Makanan nan Halal - Tape dan Kadar Alkohol
Bagi manusia, tidak dapat sembarangan makan makanan nan ada. Semuanya memiliki aturan. Terlebih bagi mereka nan beragama Islam. Agama Islam mengenal istilah halal dan haram. Bukan hanya dari makanan namun dari perbuatan pun dikenal istilah ini. Makanan nan halal dan haram. Perbuatan halal dan haram.
Makanan nan halal sudah tentu makanan nan tak dilarang buat dikonsumsi menurut agama. Baik itu dari segi bahan makanannya, maupun cara pengolahannya. Kehalalan makanan tak hanya dilihat dari satu segi saja, namun dari holistik proses makanan tersebut.
Makanan nan halal dalam Islam dipercaya akan membawa kegunaan bagi siapapun nan mengonsumsinya. Begitupun sebaliknya. Jika makanan haram masuk ke dalam tubuh itu, bukannya kegunaan nan didapatikan tetapi maksiat.
Jika mau memikirkan lebih lanjut, makanan nan halal ataupun haram dalam Islam sebenarnya memang memiliki alasan nan cukup masuk akal. Sebagian besar, makanan nan halal ialah makanan nan bermanfaat bagi tubuh. Cara mendapatkannya pun dengan tak merugikan orang lain.
Berbeda dari makanan haram. Misalnya daging babi. Menurut penelitian, daging babi memiliki taraf kebersihan nan sangat rendah. Terdapat banyak sekali mikrobakteri nan ada dalam daging babi. Daging babi jelas bukan termasuk salah satu makanan nan halal menurut Islam.
Babi ialah hewan nan jorok dan melakukan setubuh secara bergantian. Babi juga hewan nan homoseksual. Jadi, jelas bahwa hewan ini ialah haram hukumnya bagi ajaran agama Islam. Bukan hanya Islam, tetapi juga Yahudi.
Penganut agama Islam meyakini bahwa beberapa jenis makanan dilarang dikonsumsi, contohnya daging babi, anjing, binatang buas, darah, bangkai, juga makanan nan berasal dari daging hewan nan tak menyebutkan nama Tuhan saat menyembelihnya. Minuman beralkohol pun diharamkan karena bisa memabukkan. Lantas bagaimana halnya dengan tape? Apakah tape termasuk dalam makanan nan halal menurut Islam?
Makanan nan Halal - Tape, Halalkah?
Tape merupakan makanan khas Indonesia. Diolah sedemikian rupa hingga menjadi makanan nan difavoritkan. Tape ada nan berbahan primer singkong dan ada pula nan berbahan primer ketan. Jenis olahan nan berasal dari singkong, yakni tape singkong. Biasanya tape singkong ini ditemui di daerah Jawa Barat, khususnya Bandung. Jika dilihat sepintas, tape merupakan makanan nan halal, lalu benarkah demikian?
Demikian juga dengan tape ketan nan berasal dari ketan nan diolah hingga menjadi tape ketan. Baik tape singkong maupun tape ketan, sama-sama diolah menggunakan sistem fermentasi. Bahan primer nan digunakan buat memfermentasi tape ialah ragi. Proses fermentasi tak haram, nan haram ialah jika terlalu banyak hingga akhirnya memabukkan.
Dalam pengolahannya, bahan dasar primer berupa singkong atau ketan tersebut diberi ragi dan didiamkan selama beberapa waktu. Dapat 2 - 3 hari, dapat juga hingga 5 hari. Waktu nan diperlukan dalam proses fermentasi tergantung pada bahan utamanya itu sendiri, kualitas ragi nan digunakan, juga suhu dalam loka fermentasi. Dilihat dari proses pembuatannya, jelas bahwa tape termasuk makanan nan halal. Kecuali jika singkong nan digunakan buat membuat tape ialah hasil mencuri atau mencurangi seseorang.
Jika singkong dan ketan tersebut sudah matang dalam proses fermentasi, biasanya akan menjadi lunak atau lembek dan sudah dapat dimakan. Ketan nan dijadikan tape, biasanya ketan putih atau hitam. Tape ketan atau singkong juga sering menjadi jamuan saat acara-acara keagamaan. Karena itulah tape merupakan salah satu makanan nan halal menurut Islam.
Jika kita membeli tape singkong nan sudah matang dan kita diamkan selama beberapa hari, lama kelamaan tape tersebut akan menjadi lebih lembek dan matang. Hal lain terdapat pada tape ketan. Tape termasuk salah satu makanan nan halal, tetapi alangkah lebih baik jika tak terlalu lama didiamkan.
