Penyebab Longsor

Penyebab Longsor

Pengertian tanah longsor secara awam dapat dikatakan sebagai tanah nan bergerak nan membawa serta segala nan ada di atasnya termasuk bebatuan dan pohon-pohon. Tanah longsor ini dapat terjadi di mana saja.

Walaupun di wilayah yag berbukit-bukit atau daerah pegunungan menjadi loka nan paling sering terkena tanah longsor , di daerah nan sebelumnya kondusif pun dapat terjadi tanah longsor. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya penambangan atau ekskavasi tanah di sekitarnya.



Rumah-Rumah nan Terancam

Jangan membuat rumah di tepi pantai kalau takut terkena ombak. Pepatah ini mungkin cukup terkenal dikalangan orang-orang nan harus memberanikan diri membuat rumah di loka nan berisiko. Orang-orang nan tinggal di loka ketinggian, tentunya mempunyai perasaan was-was kalau-kalau tanah nan mereka pijak akan longsor.

Apalagi ketika musim penghujan. Perasan was-was itu semakin menjadi. Begitu banyak kejadian longsor nan menimbulkan korban jiwa. Rumah nan dibangun dengan tenaga dan harta nan tak sedikit itu hancur hanya dalam waktu nan sangat singkat.

Bahkan ada beberapa rumah nan sudah berada di bibir tebing sehingga tak layak huni. Salah satu perumahan itu ada di kecamatan Talang Kelapa, Palembang.

Tebing itu terbentuk sebab ada penambangan tanah nan dilakukan oleh penduduk setempat. Galian itu ternyata membuat tanah nan tadinya keras menjadi tak padat dan akhirnya longsor.

Rumah-rumah nan berada di tepi sungai Lematang, Muara Enim, terpaksa dibongkar. Hal ini sebab bagian dapur rumah telah menggantung dampak tanah loka tiang dapur tergerus air sungai nan membesar dampak hujan lebat.

Orang-orang nan berada di daerah pegunungan juga sering mengalami hal nan sama. Mereka terpaksa pindah sebab tebing dekat rumahnya longsor.



Tipe-Tipe Longsoran

Kebanyakan orang hanya tahu bahwa tanah longsor itu dari atas ke bawah. Kenyataannya, ada longsoran nan terjadi sebab bergeraknya massa tanah dengan bentuk bergelombang (longsoran translasi). Kalau longsoran tanah itu berbentuk cekung, longsoran itu disebut longsoran rotasi.

Ada juga longsoran nan disebut dengan konvoi blog jika ada perpindahan batuan pada bidang gelincir dan bidang itu rata. Jika longsoran berupa batuan dalam jumlah banyak seperti nan terjadi di daerah pegunungan , maka longsoran seperti ini disebut runtuhan batu.

Longsor nan terjadi di Majalengka nan memaksa ribuan penduduknya mengungsi, itu disebut dengan rayapan tanah. Dikatakan sebagai longsor rayapan tanah sebab jenis tanahnya nan berupa butiran kasar dan halus. Yang mengerikan ialah bahwa longsoran ini seolah mendadak dan tiba-tiba.

Padahal sebenarnya telah terjadi gejala. Namun, penduduk tak menyadarinya. Walaupun sebenarnya telah pernah terjadi longsoran serupa, mereka tak mengabaikannya.

Pada tahun 1930-an, longsor serupa pernah terjadi. Setelah beberapa saat, longsor itu berhenti. Itu nan terlihat di permukaan tanah. Padahal di bagian bawah tanah, longsoran itu terus berlangsung.

Ketika air hujan menggerus tanah, massa tanah semakin labil sehingga akhirnya secara mengejutkan, semua nan ada di atas tanah tenggelam ke dalam tanah nan retak secara tiba-tiba. Hal ini banyak terjadi di beberapa loka di dunia.

Itu citra buat tanah longsor secara perlahan atau rayapan tanah. Untuk tanah longsor nan terjadi di lembah nan diakibatkan oleh dorongan air, longsoran ini disebut genre bahan rombakan.

Longsoran seperti ini terkadang telah diperkirakan sebelumnya ketika tumbuhan di atasnya ditebang atau tanah dialihfungsikan. Longsoran seperti ini sering terjadi di tanah nan labil.

Tebing-tebing nan ada di jalan tol Padalarang sering juga terjadi longsor. Tanah di daerah itu memang labil tetapi demi pembangunan tol, longsor itu diatas dengan membuat beberapa langkah nan dimaksudkan buat menahan tanah.

Biaya nan dikeluarkan buat hal ini pun cukup banyak, hingga miliran rupiah. Tol Padalarang bukan satu-satunya. Banyak loka di Indonesia termasuk di daerah Padang, Sulawesi, Kalimantan, dan sekarang adanya longsoran nan terjadi di sebuah tambang besar, Freeport.

Longsor nan terjadi di Freeport ini menjadi warta nan cukup mengerikan sebab adanya beberapa penambang nan terperangkap dan kekurangan oksigen . Korban nan meninggal pun sudah diketahui.

Reaksi nan datang dari berbagai kalangan itu dapat dipahami sebab sebagai perusahaan tambang nan sangat besar, orang berpikir bahwa Freeport telah menerapkan berbagai antisipasi kalau terjadi longsor.

Kejadian longsor di Freeport memang sangat sporadis terdengar. Berbeda dengan nan terjadi di lokasi tambang negeri Tirai Bambu. Longsor di daerah tambang seolah menjadi warta nan mengerikan.

Para penambang ini berada puluhan bahkan ratusan meter di bawah permukaan bumi. Dapat dibayangkan apa nan akan terjadi ketika ada kecelakaan kerja.



Penyebab Longsor

Banyak hal nan dapat menyebabkan longsong. Erosi nan diakibatkan penebangan pohon dan penggundulan hutan menjadi penyebab generik longsor. Indonesia nan kaya dengan daerah berbukit dan bergunung harus selalu siap dengan bala tanah longsong ini.

Apalagi bagi daerah genre sungai. Longsor seolah menjadi langganan nan tak pernah terputus. Berkali pemerintah harus berurusan dengan tanah longsor nan terjadi di jalan nan berada di tepi sungai.

Misalnya, sepanjang jalan dari Palembang-Muara nan berada di tepi sungai Lematang atau jalan Muara Enim-Tanjung Enim nan berada di tepian sungai Enim. Kedua ruas jalan ini selalu saja terjadi longsor pada musim penghujan.

Manusia tak dapat berbuat banyak kecuali melakukan upaya penguatan tanah dengan membuat tanggul. Selain itu upaya penanaman kembali huma nan ada di sekitar genre sungai.

Penduduk nan tinggal di bantaran sungai harus direlokasi. Kerelaan mereka terkadang sulit buat didapatkan sebab mereka merasa telah tinggal di tepi sungai buat kurun waktu nan cukup lama bahkan puluhan tahun.

Selain hujan dan genre sungai , nan menyebabakan tanah longsor ialah gempa bumi. Retakan dan pergeseran lempeng bumi ini telah membuat bebatuan dan tanah menjadi tak padat lagi sehingga meruntuhkan pertahanan tanah. Bila hal ini terjadi, nan dapat dilakukan hanyalah berharap bahwa tak banyak korban nan jatuh.

Ketika akan menempati tanah pasca gempa, para pemilik tanah harus berhati-hati dan memastikan kepadatan tanah. Bila perlu, tanah harus diratakan dahulu dan dilihat apakah memang telah padat atau masih perlu menunggu beberapa saat sebelum didirikan rumah lagi.

Cara mendirikan bangunan juga harus berbeda dengan sebelumnya. Beberapa loka nan ada di daerah rawan gempa, biasanya mereka membuat rumah anti gempa.

Kalau pun akan dibuat bertiang, tiang itu tak ditanam melainkan diberi batu agar kalau ada goncangan gempa, rumah hanya akan bergoyang dan tak sampai roboh.

Tanah longsor seolah telah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Setiap musim penghujan, ada saja daerah nan mengalami longsor. Bala ini memang cukup menyedihkan. Walaupun terkadang masyarakat telah berusaha mencegah longsor, bala satu ini tetap saja hadir.