Bengkel Hati - Ikhlas
Bengkel hati ? Bila ada bengkel hati, tentu setiap hari akan penuh dengan pasien. Sayangnya bengkel hati hanyalah ungkapan nan tak akan pernah kita temui di global konkret layaknya bengkel mobil atau motor. Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, nan bila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh manusia. Pun sebaliknya, bila segumpal daging itu buruk, maka buruklah semuanya. Segumpal daging itu ialah hati.
Layaknya, motor atau mobil nan secara berkala harus dibawa ke bengkel buat diservis, apakah hati juga demikian, dibawa ke bengkel hati. Di mana bengkel hati nan dapat mereparasi hati nan sedang sakit, terluka, terlalu bahagia, atau perasaan-perasaan lainnya? Secara kasat mata, bengkel hati memang tak ada. Namun bukan berarti hati nan sedang bermasalah tak dapat diperbaiki. Bagaimana caranya?
Bengkel Hati - Dekat dengan Sang Pencipta
Bengkel hati nan pertama akan memberikan resep kepada kita buat dekat dengan Sang Pencipta. Kedekatan seorang hamba dengan Sang Pencipta membuat hayati hamba tersebut tenang dan tenteram.
Bila dianalogkan ialah seperti interaksi guru dengan murid atau mahasiswa dengan dosennya. Mahasiswa atau murid nan dengaki dengan dosen atau gurunya biasanya tak akan risi bila ada ulangan mendadak. Bukan sebab dosen atau guru tersebut berbuat curang dengan memberi tahu jawabannya, namun sebab mahasiswa atau murid tersebut konfiden dapat menjawab soal-soal nan diberikan. Keyakinan tersebut dapat tercipta sebab murid atau mahasiswa tersebut sudah mengenal karakter guru atau dosennya.
Coba bila bengkel hati ini kita terapkan. Setiap hati kita merasa galau dan tak konfiden dengan suatu hal. Merasa tersakiti dan terasing. Cobalah mendekat kepada nan menciptakan kita. Meskipun secara kasat mata kita tidak dapat melihat-Nya, namun kita dapat merasakannya.
Bengkel Hati - Selalu Bersyukur
Bengkel hati nan kedua akan memberikan obat nan lumayan mujarab buat mengurangi kegusaran hati dan jiwa nan kita rasakan. Obat mujarab itu ialah rasa syukur. Apa nan terjadi ketika seorang siswa tak lagi diberi kesempatan buat mengikuti ujian?
Bisa jadi sang guru sudah malas memberikan soal ujian sebab siswa tersebut bengal dan menjadi sulit diatur dan sebagai akibatnya guru tersebut tak peduli. Atau mungkin guru tersebut pesimis bahwa siswa tersebut dapat menyelesaikannya.
Bagaimana perasaan kita bila menjadi siswa tersebut? Tidak dipedulikan, dibiarkan begitu saja, dan dianggap tak ada. Bagaimana rasanya? Menyakitkan tentunya. Ujian, semoga menjadikan kita bersyukur dan berpikir positif bahwa Sang Pencipta masih menganggap kita ada sebagai makhluk-Nya. Itulah bengkel hati nan kedua.
Bengkel Hati - Ikhlas
Bengkel hati nan berikutnya menyebutkan bahwa buat mereparasi hati kita nan sedang tak stabil kita harus ikhlas. Bagaimana mau ikhlas bila hati kita sudah terlanjur sakit? Bagaimana mungkin? Bengkel hati bernama ikhlas ialah seperti mengukir tulisan di atas air. Sesuatu nan mustahil buat kita lakukan saat kita tersakiti. Memang, namun sulit bukan berarti tak dapat apalagi mustahil.
Sedikit kisah nan mungkin akan membuat kita tergugah. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad saw selalu memberi makan pengemis buta nan ada di pasar. Pengemis tersebut ternyata selalu menjelek-jelekkan Nabi Muhammad. Setiap kali Rasulullah memberinya makan, pengemis buta tersebut selalu bercerita tentang kejelekan Nabi Muhammad. Hingga pada akhirnya Nabi Muhammad meninggal.
Abu Bakar kemudian bertanya kepada Aisyah tentang sunah apa nan belum ia kerjakan nan selalu dikerjakan Rasulullah semasa hidupnya. Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah selalu memberi makan pengemis buta nan ada di pasar setiap pagi. Maka, Abu Bakar pun melakukan apa nan biasa dilakukan oleh Rasulullah. Dia memberi makan pada pengemis buta tersebut.
Rupanya pengemis buta itu tahu bahwa nan memberi makan bukan nan biasanya sehingga pengemis buta itu pun bertanya siapakah gerangan nan saat ini sedang menyuapinya. Si pemberi makan nan pertama selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu, beda dengan nan sekarang memberi makan. Begitulah kata pengemis buta itu. Seketika itu juga, jatuhlah air mata Abu Bakar, dia begitu terharu dengan ketulusan Rasulullah.
