Tips Mendapatkan True Love
Hidup akan terasa hampa tanpa cinta. Bagaikan kuliner tanpa garam, terasa hambar dan tidak bercita rasa. Itulah rupanya nan membuat semua orang mengejar cinta dan berusaha mendapatkan true love. Ya, cinta sejati memang menjadi impian semua orang. Tidak hanya kaum Hawa, tetapi juga kaum Adam.
Banyak cara nan digunakan masing-masing orang buat mendapatkan cinta sejati. Dari cara nan halal hingga nan haram. Mulai ta’aruf ala Valentine’s day hingga ta’aruf ala Rasulullah. Walhasil, ada nan patah hati dan terpaksa menelan pil getir sebab true love nan selama ini didambakannya hanyalah impian semu. Ada juga nan tersenyum senang sebab apa nan didapat ternyata lebih dari nan ia impikan.
Mengupas Makna True Love
Ada kalanya kita berpikir, benarkah true love nan selama ini dicari dan dikejar banyak orang ialah sesuatu nan konkret ataukah justru ternyata fiktif belaka. Jika true love ialah sesuatu nan nyata, mengapa banyak orang nan harus patah hati sebab cinta. Mengapa pula ada nan nekad bunuh diri sebab putus cinta atau jangan-jangan global ini dipenuhi dengan cinta palsu sehingga cinta sejati ternyata sesuatu nan langka atau bahkan nyaris punah dari kehidupan.
Bisa jadi true love sangatlah langka. Namun, tak demikian dengan cinta. Cinta ada di mana-mana. Cinta hadir di setiap embusan napas kita. Cinta hadir bersama kehidupan sebab cinta ialah anugerah dari Sang Pencipta. Cinta ada pada diri setiap hamba-Nya. Dalam Islam, cinta ialah sesuatu nan suci. Cinta merupakan fitrah bagi setiap insan.
Allah pun telah menggaransi orang-orang nan menjaga kesucian cinta itu dengan surga karena cinta nan kudus sejatinya mencintai dan membenci sesuatu sinkron dengan apa nan dicintai maupun dibenci-Nya. Jadi bukan mencintai atau membenci sesuatu sebab harta, kedudukan, fisik, dan nan lainnya. Itulah cinta sejati dalam pandangan Islam.
Oleh sebab itu, marilah kita merenung sejenak. Bagaimana kualitas cinta kita saat ini pada belahan jiwa kita. Apakah selama ini kita mencintainya sebab hartanya? Atau jangan-jangan kita jatuh cinta sebab parasnya nan rupawan, atau dapat juga sebab kedudukannya. Jika itu nan menyelip dalam cinta kita, maka bersiaplah. Cinta kita akan lenyap seiring dengan semakin menipisnya harta belahan jiwa kita. Cinta kita pun kian memudar saat garis-garis keriput mulai menghias wajah rupawannya.
Saat mata tidak lagi tajam, saat fisik tidak lagi tegap, begitu pun rambut telah mulai ditumbuhi uban, ketika bayang-bayang masa tua telah datang di pelupuk mata, maka saat itulah cinta di hati kita semakin tipis dan perlahan sirna. Simaklah kisah Abdurrahman bin Abu Bakar ra. berikut ini. Betapa cinta telah membutakan mata hatinya. Betapa cinta telah menipiskan imannya. Karena cinta nan membuncah dalam dadanya bukanlah cinta sejati nan semata-mata meraih kemuliaan di sisi-Nya.
Dikisahkan pada suatu hari, Abdurrahman sedang pergi berdagang ke daerah Syam. Di tengah perjalanan ia berpapasan dengan seorang wanita berparas rupawan. Wanita itu bernama Laila binti Al Judi. Di luar dugaan, Abdurrahman langsung tergila-gila dengan Laila. Begitu jatuh cintanya pada Laila, Abdurrahman sering melontarkan bait-bait syair buat mengungkapkan badai nan menerpa hatinya.
"Aku selalu terkenang Laila nan tinggal di negeri Samawah. Duhai, apa sebenarnya perkara Laila binti Al Judi denganku? Hatiku selalu dibelenggu bayang-bayang wanita itu. Wajah wajahnya senantiasa menghuni batinku dan membayang-bayangi pandanganku. Duhai, kapankah saya dapat bersua dengan dirinya? Semoga ketika kafilah haji datang, ia pun akan tiba dan berjumpa denganku."
