LBPP LIA pun Punya Skenario

LBPP LIA pun Punya Skenario



Perubahan Demi Kebaikan

Setiap zaman mempunyai tantangan sendiri-sendiri. Untuk itulah demi menghadapi tantangan nan semakin kompleks tersebut, pemerintah merasa wajib menyiapkan anak-anak bangsa agar dapat bersaing dengan anak-anak lain nan berasal dari negara lain di dunia. Kalau tak disiapkan, maka anak-anak Indonesia akan menjadi orang dewasa nan tak mengerti apa-apa. Sayangnya menurut beberapa orang, kurikulum nan akan diterapkan ini sedikit meragukan kehebatannya.

Banyak hal nan harus dicermati sebelum kurikulum tersebut diberikan kepada semua pendidik di seluruh Indonesia. Misalnya, pembelajaran bahasa Inggris hanya mengambil waktu 90 menit seminggu. Menurut para peneliti, waktu nan sangat singkat ini rasanya agak sulit buat membuat anak paham dan mengerti bahasa Inggris dengan baik dan benar. Negara lain seperti Vietnam, malah menambah pelajaran bahasa Inggrisnya.

Mau tak mau, pelajaran bahasa Inggris ini sangat penting. Ketika berbicara di taraf internasional, bahasa satu ini akan membuat komunikasi berjalan dengan baik. Bila setiap berbicara membutuhkan jasa penterjemah atau seorang interpreter, betapa banyaknya uang nan dikeluarkan buat membayar seorang penterjemah tersebut. Belum lagi biaya perjalanan tambahan kalau harus membawa penterjemah. Yang lebih parah, belum tentu apa nan dikatakan oleh versus bicara itu benar-benar seperti nan disampaikan oleh penterjemah.

Ini baru dari satu mata pelajaran. Bagaimana dengan mata pelajaran lainnya? Semuanya membutuhkan perhatian. Mau dibawa ke mana para pelajar negeri ini. Mau seperti apa paras bangsa ini. Jangan sampai nilai pendidikan bangsa ini semakin rendah sebab kurikulum nan tak menantang. Bagaimanapun arah pendidikan itu harus ditentukan dan diberi perhatian lebih agar dapat memberikan dorongan semangat membangun bagi semua orang.

Menurut warta nan terdengar, kurikulum 2013 ini nantinya akan menitiberatkan pada pembinaan mental dan jiwa anak bangsa. Misalnya, di sekolah dasar tak akan ada lagi mata pelajaran bahasa Inggris. Lalu bagaimana dengan guru-guru nan mengajar bahasa Inggris di sekolah dasar selama ini? Untuk guru nan tak tetap, ia tentunya dapat mengundurkan diri atau otomatis kedudukannya menghilang sebab ia tak mempunyai kewajiban mengajar lagi.

Bagaimana dengan guru nan telah pegawai negeri. Apakah lantas akan diperbantukan atau akan diminta menjadi penjaga perpustakaan. Tentu sangat sayang kalau hal ini dapat terjadi. Bahasa Inggris di sekolah dasar memang diberikan sebagai upaya sosialisasi secara dini terhadap pelajaran bahasa tersebut. Tidak mudah memang mengajar anak-anak nan masih mau bermain ini. Tidak banyak nan mengalami kemajuan nan berarti ketika anak-anak belajar hanya sepotong-potong kata-kata nan biasa dipakai dalam aktivitas sehari-hari.

Namun tak boleh terlalu apriori atau terlalu berburuk sangka terhadap kurikulum nan masih dalam termin sosialisasi ini. Diharapkan bahwa setelah diterapkan, ada perubahan nan fundamental nan dirasakan oleh bangsa Indonesia. Anak-anak nan dididik akan semakin mampu merasakan bahwa belajar itu menyenangkan dan bahwa tanpa tahu tujuan pendidikan, dapat saja menjadi tersesat dalam global pendidikan.



Contoh Skenario Pelajaran

Padanan kata skenario bagi pembelajaran nan digunakan dalam KTSP ialah langkah-langkah pembelajaran. Pada prinsipnya skenario buat pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran ialah sama. Perbedaannya hanya terletak pada kurikulum nan digunakan oleh sekolah. Apakah sekolah tersebut masih menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau sudah menerapkan kurikulum taraf satuan pendidikan (KTSP)?

Sebenarnya, mau seperti apapun kurikulumnya, nan terpenting ialah guru nan melaksanakannya. Kalau gurunya hebat, di tangannya anak-anak didik itu akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Kurikulum itu bagaikan tuntunan. Memang sine qua non agar dapat diukur taraf keberhasilannnya. Namun, kalau kurikulum ini terlalu mengingkat dan membuat anak didik jadi terkungkung, maka guru nan hebat ini dapat saja menjadi serba salah.

Di kelas, gurulah nan paling tahu kemampuan anak-anaknya. Tidak heran kalau guru tahu bagaimana membawakan pelajaran. Apakah ia akan mempercepat mobilitas atau laju pelajaran atau ia harus sedikit melambatkannya dampak dari beberapa anak nan belum mengerti. Sebagai tambahan pelajaran, guru nan hebat, tahu harus mencari sumber tambahan itu di mana. Jaringan internet nan semakin baik serta gedget anak-anak nan juga semakin canggih, dapat menjadi media pembelajaran nan baik.

Dalam skenario buat pembelajaran setidaknya terdapat tiga hal, yaitu: pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Untuk mempermudah mengenal skenario buat pembelajaran lihatlah contoh berikut:

Contoh Skenario buat Pembelajaran
Mata Pelajaran : SAINS
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : IV / 2
Waktu : 2 jam pelajaran

A. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan berbagai bentuk energi panas dan bunyi di lingkungan sekitar.

B. Hasil Belajar
Siswa menunjukkan kemampuan mengidentifikasi sumber-sumber bunyi nan ada di lingkungan sekitar dan mendeskripsikan sifat-sifatnya.

C. Indikator Hasil Belajar
* Mengidentifikasi sumber-sumber bunyi di lingkungan sekitar, misalnya alat-alat musik, dan benda-benda di kelas.
* Menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda nan bergetar.
* Mengidentifikasi sifat-sifat bunyi pada zat cair, padat, dan gas.
* Menjelaskan bahwa bunyi bisa memantul pada permukaan nan keras.

D. Skenario Pembelajaran
Pendahuluan
Pengorganisasian kelompok kecil buat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru menunjukkan beberapa alat musik (misalnya terompet).

Kegiatan Inti
* Guru menyuruh siswa buat menggosok-gosokkan kedua tangannya kemudian menempelkan ke pipi.
* Salah seorang siswa menyalakan korek api.
* Guru menunjukkan sinar matahari.
* Guru menyuruh siswa buat memanaskan air dalam 2 buah ember nan berisi air dibawah terik matahari.
* Salah satunya ditutupi dengan plastik.
* Menyimpulkan hasil percobaan.
* Memberi contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup
* Guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
* Guru mengajukan pertanyaan buat menguji pemahaman siswa sebagai postets.
* Dengan bimbingan guru siswa membuat rangkuman materi sebagai catatan.
* siswa bisa menyimpulkan bahwa panas berpinah ke loka nan lebih dingin.

E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan nan digunakan dalam pembelajaran adalah: Air, ember, dan korek. Sementara bahan nan harus dibawa oleh siswa ialah buku paket Sains kelas 4 dan buku-buku penunjang lainnya.

F. Penilaian
* Evaluasi performa, pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan.
* Tes lisan, tanya jawab tentang kegiatan nan baru dilakukan siswa.. sinkron dengan indikator kompetensi nan akan dicapai dalam pembelajaran.
* Tes tulis.
Demikianlah skenario buat pembelajaran nan dilengkapi dengan contoh aplikasinya. Semoga dapat membuka pemahaman kita tentang skenario pembelajaran.



LBPP LIA pun Punya Skenario

Tidak hanya guru-guru di sekolah nan menggunakan skenario dalam proses belajar mengajarnya. Para guru nan ada di forum pendidikan informal seperti LBPP LIA, pun mempunyai skenario nan dsebau sebagai Lesson Plan. Perencanaan Pelajaran ini sangat krusial sebab guru menentukan tujuan pembelajaran dan merancang apa saja nan akan disajikan dengan tujuan pelajaran seperti nan ada di buku. Lesson Plan ini akan mendukung dan membuat guru menjadi menyadari apa nan harus disiapkan.

Fasilitas pendidikan nan dibutuhkan juga ditulis didalam Lesson Plan. Misalnya, seorang guru akan menggunakan LCD atau akan menggunakan boombox, dan sebagainya. Semua itu tertulis pada Lesson Plan. Kalau pun ada perubahan sebenarnya sangat sedikit. Yang ada memang penyesuaian dengan keadaan kelas dan jumlah siswa nan hadir pada hari itu. Dengan adanya Lesson Plan itu pembelajaran pun bisa dipantau dengan baik.

Sumber buat pembuatan lesson Plan ini berdasarkan buku nan telah disediakan oleh pihak Yayasan LIA. Semua skenario atau Lesson Plan itu sebenarnya akan memudahkan guru bagaimana mempersiapkan kelasnya. Sang guru pun tahu dan dapat memperkirakan berapa lama sebuah kegiatan dilakukan. Kalau seandainya kegiatan itu malah terasa lebih sulit dibandingkan ketikan membuat Lesson Plan, guru dapat langsung beradaptasi dan mengubahnya.

Untuk mampu membuat sebuah Lesson Plan nan baik, semua guru mendapatkan pelatihan spesifik terutama bagi guru-guru baru. Palatihan spesifik itu selama kurang lebih 3 bulan. Ada praktik dan juga teori nan harus dipelajari.