Peran Publik

Peran Publik

Ilmu komunikasi merupakan ilmu terapan. Itu artinya proses terbentuknya ilmu komunikasi tak lepas dari pengaruh ilmu-ilmu lainnya. Demikian halnya dengan perspektif komunikasi nan digunakan. Ada beberapa perspektif nan dimenjadi landasan atau dasar dari ilmu dan teori komunikasi.



Perspektif Komunikasi - Perspektif Ilmu

Pembahasan tentang ilmu komunikasi, tentunya kurang lengkap bilamana tak membahas pula tentang perspektif ilmu komunikasi nan sudah demikian mapan. Terdapat beberapa perspektif ilmu komunikasi nan dapat kita pelajari. Berikut beberapa perspektif komunikasi:



1. Perspektif Mekanistis

Perspektif mekanis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi, penyampaian dan penerimaan arus pesan di antara sumber atau para penerimanya. Prosedur merupakan perspektif nan paling sering dianut oleh para pakar nan minat utamanya bukan pada komunikasi manusia, misalnya para pakar psikologi sosial, antropologi, spesialis dalam manajeman perusahaan, dan sejenisnya. Namun begitu, jejak perspektif mekanistis merasuki sejumlah besar penelitian komunikasi.

Karena perspektif memfokuskan perhatiannya pada saluran, maka pengkajian dan penyusunan komunikasi pun berfokus pada saluran sebagai loka buat mencari kenyataan komunikatif. Sekali pemikiran diarahkan kepada fungsi nan dilaksanakan pada saluran dan kepada apa nan terjadi selama penyampaian atau penerimaan pesan, maka berbagai akibat buat komunikasi menjadi menonjol. Implikasi-implikasi tersebut meliputi titik berat pada efek, kendala dan kegagalan, serta fungsi jaga gawang. Secara lebih luas bisa dikemukakan sebagai berikut:

  1. Titik Berat pada Efek. Model mekanistis secara tegas menyatakan adanya interaksi linier antara para komunikator. Saluran nan bertindak menghubungkan sumber atau penerima jelas mempunyai arah.
  2. Hambatan dan Kegagalan. Gambaran komunikasi nan mekanistis mengemukakan kiasan mesin sebagai analogi atau model proses komunikasi. Walaupun pengertian kegagalan komunikasi bukanlah suatu hal nan unik bagi perspektif mekanistis, namun konsep itu barangkali berasal dari cara berpikir mekanistis dan masih banyak memberikan arah pada konseptualisasi secara populer tentang komunikasi manusia.
  3. Fungsi Penjaga Gawang. Istilah penjaga gawang berasal dari penjabaran medan Kurt Lewin. Fungsi penjaga gawang terdapat pada saluran antara sumber dan penerima, dan berperan sebagai mediator keduanya. Penjaga gawang berfungsi menerima informasi dari sumber dan merelai informasi tersebut kepada penerima.


2. Perspektif Psikologis

Perspektif komunikasi ini menganggap bahwa manusia berada dalam suatu medan stimulus, nan secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi. Di sekeliling setiap orang terdapat stimulus nan hampir tak terbatas jumlahnya, semuanya bisa diproses melalui organ-organ indera penerima, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan rasa. Semua stimulus ini bersaing buat diterima sebab banyaknya sehingga jumlahnya melebihi kapasitas manusia buat menerima dan mengolahnya.



3. Perspektif Interaksional

Persepktif interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia nan telah berkembang secara tak langsung dari cabang sosiologi nan dikenal sebagai hubungan simbolis. Hubungan simbolis secara nisbi merupakan pendatang baru dalam studi komunikasi manusia, berawal dari abad ke-19 nan lalu.

Dari semua perspektif nan telah diterapkan pada studi komunikasi manusia, barangkali nan paling bersifat "manusiawi", ialah nan beraliran interaksionisme simbolis. Perspektif interaksional menonjolkan keagungan dan nilai individu di atas nilai pengaruh lainnya. Perspektif komunikasi ini memungkinkan individu buat melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain melihat padanya.



4. Perspektif Pragmatis

Perspektif pragmatis menyajikan alternatif kerangka berpikir nan sangat berbeda dengan tiga persepktif sebelumnya. Komponen-komponen khas dalam perspektif pragmatis dimulai dengan konduite orang-orang nan terlibat dalam komunikasi. Karena itu satuan komunikasi nan paling fundamental ialah tindak konduite atau tindak nan dijalankan secara verbal atau nonverbal oleh seorang peserta dalam peristiwa komunikatif. Tindakan kemudian dikategorikan dalam fungsi nan dilaksanakan dalam komunikasi.

Tindak eksklusif harus mendahului tindakan, dan suatu tindakan menyusul tindakan lain. Karena itu satuan analisis nan lebih krusial dari sistem komunikasi bukanlah tindakan tetapi hubungan atau hubungan ganda. Sepanjang waktu pola hubungan itu bisa dipengaruhi oleh perubahan. Sistem komunikasi bisa mengubah pola hubungan nan khas dan perubahan itu secara realitas bisa diketahui melalui pencatatan perubahan dalam pola nan redundan dari hubungan dan hubungan ganda.