Begitu cintanya Abdurrahman pada Laila hingga ia pun sering menyebut nama Laila. Hal ini mengusik Khalifah Umar bin Khattab. Beliau merasa iba pada Abdurrahman. Hingga ketika pasukan perang Khalifah sukses menaklukkan negeri Syam, maka Khalifah berpesan kepada panglima perangnya, bahwa jika nan menjadi salah satu tawanan perang ialah Laila binti Al Judi, maka Khalifah meminta agar wanita tersebut diserahkan kepada Abdurrahman.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Laila binti Al Judi menjadi salah satu tawanan perang. Mendengar hal ini, hati Abdurrahman berbunga-bunga. Impian dan harapannya menjadi kenyataan. Sebentar lagi ia akan bersanding dengan Laila binti Al Judi, wanita nan membuatnya mabuk kepayang sebab cinta. Sayangnya, cinta Abdurrahman nan hiperbola pada Laila membuat ia akhirnya melupakan istri-istrinya nan lain.
Ketidakadilan ini membuat istri-istri Abdurrahman mengadukan masalah tersebut pada Aisyah, salah satu istri Rasulullah. Sayang, Abdurrahman tetap tidak menggubrisnya. Hingga pada suatu ketika, Laila ditimpa suatu penyakit nan membuat bibirnya tak paripurna sehingga giginya selalu terlihat. Sejak kejadian ini, cinta Abdurrahman perlahan memudar. Ia tak lagi tergila-gila pada Laila. Abdurrahman pun enggan menatap Laila.
Bahkan ia juga sering bersikap kasar pada Laila. Mendapat perlakuan semena-mena dari Abdurrahman, akhirnya Laila mengadukan hal itu pada Aisyah. Kemudian Aisyah menasihati Abdurrahman “ Wahai Abdurrahman, dulu engkau mencintainya dengan berlebihan. Dan sekarang engkau membencinya dengan hiperbola pula. Sekarang sebaiknya engkau memilih, berlaku adil pada Laila atau engkau mengembalikan Laila pada keluarganya. ”
Mendapat desakan ini, Abdurrahman pun memilih mengembalikan Laila pada keluarganya. Demikianlah, cinta sebab fisik dan penampilan bukanlah cinta sejati nan didamba setiap insan. Karena cinta seperti ini bersifat sesaat dan segera sirna ketika fisik dan penampilan tak lagi rupawan.
Tips Mendapatkan True Love
Jika true love bukan sebab fisik atau penampilan, melainkan semata-mata sebab Allah, lalu bagaimana dengan cinta kita? Bagaimana kita harus memposisikan cinta nan kita miliki? Mari kita renungkan nasihat Rasulullah dalam sabdanya “ Seorang wanita itu dinikahi sebab empat alasan, sebab harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan sebab agamanya. Hendaklah engkau menikahi wanita nan taat beragama, pasti engkau akan berbahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih).
Begitu pula dengan hadits Rasulullah berikut ini “ Bila ada seseorang nan agama dan akhlaknya telah engkau sukai datang melamarmu, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, pasti akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi. ” (HR. At-Tirmidzi). Jadi, cinta sejati dilandasi oleh iman dan bukan hawa nafsu. Cinta seperti ini tumbuh sebab landasan ketakwaan kepada Allah.
Cinta seperti ini tak lekas memudar sebab waktu atau semakin lemahnya fisik. Justru cinta seperti ini akan semakin menguat dengan bertambahnya iman pada diri seseorang. Oleh sebab itu, marilah kita mencintai pendamping hayati kita sebab keimanannya, sebab estetika akhlaknya, sebab amal shalihnya, dan sebab ketundukannya pada Sang Pemilik Jiwanya.
Maka cintailah cinta sebelum kita mencintai seseorang. Kenalilah cinta sebelum kita mengucapkan kata itu pada seseorang sebab cinta hakiki tak sekedar di mulut. Cinta hakiki terpendam di lubuk hati nan paling dalam. Cinta hakiki selalu bersemi dan berbalut iman. Cinta hakiki senantiasa terjaga dan tersucikan.
Berbahagialah kita nan mendapatkan cinta seperti ini dan tersenyumlah dengan bangga bagi kita nan mampu merawat dan menjaga kesuciannya. Karena Allah kelak akan membalasnya dengan balasan nan paling indah. Allah akan memberikan agunan surga bagi kita nan saling mencintai semata-mata sebab ketakwaan kepada-Nya.
Mari kita kembali menyimak nasihat Rasulullah berikut ini “ Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, pasti ia merasakan betapa manisnya iman. Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding dari selain keduanya. Ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintai kecuali sebab Allah. Dan ia benci buat kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih).