Pembagian Periode - Ajib Rosidi

Pembagian Periode - Ajib Rosidi

Periodisasi sastra selalu terjadi dalam beberapa kurun waktu tertentu. Biasanya terjadi sebab perpindahan generasi dan jenis sastra. Beberapa orang membagi karya sastra dengan beberapa periode.

Namun, ternyata setiap para pengamat pakar malah cenderung memberikan pendapat nan berbeda. Apakah kemudian pendapat A atau pendapat B salah? Tentu tidak. Mengingat para ahli tersebut mumpuni di bidangnya. Hanya saja, mungkin orang nan kemudian mengikuti pendapat tersebut cenderung sebab alasan subyektif saja.

Beberapa pendapat ahli tersebut pun tidaklah berbeda jauh ketika mereka membagi periodisasi sastra ke dalam beberapa dekade. Periodisasi sastra perlu dilakukan buat menandai era baru dan perpindahan zaman. Pendapat para pakar tentang periodisasi sastra akan dibahas masing-masing.



Pembagian Periode Sastra Menurut Beberapa Ahli

Ada majemuk pendapat mengenai pembagian periode sastra, diantaranya ialah pendapat dari Nugroho Notosusanto, Zuber Usman, Ajib Rosidi, HB jassin, JS Badudu, Usman Effendi, Zuber Usman, Sabarudin Ahmad, dan Zaidan Hendy. Beberapa diantaranya memiliki pembagian nan sama. Namun, juga ada nan berbeda. Inilah sekelumit pembagian periodisasi sastra.



Pembagian Periode - HB Jassin

HB Jassin membagi karya sastra terbagi menjadi dua bagian. Dan dari kedua bagian, tersebut ada sebagi lagi nan dibagi menjadi beberapa bagian. Menurutnya, karya sastra terbagi menjadi sastra melayu lama dan kesusastraan Indonesia modern. Kesusastraan Indonesia modern dibagi lagi menjadi empat, yaitu Angkatan 20, Angkatan 33 atau biasa dikenal dengan sebutan angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45, dan Angkatan 66.



Pembagian Periode - JS Badudu

Kesusastraan Indonesia dibagi menjadi tiga periode besar, yaitu periodisasi sastra lama, periodisasi sastra peralihan, dan periodisasi sastra baru. Periodisasi sastra lama terdiri atas kesusastraan masa prasejarah dan kesusastraan era agama Hindu dan Arab.

Selanjutnya, periodisasi peralihan baru terdiri atas Angkatan Balai Pustaka. Dan nan terakhir, periodisasi sastra baru terdiri atas Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45 atau modern, dan Angkatan muda.



Pembagian Periode - Ajib Rosidi

Ajib menganggap bahwa masa periodisasi sastra itu terbagi menjadi dua periode. Yang pertama ialah periode masa kelahiran, nan terdiri atas tiga periode, yaitu periode awal abad ke 20 sampai abad 19, periode tahun 1933 sampai tahun 1942, dan periode tahun 1942 sampai tahun 19452. Yang kedua ialah masa perkembangan, nan terdiri atas periode tahun 1945 sampai tahun 1953, periode tahun 1953 sampai tahun 1960, dan periode tahun 1960 sampai sekarang.



Pembagian Periode - Zuber Usman

Menurut Zuber Usman, periodisasi sastra dibagi menjadi tiga, yaitu periode zaman kesusastraan lama, periode zaman kesusastraan peralihan, dan periode zaman kesusastraan baru. Untuk periode nan terakhir, ia membagi lagi menjadi empat, yaitu Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan Jepang, dan Angkatan 45.



Pembagian Periode - Usman Effendi

Secara ringkas, Usman Effendi membagi periode sastra ke dalam tiga periode. Periode tersebut ialah periode sastra lama, sastra baru, dan sastra modern.



Pembagian Periode - Zaidan Hendy

Senada dengan Zuber Usman, Zaidan pun mengikuti jejak JS Badudu dalam membagi periodisasi sastra menjadi tiga periode zaman. Yang pertama ialah sastra lama, nan dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:

  1. Sastra kuno, mencakup di dalamnya sastra prasejarah.
  2. Sastra hindu, sastra nan diciptakan buat berupa kidung sejarah.
  3. Sastra Islam. Corak ini masuk ketika Islam bersentuhan dengan Budaya melayu Indonesia. Saat islam masuk, nan tersentuh bukan saja budaya, namun dari segi tulisan dan bahasa pun terkena imbasnya. Kisah-kisah islami pun muncul di zaman tersebut.

Yang kedua ialah sastra peralihan. Dan nan ketiga ialah sastra baru, nan dibagi lagi menjadi empat angkatan, yaitu:

  1. Angkatan Balai Pustaka
  2. Angkatan Pujangga Baru
  3. Angkatan 45
  4. Angkatan 66


Pembagian Periode - Nugroho Notosusanto

Yang satu ini sedikit berbeda dengan nan lain. Nugrogo Notosusanto membagi periode sastra menjadi dua, yaitu periode melayu lama dan periode Indonesia modern. Periode nan kedua dibagi lagi menjadi masa kebangkitan (Tahun 1920, Tahun 1933, dan Tahun 1942) dan masa perkembangan (Tahun 19452 dan Tahun 1950).



Pembagian Periode - Sabarudin Ahmad

Ini ialah pendapat para ahli nan terakhir. Sabarudin hanya membagi kesusastraan Indonesia ke dalam dua periode saja, yaitu periode lama (Dinamisme, Hiduisme, dan Islamisme) dan periode baru (Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan Angkatan 45).P

Para Angkatan dalam Periodisasi Sastra

Dalam beberapa pendapat ahli tentang periode sastra, tampak disebutkan angkatan-angkatan dimana sastra dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok, walau dalam kajiannya dianggap satu periode. Yuk, kenali angkatan-angkatan dalam sastra nan memperkaya khazanah budaya bahasa Indonesia.