5. Perspektif Ekologis

Perspektif ekologis atau kontekstual tentang komunikasi manusia konsisten dengan definisi komunikasi sebagai proses adaptasi organisme kepda lingkungan. Perspektif ini tampak konkret dalam studi-studi tentang ekologi kelompok nan menghipotesiskan bahwa unsur-unsur kontekstual memengaruhi hubungan kelompok.

Studi-studi seperti itu berasumsi bahwa hubungan akan dimaksmalkan dengan jalan melintasi sudut sebuah meja, bahwa para pemimpin cenderung buat memilih loka duduk pada bagian primer suatu meja persegi empat, bahwa desain dan dekorasi ruang memengaruhi proses komunikasi.



6. Perspektif Dramatisme

Model ini menempatkan individu dan konduite sosial dalam analogi dramatis nan menandai aktor soaial pada 'panggung' kehidupan nan sebenarnya. Seorang pakar drama, Erving Goffman memandang konduite ekspresif sebagai sesuatu penyajian diri ke hadapan masyarakat dalam upaya buat menonjolkan "peran" atau "watak" sebagai diri nan dimanipulasikan.

Perilaku nan bukan buat generik berada "di belakang layar" dan amat berbeda dari nan disajikan buat umum. Tokoh primer dramatisme, Kenneth Burke memandang konduite sosial sebagai hubungan atau rasio antara lima unsur dramatis, yakni lakon, adegan, agent, agency, tujuan atau penggunaan strategis simbolis dalam memanipulasi bahasa.



7. Perspektif Genre McLuhan (McLuhanisme)

McLuhan telah membahas secara inovatif tentang imbas terselubung dan akibat media massa pada masyarakat kita. Pada taraf masyarakat ia memvisualisasikan teknologi komunikasi nan baru sebagai perpanjangan dari kelima indra kita. Meskipun diluarnya tak bersifat manipulatif, media massa elektronik dikategorikan sebagai perangsang gambaran dan pencipta gambaran nan subliminal.



8. Perspektif Model Keseimbangan

Model semacam ini mencakup antara lain kognitif disonansi, kongruity, equity, konsistensi dan simetri. Meskipun tampak pebedaan dalam model-model ini, secara filosofis model-model ini sama dalam hal bahwa semua dikarakterisasikan oleh suatu anggapan sistem tertutup dari suatu prinsip keseimbangan, yakni konsep tentang adanya perangkat kekuatan nan saling bertentangan nan menciptakan keresahan secara psikologis apabila mereka dalam suatu keadaan tak seimbang.



Implikasi Perspektif Komunikasi dalam Media

Media kini dianggap tak netral. Independensi media (terutama televisi) diragukan. Pemilik media memegang peranan krusial dalam proses view suatu berita. Perspektif komunikasi media rawan dibelokkan ketika berbenturan dengan entitas bisnis sang pemilik. Media menghambat share holder ketimbang stake holder . Persoalan ini tengah jadi isu hangat di kalangan penggiat media.

Media akan mempunyai dua perspektif komunikasi , news and views . News terkait soal berita. Views terkait soal opini. Itu sebabnya media membagi ruang ini secara jelas. Rubrik warta akan diisi oleh wartawan berdasar data fakta di lapangam. Rubrik opini murni pendapat dari redaktur atau masyarakat mengenai suatu peristiwa.

Akan tetapi, di era serba cepat ini, batas news and views kian kabur. Berikut ini alasan nan melatarbelakanginya.

  1. Campur aduk. Ibarat gado-gado news and views jadi satu. Pembaca bingung mengambil posisi apakah ini terkategori warta atau opini. Padahal, prinsip jurnalisme tegas mengatakan bahwa news and views tak boleh menjadi satu. Adapun feature ialah tetap berbasis news.
  2. Share holder. News and views suatu media tak akan sama. Namun, niscaya mempunyai garis nan sama. Nah, hal ini nan jadi permasalahan. Perspektif kerap kali sinkron dengan pemilik kapital sebab pada dasarnya media tak bebas nilai.
  3. Kompetensi. Menjadi jurnalis di zaman sekarang bukan perkara sulit. Cepatnya media berkembang di Indonesia membutuhkan jurnalis siap jadi. Namun, implikasinya kompetensi nan dimiliki tak menjamin. Membedakan news and views mensyaratkan pemahaman (kompentensi) jurnalisme nan tinggi. Tanpa itu, persepektif media jadi rancu.


Peran Publik

Derasnya laju informasi membuat masyarakat kian dibanjiri lautan informasi. Rhenald Khasali menyebutnya dengan istilah overcommunicated society . Pilihan ini kembali berpulang pada publik. Lautan informasi nan luas ini harus disikapi dengan bijak ke sana dan bijak ke sini.

Artinya, masyarakat harus mengambil peran buat menjadi penyaring perspektif komunikasi media nan melenceng. Masyarakat harus mulai melek media, bukan hanya melek informasi.

  1. Filter. Publik harus menyaring warta nan masuk. Tidak setiap media memiliki perspektif komunikasi nan tepat. Media, sekali lagi, tak bebas nilai. Independensi sikap dan netralitas media tak selalu berbuah manis. Publik harus mulai sadar dengan kondisi demikian.

Feed back . Publik harus mengambil sikap ketika media nan mendaku publik station dirasa memihak dan menaruh hidden agenda. Berikan komentar, kritikan, dan saran. Core bisnis media ialah trust dari publik. Jika kepercayaan mulai luntur, tamat riwayat bisnis media tersebut.