Warm Springs – Sebuah Perjuangan Seorang Calon Presiden nan Tiada Henti
Buku karangan mantan Presiden Habibie akan difilmkan. Buku nan berkisah tentang cinta itu memang sangat laris. Buku nan telah membuat Habibie mampu bertahan hayati hingga saat ini dan tak terlalu tenggelam dalam duka serta nostalgia bersama istri nan begitu dicintainya. Habibie memang romantis.
Tidak sabar menanti apakah filmnya akan dibuat sama persis dengan bukunya atau akan ada perubahan sedikit demi menyesuaikan kebutuhan sebuah media visual. Semoga jalan cerita film dibuat persis dengan isi buku seperti film Harry Potter nan tak mengecewakan para penggemarnya.
Kalau film nan diangkat dari buku karangan Habibie tersebut benar-benar terwujud, itu artinya film itu akan menjadi salah satu film nan bercerita tentang kisah kehidupan seorang presiden. Sebelumnya, kisah kehidupan presiden ke-32 Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt (FDR) nan menjadi satu-satunya presiden Amerika nan menjabat hingga empat kali, telah beberapa kali difilmkan. Dapat jadi film mantan Presiden Habibie itu akan diputar serentak dengan film nan bercerita tentang Ronald Reagan.
Film tentang Ronald Reagan tersebut sudah mulai digarap pada 2011. Riset nan panjang telah dilakukan termasuk mewawancarai mantan orang-orang nan pernah bekerja sama dengan presiden nan berlatar belakang sebagai seorang aktor tersebut.
Inspirasi di Balik Kisah Presiden nan Lumpuh
Kisah kehidupan pribadi dan kisah berhasil karier politik Franklin D. Roosevelt memang sangat asyik buat difilmkan. Turun naik keadaan emosi presiden nan meninggal pada 1945 pada usia 63 tahun tersebut seperti roller coaster . Tidak heran kalau di negara nan industri filmnya luar biasa seperti Amerika, sudah ada paling sedikit tiga film nan menggambarkan kehidupan FDR dan istrinya Eleanor Roosevelt.
Film pertama nan bercerita tentang presiden Amerika ke-32 ini ialah "Eleanor and Franklin". Film tersebut merupakan film seri televisi. Film ini bercerita tentang masa kecil FDR dan masa-masa sebelum terpilih menjadi seorang presiden. Melihat antusias penonton dan rating nan diraih oleh film ini, lalu dibuatlah kelanjutannya. Sequel -nya diberi judul, "Eleanor and Franklin: The White House Years". Film nan ditayangkan pada 1977 itu cukup mampu menggambarkan kehidupan FDR dan keluarganya. Selanjutnya, film nan paling terkini tentang presiden nan mempunyai paras begitu kharismatik ini ialah Warm Springs.
Warm Springs ialah nama loka di Georgia. Di loka inilah, FDR nan ketika itu belum menjadi seorang presiden, melainkan masih menjabat sebagai Asisten Menteri Angkatan Laut. FDR memang mempunyai ketertarikan spesifik terhadap air dan kelautan. Ketika dia mengalami kelumpuhan pun, salah satu terapi nan dijalaninya ialah terapi air.
Warm Springs – Sebuah Perjuangan Seorang Calon Presiden nan Tiada Henti
Digambarkan pada saat FDR terserang virus polio, ibunya terlihat begitu sedih. Istrinya pun stres. Tapi, FDR nan waktu itu belum menjadi presiden, tak ingin berpangku tangan. Dia mencari pengobatan ke rumah sakit terbaik di Amerika hingga akhirnya melabuhkan pilihan di sebuah loka peristirahatan nan memiliki air hangat dengan kandungan mineral nan menyembuhkan. Dengan semangat nan tidak pernah luntur, FDR terus berjuang buat sembuh.
Berbagai hal sempat menurunkan semangatnya. Tapi, dukungan teman-teman dan orang-orang nan begitu ingin melihatnya sembuh, FDR akhirnya dapat bangkit. Calon presiden ini malahan menemukan satu ide membuat loka tersebut menjadi pusat penyembuhan penyakit polio. Bersama dengan orang-orang nan juga lumpuh, FDR menumbuhkan asa baru. Dengan semakin banyak orang-orang lumpuh nan bersamanya, semakin membuat hidupnya begitu berwarna hingga tumbuh rasa ikut merasakan dan sayang kepada rakyat Amerika nan saat itu sedang sangat terpuruk.