1. Angkatan Balai Pustaka

Sering sekali angkatan ini disebut-sebut di setiap pembagian periode. Apa sebenarnya nan dimaksud dengan Angkatan Balai Pustaka itu?

Angkatan Balai Pustaka dinamai berdasarkan nama penerbit nan saat itu gemar menerbitkan karya sastra anak negeri. Banyak sekali buah tangan lahir dan menjadi buku nan dinikmati para pembaca dari penerbit nan satu ini.

Balai Pustaka menerbitkan banyak roman, puisi, novel, cerita pendek. Misinya saat itu ialah mencegah pengaruh jelek dari sastra melayu rendah nan mengedepankan kisah-kisah cabul dan liar nan sekiranya dapat merusak kebahasaan dan moral bangsa.

Beberapa penulis dan karyanya nan dikenal sampai saat ini dan dikenang diantaranya adalah:

  1. Abdoel Muis dengan karya-karyanya nan berjudul Surapati (terbit 1950), Salah Asuhan , Anak Surapati (1953), dan Pertemuan Zodoh (1964)
  2. Aman Datuk Mandjoido, nan menulis Si Doel Anak Jakarta , Menebus Dosa, dan Sampaikan Salamku Kepadanya .
  3. Anak Agoeng Panji tisna, nan salah satu karyanya pernah difilmnya, yaitu Soekreni Gadis Bali (1936)
  4. Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Gaungnya seolah tiada wafat sampai di zaman sekarang. Karyanya nan terkenal tentu saja Di Bawah Lindungan Ka’bah yang difilmkan dua kali. Selain itu, ia juga menulis Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck , dan lain sebagainya.
  5. Marah Roesli, terutama terkenal atas romannya nan berjudul Siti Noerbaya nan kemudian menjadi ickn dari perkawinan paksa.
  6. Noer Sutan Iskandar. Penulis nan satu ini sangat produktif penulis pada saat itu sehingga dijuluki dengan "Raja Pengarang Balai Pustaka. Beberapa buku nan ditulisnya antara lain Salah Pilih , Katak Hendak Menjadi Lembu, dan Karena Mertua.
  7. Soetan Takdir Alisjahbana. Penulis nan satu ini memang mumpuni sebagai seniman. Karya nan lahir bukan hanya sekedar roman, namun juga puisi. Karyanya nan terkenal ialah Anak Perawan Disarang Penyamun , Dian Tak Kunjung Padam, dan Layar Terkembang. Tulisannya banyak nan bercerita tentang emansipasi wanita.
  8. Toelis Sutan Sati. Pastinya penulis nan satu ini tak kalah hebat dengan rekannya nan lain. Bukunya sendiri sampai sekarang masih dicetak. Pernah juga karyanya difilmnya dan berhasil di masanya. Karyanya antara lain Sengsara Membawa NIkmat nan pernah dibuat mini serinya.


2. Angkatan Pujangga Baru

Angkatan ini lahir sebab protes terhadap sensor nan dilakukan penerbit Balai Pustaka. Angkatan ini menghembuskan napas modern dan tema-tema perjuangan sarat di angkatan ini. Dipelopori oleh Soetan Takdir Alisjhabana, angkatan ini pun lahir. Penulisnya diantara lain:

  1. Armijn Pane
  2. Karya nan ditelurkannya "Jinak-jinak Merpati (kumpulan cerpen)" novel "Belenggu" dan "Antara Bumi Dan Langit" juga masih ada kumpulan cerpennya nan lain
  3. Moh. Yamin
  4. Penulis nan satu ini pastinya tak pupus dalam ingatan para penggemar sastra tempo dulu. Karya nan ditelurkannya di masa itu ialah "Ken Arok dan Ken Dedes" lalu "Gajah Mada", kemudian "Tanah Air" dan masih ada nan lainnya
  5. Sanusi Pane. Saudara kandung dari Armijn Pane ini juga seniman, karyanya nan juga menjadi legenda ialah "Sadyankala Ning Majapahit"
  6. Tengku Amir Hamzah
  7. Roestam Effendi
  8. Selasih

3. Karya Sastra angkatan 45

Karya sastra angkatan ini dianggap lebih realistis ketimbang pendahulunya, yaitu angkatan Pujangga Baru nan dianggap lebih pada romantic idealistic. Para artis nan berperan diantaranya

  1. Asrul Sani, nan terkenal dengan karyanya Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat (Kumpulan Cerpen). Ia juga menulis kisah Naga Bonar.
  2. Achdiat K Miharza, terkenal dengan karya sastranya nan berjudul Atheis.
  3. Chairil Anwar. Siapa nan tak kenal pengarang nan satu ini. Ia dianggap sebagai penggebrak global puisi Indonesia. Karya puisinya nan terkenal ialah Aku, Kerawang Bekasi , dan kumpulan sajak nan berjudul Kerikil Tajam Dan Yang Terhempas Dan Yang Terputus .
  4. Idrus. Karya sastranya nan terkenal ialah Dari Ave Maria ke Jalan Lain Ke Roma.
  5. Pramudya Ananta Toer
  6. Moechtar Lubis
  7. Utuy Tatang Sontan

Itulah beberapa angkatan nan mempengaruhi perkembangan kesusastraan Indonesia. Dalam periodisasi sastra Indonesia, para artis ini memberi kontribusi lebih dengan karyanya bagi anak bangsa.