Jika kita diamkan lebih lama, proses fermentasi akan terus berlangsung dan tape ketan cenderung akan mengeluarkan air dalam jumlah nan banyak. Air tape ketan ini rasanya nikmat dan segar. Banyak pula nan menambahkan es krim ketika mengkonsumsi tape ketan. Air dari proses fermentasi ketan ini sebaiknya juga jangan terlalu banyak dikonsumsi, sebab makanan nan halal ini dapat berubah menjadi haram jika menyebabkan hal nan tak baik bagi kesehatan.
Makanan nan halal menurut Islam ini dapat diolah menjadi berbagai olahan. Tape singkong bisa dimakan begitu saja, bisa pula kita olah menjadi kolak tape atau colenak. Untuk mengolahnya menjadi kolak tape, tak ubahnya seperti membuat kolak lain pada umumnya.
Untuk membuat colenak, tape singkong dibakar terlebih dahulu lalu setelah dirasa cukup barulah diangkat dan diberi parutan kelapa juga disiram gula merah nan dicairkan. Colenak ialah olahan tape singkong nan umumnya terkenal di kalangan masayarakat Jawa Barat. Dan makanan nan halal ini cukup digemari.
Sementara tape ketan banyak kita temui saat acara hajatan di nan diselenggarakan di rumah seperti pernikahan atau sunatan. Namun, sering pula kita temui saat Idul Fitri. Sahih saja, bahwa tape ketan atau singkong sering ditemukan dalam acara-acara keagamaan. Jadi masihkan Anda ragu, apakah tape termasuk makanan nan halal atau tidak?
Makanan nan Halal - Tape dan Kadar Alkohol
Namun, keraguan pun muncul setelah diketahui bahwa proses fermentasi tersebut akan menghasilkan alkohol. Kadar alkohol nan terdapat dalam tape singkong memang tak begitu besar, mulai dari 0,0 % hingga 1 %. Sedangkan kadar alkohol dalam tape ketan sebesar 1%.
Kemudian, nan menjadi persoalan ialah bukankah Islam melarang minuman dan makanan nan mengandung alkohol. Lantas, bagaimana dengan tape singkong dan tape ketan tadi? Apakah makanan tersebut tak lagi merupakan makanan nan halal?
Makanan nan halal tentulah makanan nan baik secara pengolahannya sinkron dengan syariah Islam. Sedangkan buat tape, bahan utamanya ialah bahan primer nan halal, dalam pengolahannya pun terlihat halal, namun hasilnya makanan tersebut mengandung unsur nan diharamkan, yakni alkohol.
Hal tersebut sama halnya dengan anggur. Ketika anggur berbentuk buah dan dimakan langsung dalam bentuknya nan alami, ia merupakan makanan nan halal. Namun, setelah melalui proses fermentasi dari pemerasan airnya dan menghasilkan minuman nan mengandung alkohol, kemudian menjadi haram.
Ironis bukan. Saat kita merayakan hari kemenangan Idul Fitri nan kudus dan identik dengan penghapusan dosa, kita justru mengkonsumsi makanan minuman nan mengandung alkohol. Sebenarnya semuanya bergantung pada Anda pada akhirnya. Benar-benar menjalankan anggaran agama dengan sahih dan kaffah atau hanya setengah-setengah. Keraguan itu niscaya muncul di hati Anda.
Perlu Anda ingat bahwa kandungan alkohol nan ada dalam anggur dan tape jauh berbeda. Anggur memiliki kandungan alkohol nan lebih tinggi dibanding kandungan alkohol tape. Itu dapat menjadi salah satu pertimbangan Anda buat menentukan apakah tape itu termasuk makanan nan halal atau haram.
Sebenarnya itu semua kembali pada keyakinan setiap manusia. Yang haram dari sebuah alkohol ialah dampak setelah mengonsumsi alkohol itu sendiri. Dengan mengonsumsi alkohol berlebih, manusia akan tak sadarkan diri dan melakukan hal-hal di luar kesadarannya. Biasanya jika sudah demikian, manusia akan lebih mungkin melakukan hal-hal nan tak baik. Jadi intinya, jangan konsumsi tape secara berlebih, sebab nantinya kadar alkohol akan semakin banyak masuk, tape sebagai makanan nan halal pun dapat berubah menjadi haram.