Kroasia di Luar Prediksi – Meraih Peringkat Ketiga

Kroasia di Luar Prediksi – Meraih Peringkat Ketiga

Banyak negara nan tampil di luar prediksi di Piala Global nan berlabel turnamen sepak bola terbesar di planet ini. Korea Selatan dan Turki pernah secara mengejutkan lolos ke semifinal Piala Global 2002 dan membantah prediksi bahwa tim-tim elite Eropa dan Amerika Selatan lah nan akan memenangi Piala Global Korea Selatan/Jepang.

Ada pula Italia nan mampu memenangi Piala Global 2006 meski terkena skandal calciopoli berupa pengaturan skor nan melibatkan tim-tim papan atas Serie-A, Perserikatan Italia. Saat itu Italia tak ada dalam prediksi juara. Namun, Azzurri mampu lolos ke final buat menaklukkan Perancis dalam drama adu penalti.

Piala Global 2010 di Afrika Selatan, juga mencuatkan Uruguay sebagai kekuatan lama nan bangkit kembali. Uruguay pernah merajai sepakbola global pada tahun 1930-an. Bahkan, mereka negara terbanyak nan memenangi Copa America, turnamen antar negara-negara Amerika Selatan. Namun, Uruguay melempem sekian lama dan baru bangkit pada akhir dasa warsa 2000-an seiring semakin banyaknya pemain mereka nan menjadi tulang punggung tim elite Eropa. Jadilah Uruguay menjadi salah satu negara nan tampil di luar prediksi pada Piala Global 2010.



Kroasia di Luar Prediksi – Babak Kualifikasi dan Penyisihan Piala Global 1998

Dari sekian banyak negara nan tampil mengejutkan di Piala Dunia, tak ada salahnya membahas Kroasia di Piala Global 1998. Negara ini datang ke Perancis, penyelenggara Piala Global saat itu, dengan status nan kurang meyakinkan. Pada babak kualifikasi Eropa, Kroasia tergabung dalam Grup 1. Mereka kalah dari Denmark di klasemen akhir sehingga harus menjalani babak playoff demi lolos ke Perancis.

Kroasia saat itu berjumpa dengan Ukraina. Kedua negara ini merupakan pecahan dua negara elite sepakbola zaman dahulu. Kroasia ialah sempalan Yugoslavia, bahkan beberapa pemainnya sempat berseragam timnas Yugoslavia, sedangkan Ukraina ialah kepingan dari Uni Sovyet (Rusia). Dalam babak playoff ini , Kroasia lolos dengan agregat 3-1. Mereka berhasil membungkam Andrii Shevchenko dkk. 2-0 di Maksimir nan begitu angker. Kemudian, di leg kedua, gol Alen Boksic sukses menyamakan kedudukan 1-1 sehingga Kroasia akhirnya dapat lolos pertama kali ke Piala Dunia.

Lolosnya Kroasia ini tak otomatis membuat mereka diunggulkan dalam prediksi kebanyakan orang. Prediksi kampiun global bagaimana pun mengarah pada Brazil nan saat itu dihuni pemain nan menjadi parameter sepakbola global seperti Ronaldo, Rivaldo, Claudio Taffarel, Cafu, Dunga, dan Aldair.

Pada babak penyisihan Piala Dunia, Kroasia bergabung di Grup H nan nisbi mudah. Kroasia berjumpa dengan Jepang nan sama-sama merupakan negara debutan di Piala Dunia. Bedanya, Jepang saat itu benar-benar diremehkan dan berdasarkan prediksi akan menjadi lumbung gol tim-tim di Grup H. Selain itu, ada Jamaika nan dari segi permainan juga lebih rendah daripada Kroasia.

Satu-satunya ganjalan adalan Argentina nan diperkuat oleh Gabriel Batistuta. Benarlah prediksi tersebut. Kroasia sukses mengatasi Jamaika 1-3 dan Jepang 0-1. Barulah di pertandingan terakhir nan sudah tak menentukan lagi, Zvonimir Boban dkk. takluk dengan skor tipis 1-0 dari Argentina. Maka, loloslah Kroasia ke perdelapan final menemani tim tango nan tampil sebagai kampiun grup sinkron prediksi .



Kroasia di Luar Prediksi – Meraih Peringkat Ketiga

Lawan Kroasia di 16 besar bukanlah versus mudah. Mereka ialah Rumania, kampiun Grup G nan mampu mendepak tim andal Inggris 2-1 di babak penyisihan. Prediksi pun menjagokan Rumania, nan saat itu masih diperkuat sang jenderal lapangan George Haghi, menumbangkan Kroasia.

Namun, apa mau dikata. Rumania justru nan terhempas. Davor Suker, penyerang nan malang melintang di Perserikatan Spanyol, menjadi penentu kemenangan Kroasia lewat penaltinya di menit 45+2. Loloslah Kroasia ke babak berikutnya dengan skor tipis 1-0. Namun, sekaligus paras para pemain Kroasia langsung diliputi duka cita.

