Disney dan Film Keluarga
Lihat, tikus-tikus itu berlarian menyurusi koridor dengan kecepatan nan sulit dilacak. Tikus akan bergerak, lantas bersembunyi dengan cepat di sela-sela loka tertutup. Gerakan tikus nan lincah sekaligus menyebalkan ini, menjadi sumber inspirasi animasi Disney buat menciptakan tokoh kartun pertamanya, Mikey Mouse.
Walt mendapat inspirasi mengenai tokoh ini ketika menaiki kereta. Tokoh kartun ini pun dibuat pertama kali dengan format hitam putih dan diisikan lagu-lagu. Di Hollywood, film ini ditolak. Namun, ketika diputar perdana di New York, 29 Septerber 1928, film kartun atau animasi Disney ini mendapat sambutan baik.
Setelahnya, Walt Disney meneruskan membuat kartun bergerak dengan tokoh Donald Duck, si bebek nan emosian dan selalu sial dalam hidupnya. Mickey tak sendirian, diciptakan Minnie Mouse sebagai pasangannya. Begitupun Donald, ada Daisy nan menjadi pasangannya. Lucunya lagi, nan membedakan mereka dengan tokoh pria hanya pita di atas kepala dan bulu matanya saja.
Walt Disney dan Perusahaan Animasi Disney
Suksesnya Walt Disney menciptakan tokoh kartun pertama nan hitam putih, membuat Walt tergerak buat menciptakan kartun pertama nan berwarna dan bersuara. Selama ini, kartun Walt hanya seputar gerakan dan suara-suara musik. Belakangan, Walt Disney mulai mengisikan nyanyian pada kartunnya.
Inovasi-inovasi tentang kartun menjadikan Disney sebuah rumah produksi raksasa nan spesifik mengelola film animasi anak-anak. Setelah berhasil dengan Mikey Mouse dan Donald Duck, mereka mulai mengadaptasi dongeng-dongeng karya Hans Cristian Andersen dan cerita Grims bersaudara. Maka, mulailah muncul putri-putri cantik jelita di layar kaca.
Tentu saja, bentuknya masih animasi. Kisahnya pun tentang Cinderella, Snow White, Beauty and The Beast, Litle Mermaid . Penciptaan kartun tersebut tak berhenti seputar cerita putri. Mereka juga mengadaptasi cerita novel ke dalam animasi, sehingga lahir Tarzan dan Jungle Book . Cerita pun merambah pada legenda pahlawan dari Cina, sehingga muncul kisah Mulan.
Salah satu kartun populer protesis Disney ialah Aladdin. Aladdin pertama kali ditayangkan pada 1992 dan langsung mengajak kita bertualang ke Negeri 1001 Malam.
Gerakan-gerakan nan menyerupai manusia dalam kartun Aladdin tidak lepas dari kecanggihan teknologi dan kemahiran para aminator dalam membuat gambar-gambar. Aladdin dan lampu wasiatnya ialah dongeng tua dari Timur Tengah nan dikenal dengan dongeng 1001 Malam. Dongeng ini terdiri atas dua ratus cerita rakyat nan berasal dari India, Persia, dan Arab.
Cerita rakyat nan sudah turun-menurun ini sudah dikenal sejak 1704 berkat Antoine Galland, seorang pengarang dari Prancis nan mengadaptasi cerita Aladdin ke dalam bahasa Prancis. Kemudian, cerita ini dipopulerkan oleh Richard Burton, seorang petualang dari Inggris. Dengan setting Kerajaan Agrabah di era 850-an, dongeng ini menarik perhatian penata musik di Walt Disney, Howard Ashman.
Pada 1988, ia mengajukan proposal ke perusahaannya buat membuat film kartun tersebut. Namun, saat itu sedang ada produksi penggarapan film Beauty and the Beast . Pada 1991, barulah film Aladdin diproduksi nan menghabiskan waktu tiga tahun buat riset dan persiapan ditambah enam bulan pengerjaan di studio dengan melibatkan 600 orang artistik, pakar animasi, dan teknisi. Proyek gila-gilaan dalam membuat film ini membuahkan hasil nan sangat memuaskan.
Di awal film, penonton diajak berlari bersama Aladdin nan mencoba meloloskan diri dari kejaran para pedagang dan pengawal kerajaan. Di dalam suasana pasar, situasi adegan ini sangat memikat. Setiap adegan mengajak penonton turut merasakan apa nan terjadi pada tiap adegannya. Aktualisasi diri paras tokoh dan gestur tubuhnya sangat pas.
Disney dan Animasi 3D
Pada 1995, muncullah studio animasi nan bergerak dalam bidang 3D, yaitu Pixar. Dari studio ini, lahir banyak film animasi nan melegenda, seperti Toy Story, Bug Life, dan lainnya. Akhirnya, Disney mencaplok studio animasi terbesar sehingga studio Aminasi 3D Pixar pun menjadi bagian dari Disney.
Berkat merger ini, akhirnya Disney membuat film animasi sendiri, seperti The Frogs and the Princess nan menggabungkan unsur 2D dan 3D dan nan terakhir ialah film animasi keluarga berjudul Rapuzzel and The Tief. Untuk film nan terakhir, digunakan 3D murni.
Membuat film kartun tak semudah nan dibayangkan. Pengerjaannya sangat rumit dan membutuhkan keahlian serta kesabaran. Misalnya, buat membuat film nan durasinya sekitar 74 menit, Disney membutuhkan 250 orang nan bekerja selama 8 tahun. Jika dikerjakan sendiri, waktu nan dibutuhkan buat menyelesaikannya ialah 63 tahun.
Kehebatan kartun Walt Disney bukan hanya ditunjang oleh kehebatan para animator, melainkan didukung pula oleh kecanggihan teknologi komputer sehingga menciptakan kesan tiga dimensi. Walt Disney memiliki departemen komputer sendiri, Computer Generated Imagery (CGI).
Dengan kehebatan alat ini, mereka menciptakan kesan tiga dimensi pada lorong-lorong gua, saat Aladdin bersama monyet Abu di atas karpet ajaib hendak meloloskan diri, dan suasana gurun pasir dengan angin besar serta debu-debu beterbangan.
Teknologi lain nan dipakai Walt Disney agar gambar lebih hayati ialah CAPS Post Production System yang membantu para pelukis dan kru film lain dalam membuat detail gambar, komposisi, dan rona nan sinkron dengan karakter. Aladdin nan diproduksi pada 1992 dengan pengarah adegan dan produser John Musker dan Ron Clements, masih menarik buat ditonton dan dibahas sampai sekarang.
Disney dan Film Keluarga
Disney tak melulu memproduksi film animasi, mereka merambah sampai pada film animasi nan tokoh utamanya manusia. Bahkan, film Pirate of Carribean pun ialah film protesis Disney. Jadi, apa pun filmnya, Disney akan hadir buat keluarga. Baik produksi film animasi maupun film biasa.
Untuk anak-anak kecil nan masih berada di termin visual, kumpulan cerita anak bergambar dan film kartun menjadi pilihan tepat. Anak-anak pada usia ini belum tertarik buat membaca buku dengan banyak teks atau bahkan hanya teks tanpa gambar.
Dalam pemilihan film dan tayangan di televisi, sebagai orang tua harus siap sedia jika suatu waktu anak-anak ingin menonton tayangan orang dewasa dan harus melarangnya. Mereka niscaya akan mengajukan pertanyaan mengapa mereka tak boleh menonton tayangan tersebut.
Dibiasakan juga agar anak tak terlalu sering menonton televisi. Beri jadwal menonton pada anak dan jangan terlalu lama. Kita bisa membeli film-film kartun nan bermuatan edukasi.
Sekarang ini, banyak film animasi Disney nan menghasilkan film nan bermuatan edukasi bagi anak. Banyak pesan moral nan bisa disampaikan kepada anak melalui isi ceritanya, seperti film Aladdin .
Selain menarik perhatian, baik dari segi gambar dan ceritanya, film Aladdin bisa membantu seorang anak buat belajar jujur, penolong, tanggung jawab, dan masih banyak lagi pesan moral nan disampaikan oleh film ini.
Apabila anak bosan dengan film kartun, maka ada alternatif lainnya, yaitu buku cerita bergambar. Melalui buku cerita bergambar, selain membantu mengembangkan otaknya, juga membantu anak dalam hal membaca.
Orang tua pun bisa melakukan improvisasi dengan kumpulan cerita bergambar dan film kartun itu. Salah satunya tidak perlu selalu berpatokan secara kaku pada teks dalam buku. Sesekali mintalah anak buat membuat cerita sendiri berdasarkan gambar nan ada dalam buku dan film itu. Jangan heran jika kemudian anak menceritakan imajinasinya nan tanpa batas.
Ketika usia anak bertambah dan kemampuan membacanya pun sudah meningkat, buku kumpulan cerita anak bergambar ini secara bertahap bisa diganti dengan buku nan menyajikan lebih banyak teks dari pada gambar.
Sebagai orang tua, tentu saja harus bisa mengarahkan dan mengawasi anak dalam memilih buku nan dibacanya dan film nan ditontonnya, seperti nan sudah dijelaskan di atas. Selain itu, hindarkan buku-buku dewasa nan mudah terjangkau oleh anak, seperti majalah dewasa atau buku-buku cerita dewasa, dan juga tontonan dewasa.
Ketika memilihkan kumpulan cerita anak bergambar, sebaiknya orang tua tetap bersikap teliti. Anak boleh memilih sendiri buku cerita bergambar nan mereka sukai, tapi kendali dan keputusan akhir tetap berada di tangan orang tua.
Juga pada pemilihan film atau saluran televisi di rumah. Anda harus bisa mengarahkan anak buat menonton tayangan anak. Jangan biarkan anak menonton film atau televisi sendirian, harus didampingi oleh orang tua atau orang dewasa.
Alasan utamanya ialah sebab selalu ada saja buku cerita bergambar nan ditujukan buat anak, tapi tak sinkron dengan anak-anak, baik cerita nan disajikan maupun gambar-gambarnya. Begitu juga dengan animasi Disney selalu menghadirkan cerita nan mengandung edukasi bagi anak-anak harus didampingi oleh orang tua.