FDR terlahir dari keluarga kaya dengan pendidikan tinggi. Tidaklah mengherankan ketika dia melihat betapa kemiskinan telah melanda negaranya, sebagai orang nan mengerti politik, FDR langsung berpikir keras bagaimana membuat taraf pendidikan rakyatnya meningkat. Di Warm Springs tersebut, sang calon presiden ini mendirikan sekolah dan memberikan pendidikan perdeo kepada masyarakat sekitarnya. Kebersamaan itu membuat FRD menerima pencalonan dirinya sebagai seorang presiden.
Masih berjuang dengan kelumpuhannya, FDR tak pernah patah semangat. Dia tetap berenang, menyetir mobil hingga bepergian ke tempat-tempat di mana rakyatnya menginginkan melihat presiden mereka. Masa tugas FRD dari tahun 1933-1945 merupakan masa tugas nan sangat sulit. Pada waktu itu, Amerika dalam kondisi terpuruk dan perang global sedang berkecamuk. Lengkaplah sudah beban berat nan harus dipikul oleh presiden nan mengalami kecacatan pada usia 39 tahun ini. Bukannya hal mudah bagi seseorang nan biasa bekerja dengan gesit tanpa donasi orang lain, tapi setelah stigma harus bergantung kepada orang lain.
Tapi, FDR nan pandai berpidato ini tak hanya dapat memberi semangat kepada orang lain, tapi juga mampu memberi semangat apda dirinya sendiri. Presiden hebat ini bahkan pernah berkata bahwa nan harus ditakuti ialah rasa takut itu sendiri. Dengan melawan rasa takut, kesulitan apapun dapat diatasi. FDR telah membuktikan itu.
Rasa ikut merasakan dan simpatinya nan sangat besar telah membuatnya mampu memimpin Amerika keluar dari krisis dan menjadikannya sebagai surat keterangan bagi para penerusnya. Apa nan terjadi pada Amerika sekarang tak terlepas dari para pendahulunya nan telah meletakkan nilai-nilai demokrasi nan kuat. Nilai-nilai demokrasi inilah nan membuat impian Amerika menjadi milik siapa saja nan mau meraihnya.
Tonggak awal kepemimpinan nan hebat dari presiden nan terpilih empat kali ini sekarang dicontoh oleh banyak pemimpin dunia. Tapi memang jiwa FDR nan begitu besar masih sulit dicari tandingannya. Dari atas kursi rodanya dia memimpin rakyatnya nan terpuruk dan memberikan contoh konkret bahwa kecacatan atau kesulitan apapun bukanlah penghalang meraih mimpi.
Ketika perjuangan benar-benar dilakukan dengan sepenuh hati, hasil gemilang telah menanti. Yang Maha Kuasa tak pernah lepas memperhatikan orang-orang hebat nan ingin memperbaiki diri dan nasibnya. Terbukti bahwa Amerika menjadi negara super power nan melahirkan paling banyak orang-orang terkaya di dunia.Kehidupan presiden nan unik
Kehidupan politik Presiden FDR memang luar biasa dan hampir tanpa celah. Tapi, pada kehidupan cintanya, dia ternyata tak hanya mencintai istrinya, Eleanor. Ada romansa nan lain nan dianggap sebagai cinta sejatinya. FDR ternyata mencintai seorang wanita nan bernama Lucy Mercer. Lucy sebenarnya ialah sekretaris Eleanor. Tidak ada dokumen nan menceritakan bagaimana kisah ini bermula dan berlanjut. Tapi, melihat penampilan FDR nan memang begitu rupawan, berpendidikan, cerdas, tak mengherankan kalau seorang Lucy bisa mencintainya.
Saat Eleanor mengetahui percintaan suaminya, dia sebenarnya mempersilakan FDR buat pergi dan melanjutkan kisah cintanya tersebut. Tapi sebab banyak pertimbangan, akhirnya FDR berjanji tak meneruskan kisah perselingkuhannya itu. Namun, cinta ternyata tak dapat dibendung. Semakin dihalangi, air bah cinta itu semakin keras membentur bendungan.
FDR nan sudah terpilih sebagai presiden tersebut tak mampu menahan hentakan perasaan cintanya kepada Lucy. Mereka pun mengatur rendezvous demi pertemuan. Eleanor mengetahui hal tersebut. Tapi demi karier politik FDR, Eleanor tetap bertahan. Interaksi mereka sudah tak dihiasi oleh kisah cinta cinta dan afeksi lagi. Mereka bahkan hayati terpisah. Sementara, Presiden FDR tak mampu lari dari pelukan Lucy. Sungguh cinta menemukan caranya sendiri menentukan awal dan akhir kisah kehidupan anak manusia.