI ini telah mempunyai Gedung Widyasatwaloka di Cibinong, nan merupakan gedung buat penelitian satwa.

Sekelumit sejarah museum Zoologi itu patut diketahui agar keilmuan ini tak akan lenyap begitu saja.