Lawan mereka di perempat final ialah Jerman sang raja turnamen. Meskipun Jerman saat itu diperolok sebab menggunakan mesin tua, pemain mereka kebanyakan berusia 30 tahun, tim panser dalam prediksi akan mampu mengatasi Kroasia.

Lagi-lagi, prediksi boleh berkata A, namun hasilnya ialah B. Kroasia mampu menghajar tim panser dengan skor sangat telak, 0-3. Robert Jarni menjadi pemain nan membawa petaka pertama bagi Jerman dengan golnya di injury time babak pertama. Di 45 menit kedua, skuad Jerman nan tua, mulai kehabisan bensin. Maka, lahirlah dua gol Kroasia hanya dalam waktu lima menit di ujung babak kedua. Goran Vlaovic di menit 80 dan Davor Suker di menit 85 membawa Kroasia menaklukkan raksasa Eropa dengan gaya; menang 3-0 sekaligus membalikkan semua prediksi.

Langkah Kroasia pun mencapai semifinal. Di sinilah mereka kembali dihadapkan dengan versus sulit. Prancis datang dengan status tuan rumah. Saat itu, Prancis memang memiliki skuad nan tengah berada dalam masa-masa emas. Bahkan, banyak nan berkata bahwa Prancis Piala Global 1998 ialah momentum krusial bagi generasi terbaik nan dimiliki negara tersebut. Di lini tengah, tim Ayam Jantan memiliki sosok sekelas Zinedine Zidane. Ia dibantu oleh Youri Djorkaeff, Didier Deschamps, dan Emmanuel Petit, nan membuat Prancis tidak kalah andal dengan Brazil.

Lini belakang Prancis pun demikian kokoh. Mereka memiliki Fabien Barthez si kiper plontos. Ada pula Laurent Blanc nan ciumannya di kening Barthez selalu membawa hoki. Di posisi full back , ada Lilian Thuram nan kokoh dan Bixente Lizarazu nan demikian lincah. Dibandingkan Perancis, Kroasia jelas kalah kelas.

Prediksi pun mendukung Prancis buat lolos ke final Piala Global di rumah sendiri. Benarlah. Kali ini prediksi tak salah. Kroasia sempat mencuri gol terlebih dahulu melalui gol Davor Suker. Namun, lini belakang Prancis menjadi kunci kemenangan. Lilian Thuram membalikkan keadaan dengan dua golnya. Hasil akhir 2-1 dan buat pertama kalinya prediksi sejak babak 16 besar, terbukti sahih dengan takluknya Kroasia.

Tak mau berkecil hati, negara nan terkenal berkat kostum mereka nan bagaikan papan catur ini (dengan rona merah-putih, bukan hitam-putih), berhasil mengamankan peringkat ketiga di Piala Global 1998. Dalam perebutan loka ketiga, Kroasia berhadapan dengan Belanda nan sebelumnya tersingkir oleh Brazil dalam drama babak adu penalti.

Melihat fakta sejarah, prediksi menyebutkan Belanda akan mengalahkan Kroasia. Apalagi Belanda juga memiliki materi pemain nan dapat dikatakan terbaik. Duet Dennis Bergkamp dan Pattrick Kluivert di depan, deretan gelandang seperti Boudewijn Zenden atau Phillip Cocu, dan si kembar Ronald-Frank de Boer. Namun, kali ini lagi-lagi prediksi dipecundangi. Robert Prosinecki berhasil menaklukkan Edwin Van Der Sar di menit 13. Meskipun Zenden sukses membalas di menit 21, lagi-lagi Davor Suker menjadi penyelamat Kroasia. Golnya di menit 35 membuat sejarah dengan membawa Kroasia menaklukkan Belanda.

Prediksi hancur dan Kroasia meraih peringkat ketiga global di percobaan pertama mereka di turnamen terbesar di global ini.Satu hal nan layak dibanggakan Kroasia saat itu, ialah dinobatkannya Davor Suker sebagai top skorer. Penyerang nan dijuluki Sukerman (plesetan dari Superman), mampu mengemas 6 gol, nan paling tinggi dari semua penyerang top negara-negara elite dunia; sekaligus membuat para pejudi nan mematok prediksi bahwa top skorer akan diduduki pemain "elite" pupus. Suker mengatasi Gabriel Batistuta dan Christian Vieri nan mengemas 5 gol.

Bahkan, Ronaldo si tonggos, nan dijagokan prediksi akan menyabet gelar top skorer, cuma berhenti di angka 4 gol. Sayangnya, prestasi Kroasia sebagai peringkat ketiga global dan ditetapkannya Davor Suker sebagai top skorer, tidak dapat dilanjutkan lagi oleh generasi penerus negara nan beribukota di Zagreb ini. Kroasia Piala Global 1998 nan melewati semua prediksi, bagaikan cinderella nan cuma berkesempatan menampilkan kecantikannya sebelum jam 12 malam.