Laskar Pelangi, Sang Penyelamat
Novel “Laskar Pelangi” merupakan karya perdana dari Andrea Hirata. Novel nan diterbitkan Bentang Pustaka pada 2005 lalu ini sukses mencuri perhatian penikmat novel di tanah air, bahkan syahdan hingga ke luar negeri dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Walhasil, novel ini sukses meraih best seller dan menjadi novel terlaris di tanah air.
Kisah “Laskar Pelangi” menggambarkan sepenggal potret buram global pendidikan di negeri ini. Dikemas dengan bahasa nan mengalir, Andrea Hirata sukses menuturkan dengan apik betapa carut marutnya global pendidikan kita pada tahun 1970-an.
Sebuah kisah nan cukup tragis menimpa Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah di daerah Gantung, Belitung Timur. Sekolah ini terancam bubar jika tak sukses mendapatkan sepuluh murid pada tahun ajaran baru. Dari sinilah Andrea Hirata mengawali kisah dalam novel masterpiece -nya tersebut.
Laskar Pelangi, Sang Penyelamat
SD Muhammadiyah di Gantung, Belitung Timur tersebut ternyata tak jadi ditutup. Beruntunglah ada sepuluh siswa nan akhirnya menggenapi jumlah murid baru nan mendaftar pada tahun itu. Kesepuluh murid ini memiliki karakter nan sangat unik. Mereka begitu dekat satu sama lainnya. Sejak kelas satu hingga kelas enam SD, pertemanan mereka terus berlanjut hingga kelas tiga SMP.
Siapakah kesepuluh murid tersebut? Siapakah mereka nan sukses menyelamatkan SD Muhammadiyah hingga akhirnya tak jadi ditutup? Merekalah Laskar Pelangi itu, begitulah sebutan nan diberikan Bu Muslimah kepada kesepuluh anak tersebut. Mereka ialah anak-anak nan cerdas dan memiliki semangat hayati tinggi. Mereka ialah anak-anak nan tangguh, tak menyerah meratapi nasib, dan siap berjuang meretas berhasil bagi masa depannya. Dan inilah kesepuluh anggota Laskar Pelangi.
- Ikal: ialah tokoh primer dalam Laskar Pelangi. Ikal anak nan cerdas dan sangat getol menulis puisi.
- Lintang: ialah sosok anak nan sangat pintar. Ia berasal dari keluarga nan kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin nan tak memiliki bahtera sendiri dan harus menghidupi ke-14 anggota keluarganya. Impian Lintang buat menjadi pakar matematika sempat pupus saat ayahnya meninggal, karena ia harus bekerja buat menyambung hayati keluarganya.
- Sahara: ialah satu-satunya anak perempuan dalam Laskar Pelangi. Sahara ialah gadis nan cerdas, relijius, dan teguh pendirian. Ia pun ramah kepada siapa saja, kecuali A Kiong sebab sejak keduanya berjumpa di sekolah tersebut, A Kiong telah membuat ulah dengan menumpahkan air kepadanya.
- Mahar: anak nan tampan ini sangat berminat pada bidang seni. Bakatnya di bidang seni ini akhirnya terbongkar saat Bu Muslimah memintanya bernyanyi di depan kelas ketika pelajaran seni suara sedang berlangsung.
- A Kiong: Pria nan dikenal jelek rupa ini merupakan keturunan Tionghoa. Ia menjadikan Mahar sebagai rujukan. Ke mana pun Mahar pergi, A Kiong biasanya selalu mengikuti.
- Syahdan: ialah anak nelayan dan tak memiliki prestasi nan menonjol. Ketika pementasan sandiwara, ia hanya menjadi pemain figuran.
- Kucai: didaulat menjadi ketua kelas. Anak ini menderita rabun jauh dampak kekurangan gizi. Selain itu, ia juga mengalami masalah penglihatan lainnya. Pandangannya melenceng hampir 20 derajat. Akibatnya, saat ini menatap Borek maka seolah dirinya sedang menatap lainnya.
- Borek: sosok pria berotot besar. Itulah sebabnya, ia ingin menjadi pria macho.
- Trapani. Ia sosok pria tampan dan sangat sayang kepada ibunya. Rasa sayangnya nan terlalu hiperbola pada ibunya membuat Trapani begitu bergantung kepada ibunya.
- Harun: mengalami keterbelakangan mental sehingga saat usianya sudah memasuki 15 tahun ia baru duduk di bangku SD.