Kemudian Abu Bakar bercerita bahwa nan menyuapinya selama ini ialah Nabi Muhammad, orang nan selalu dijelek-jelekkan oleh pengemis buta itu. Seketika itu juga pengemis buta tersebut mengucapkan syahadat. Ia terkesima dan begitu tersentuh dengan ketulusan dan keikhlasan nan dimiliki oleh Rasulullah. Bagaimana mungkin Rasulullah tetap memperlakukannya dengan baik sementara ia selalu menjelek-jelekkannya. Pengemis itu “jatuh” bukan sebab ancaman kematian, namun “jatuh” sebab ketulusan serta keikhlasan nan diberikan oleh Baginda Rasulullah.
Bahkan nan tadinya bengis dan benci setengah mati, dapat luluh sebab ketulusan dan keikhlasan. Tak ada pedang nan dapat melumpuhkan kesombongan selain pedang bernama keikhlasan. Rasulullah telah memberikan kita contoh akan arti krusial keikhlasan. Selain dapat mengobati diri sendiri, juga dapat memberikan pengaruh positif kepada orang lain.
Bengkel Hati - Sibuk
Bengkel hati yang lain buat memperbaiki suasana jiwa dan psikologis ialah dengan menyibukkan diri. Berkaitan dengan bengkel hati ini, ada ungkapan nan mengatakan bahwa nan paling berbahaya di global ini ialah waktu luang, sebab bila kita tak dapat memanfaatkannya, dia dapat menerkam kita dan menenggelamkan kita ke dalam kegiatan nan tak berguna.
Seorang ibu rumah tangga nan sama sekali tak memiliki kegiatan misalnya, biasanya rajin berkumpul dengan sesama ibu-ibu dan membicarakan sesuatu nan tak penting. Bahkan tidak sporadis dari kegiatan kumpul-kumpulnya tersebut, mereka sering bersitegang satu sama lain, padahal awalnya baik-baik saja. Hal ini tidak berarti kita tidak boleh bersosialisasi. Tentu saja hal itu penting, namun seharusnya kita melakukannya dengan tepat dan tak hanya sekadar berkumpul buat membicarakan keburukan teman.
Bengkel Hati - Berbagi
Bengkel hati berikutnya ialah berbagi. Kita akan lebih senang bila dapat berbagi dengan lingkungan sekitar. Percayakah? Biasanya kita akan merasakan kelegaan atau perasaan senang lainnya ketika kita dapat menolong orang lain. Misalnya saja menolong orang buat mendapatkan pekerjaan, berbagi job kepada teman, menolong anak tetangga nan kesulitan dalam hal pelajaran, mendengarkan teman nan curhat, dan hal-hal lainnya nan sejenis. Adalah salah sebenarnya bila ada nan berkata “ Udah-udah jangan nambahi masalah, masalah gue aja udah berat, huft !”
Padahal, coba kita renungkan. Saat kita memiliki masalah lalu mendengarkan masalah orang lain, hati kecil kita secara tak sadar akan bergumam “Ternyata saya tak sendiri di global ini!” Hati dan pikiran kita akan terbuka dan kita akan menjadi pribadi nan semakin tangguh.
Bengkel hati buat melengkapi hayati kita sebagai manusia dan menjadikan hati kita bening ialah bernama “berbagi”. Ada ungkapan memberi 10 bisa 100, memberi 100 bisa 1000, dst. Nyatanya hal itu memang benar.
Coba simak cerita berikut.
Ada seseorang nan memberitahukan informasi lomba menulis kepada kawannya. Dua orang tersebut memang bersahabat. Keduanya mengikuti lomba menulis. Saat pengumuman tiba, ternyata nan memberi tahu malah tak lolos, sedangkan nan diberi tahu malah lolos.
Pernahkah kita mengalami kejadian seperti ini? Tenang saja sebab global tak akan berakhir hanya sebab masalah tersebut. Meskipun kecewa, si informan (teman nan memberi tahu temannya tersebut) tetap berbesar hati dan turut bahagia dengan kemenangan temannya. Beberapa waktu kemudian, si informan tersebut mendapat kabar bahwa naskahnya di acc. di salah satu penerbit mayor.
Ternyata, Sang Pencipta memang selalu memberikan ganti nan jauh lebih baik. Semakin kita ikhlas, maka akan semakin cepat kita mendapatkan gantinya dengan nan jauh lebih baik. Berbagi tidak pernah rugi. Tak akan pernah membuat kita miskin dan kehilangan harga diri.
Kapan Pergi ke “Bengkel Hati”?
Bila motor atau mobil kita bawa ke bengkel secara berkala, lalu kapan kita membawa hati kita ke bengkel hati? Jawabannya ialah semakin sering semakin baik. Sebagai manusia nan mudah tergoda, kita harus sering menengok bengkel hati kita.
Beberapa cara nan dapat dilakukan dalam rangka “menengok” bengkel hati kita ialah mendatangi majelis ilmu, berkumpul dengan orang-orang nan positif, membaca buku-buku nan bermanfaat, berkegiatan, serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tak harus menunggu tabrakan dulu sebuah mobil dibawa ke bengkel. Pun dengan hati, tidak perlu menunggu sakit hati atau kecewa dulu hati kita dibersihkan di sebuah loka bernama "bengkel hati".