Selain kesepuluh anak nan tergabung dalam Laskar Pelangi, kisah dalam novel ini juga dilengkapi tokoh pendukung lainnya. Salah satunya ialah Bu Muslimah. Ia sudah dianggap ibu sendiri bagi Laskar Pelangi . Sosok wanita nan lembut ini ialah guru nan luar biasa bagi Laskar Pelangi. Selain Bu Muslimah, sosok lain nan melengkapi kisah Laskar Pelangi ini ialah Pak Harfan, kepala sekolah SD Muhammadiyah. Pak Harfan ialah sosok penyabar dan baik hati.
Kisah Penuh Inspirasi Hidup
Begitu ranah sastra di Indonesia diguncang oleh kehadiran “Laskar Pelangi”, banyak penikmat novel ini nan memendam penasaran terhadap setting dalam novel tersebut. Apalagi ketika “Laskar Pelangi” diangkat ke layar lebar pada 2008. Belitung akhirnya menjadi pusat perhatian khalayak. Walhasil, Belitung menjadi salah satu daerah tujuan wisata nan banyak peminatnya. Hal ini menjadi berkah bagi perkembangan industri baru di sana pasca habisnya tambang timah di Belitung.
Demam “Laskar Pelangi” tidak hanya dirasakan penikmat sastra di tanah air. Bahkan, PT Pelabuhan Indonesia (PT Pelindo) pada Juni 2011 lalu mengubah nama Pelabuhan Tanjung Pandan nan berada di Propinsi Bangka Belitung menjadi Pelabuhan Laskar Pelangi. Perubahan nama ini menyematkan asa agar pelabuhan tersebut akan familiar sebagaimanan kisah Laskar Pelangi.
Novel “Laskar Pelangi” tidak hanya meraup berhasil di tanah air. Di Korea Selatan, novel ini juga tercatat dalam best seller dalam tempo satu bulan. Bahkan, novel tersebut juga banyak diminati para dosen sastra dan dijadikan sebagai surat keterangan pelajaran sastra di sejumlah perguruan tinggi di negeri tersebut.
Sukses “Laskar Pelangi” di Korea Selatan menyusul berhasil selanjutnya di sejumlah negara Asia. Di Singapura dan Malaysia, “Laskar Pelangi” juga sukses menyabet best seller . Itulah sebabnya, novel tersebut rencananya akan dicetak dalam 26 bahasa dan didistribusikan ke-30 negara di berbagai belahan dunia. Langkah ini sekaligus menjadi terobosan baru dalam upaya memperkenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional.
Kisah berhasil “Laskar Pelangi” hendaknya menjadi pelecut semangat bagi semua generasi di negeri ini. Bahwa kisah-kisah lokal pun sejatinya berpeluang besar mendunia jika digarap dengan apik dan profesional. Kultur budaya Indonesia nan sangat beragam ialah khazanah budaya nan luar biasa kaya. Sungguh, ini aset bangsa nan tidak ternilai jika kita mampu mengemasnya secara tepat.
Bagi pegiat sastra, kesuksesan “Laskar Pelangi” hendaknya juga menjadi inspirator bagi kebangkitan global sastra di tanah air. Global sastra di negeri ini sejatinya memiliki kesempatan emas buat menunjukkan kiprahnya dalam mencerdaskan masyarakat. Sudah saatnya global sastra di negeri ini tak diracuni dengan kisah-kisah murahan nan hanya berujung ratapan atas kepahitan hayati ataupun fantasi-fantasi semu. Sebaliknya, karya sastra anak bangsa hendaknya kaya motivasi dan inspirasi buat membangkitkan masyarakat nan saat ini sedang terpuruk.
Khusus bagi penulisnya, semoga ini bukan awal dan akhir karya emas Andrea Hirata. Anak-anak di negeri ini sangat haus pencerahan. Mereka butuh nutrisi pemikiran nan berkualitas dan mencerahkan. Oleh sebab itu, mereka menaruh asa besar pada pegiat sastra di negeri ini. Agar mereka mampu membuat karya-karya sastra nan mencerahkan moral dan pikiran generasi negeri ini. Bukannya sebaliknya, karya sastra nan hanya meracuni pemikiran dan merusak moral generasi.
Sukses selalu buat “Laskar Pelangi”. Semoga akan terus bermunculan “Laskar Pelangi” lainnya dari anak negeri ini.