Legenda Tangkuban Bahtera nan Terkenal

Legenda Tangkuban Bahtera nan Terkenal

Anda mengenal gunung nan terletak di utara Bandung ini? Di samping udaranya nan sejuk dan segar, estetika nan sangat menghipnotis, legenda Tangkuban Bahtera juga cukup menjadi cerita tersendiri. Gunung Tangkuban Bahtera atau Gunung Tangkuban Parahu berjarak sekitar 20 km dari pusat Kota Bandung ke arah utara. Kawasan ini begitu sejuk dan hijau dengan rimbunan hutan pinus dan hamparan permadani hijau kebun teh.

Selain keindahannya, legenda Tangkuban Perahu juga sangat terkenal. Pernikahan antara manusia dan hewan sakti serta pernikahan inses nan hampir terjadi antara Dayang Sumbi dan Sangkuriang merupakan daya tarik cerita legenda Tangkuban Bahtera ini.



Legenda Tangkuban Bahtera - Gunung Tangkuban Bahtera Selayang Pandang

Berbicara tentang legenda Tangkuban Bahtera niscaya tak jauh dari membicarakan Tangkuban Bahtera itu sendiri. Dengan ketinggian mencapai 2.084 meter dari permukaan laut, Gunung Tangkuban Bahtera merupakan salah satu gunung berapi nan masih aktif dan statusnya selalu diawasi oleh direktorat vulkanologi.

Statusnya nan aktif ini ditandai dengan keluarnya berbagai sumber air dan uap panas di sekitarnya. Contohnya di kawasan Ciater Subang. Salah satu bukti masa prasejarah tentang terjadinya daerah Bandung, bisa dibuktikan dengan keberadaan Gunung Tangkuban Bahtera ini. Sekaligus menunjukkan bahwa legenda Tangkuban Bahtera juga menjadi bagian dari ini.

Dari kacamata keilmuan, legenda Tangkuban Bahtera nan terletak di Bandung ikut membentuk Bandung itu sendiri. Gunung Sunda purba, dahulu meletus hebat sehingga membentuk cekungan raksasa, nan seiring dengan waktu berubah menjadi danau purba. Waktu pula nan akhirnya mengeringkan danau itu sampai akhirnya ditempati oleh manusia dan menjadi cikal bakal daerah Pasundan dengan ketinggian 709 m di atas permukaan air laut.

Gunung Tangkuban Bahtera juga mengeluarkan uap belerang dengan aroma khasnya. Jika Anda berkunjung saat musim hujan atau Anda datang ketika hari telah sore, Anda dapat mencium aroma belerang nan khas di sepanjang perjalanan menuju puncak dan kaldera gunung ini. Legenda Tangkuban Bahtera sepertinya tak dapat menjelaskan hal ini. Klarifikasi secara ilmiah ialah jawabannya.



Legenda Tangkuban Bahtera - Kawasan Wisata Gunung Tangkuban Perahu

Menurut catatan sejarah legenda Tangkuban Perahu, Gunung Tangkuban Bahtera pernah meletus dahsyat pada 1910. Dengan sembilan kaldera nan masih aktif, hal ini membuktikan kedahsyatan letusan di tahun 1910 tersebut, Nama kawah-kawahnya antara lain, Kaldera Ratu, Kaldera Domas, Kaldera Upas, Kaldera Baru, Kaldera Badak, Kaldera Jung, Kaldera Siluman, Kaldera Jurian, dan Kaldera Pangguyungan Badak. Kaldera nan terbesar ialah Kaldera Ratu nan letaknya bersebelahan dengan Kaldera Upas.

Kawah-kawah ini mengeluarkan belerang, ada nan beracun dan tidak. Kaldera nan memiliki bau asap nan mengandung racun dilarang keras buat dituruni atau dijelajahi. Pada saat cuaca cukup cerah dan bersahabat, lekukan, celah dan cekungan pada dinding kawahnya bisa dilihat dengan sangat jelas, kawahnya pun bisa dilihat sampai dasar.

Tentu hal ini merupakan daya tarik wisata nan cukup kuat. Keberadaan kaldera ini juga menajdi bagian dari legenda Tangkuban Bahtera dilihat dari kacamata keilmuan.

Kawah dan berbagai kenyataan nan terjadi di Gunung Tangkuban Bahtera memang hanya dapat dijelaskan secara ilmiah. Tidak berdasar pada legenda Tangkuban Bahtera itu sendiri, terutama jika membicarakan itu secara mitos.



Legenda Tangkuban Bahtera nan Terkenal

Legenda Tangkuban Bahtera cukup seru buat disimak. Berikut ialah kilasannya. Zaman dahulu kala, saat raja-raja memerintah berbagai wilayah, saat sihir dan magis serta kekuatan supranatural masih menjadi bagian dari penduduk, hiduplah seorang raja nan memerintah wilayah Pasundan (saat ini), bernama Raja Sungging Purbangkara.

Dalam legenda Tangkuban Bahtera itu diceritakan bahwa suatu hari sang raja pergi berburu seperti kegemaran nan biasa ia lakukan rutin selama satu bulan dua kali. Ketika tengah asyik berburu, Sang Raja sangat ingin buang air kecil, maka ia pun membuang air seninya tersebut dan tanpa sengaja tertampung dalam daun keladi hutan atau disebut sebagai daun caring oleh penduduk Pasundan.

Sementara itu, masih dari legenda Tangkuban Perahu, di belahan hutan lain seekor babi hutan betina tengah bertapa sebab sangat ingin menjadi seorang manusia. Ia pun mendapat pesan dari para dewa buat meminum air seni Raja Sungging Purbangkara. Karena keinginannya nan teramat kuat, babi hutan betina nan bernama Wayungyang tersebut pun dikabulkan permintaannya oleh para dewa. Jadilah ia seorang manusia.

Selang 9 bulan kemudian diceritakan dalam legenda Tangkuban Bahtera setelah menjadi manusia dan meminum air seni raja, Wayungyang ternyata hamil. Kemudian ia melahirkan seorang bayi manusia nan cantik jelita.

Bayi cantik itu kemudian dibawa ke keraton Raja Sungging Purbangkara sebab dianggap titisan raja. Kemudian setelah diakui oleh ayahnya yaitu Sang Raja Sungging Purbangkara sendiri, bayi cantik tersebut diberi nama Nyi Rarasati atau sering dipanggil sebagai Dayang Sumbi.

Seiring waktu, Dayang Sumbi tumbuh menjadi putri nan cantik jelita lagi cerdas. Sebagai wanita cantik tentu banyak sekali pemuda dari kalangan bagsawan dan raja nan ingin meminangnya. Namun, tidak satu pun lamaran ia terima. Dampak kecantikannya, banyak kaum bangsawan dan raja nan berperang, saling bersaing mendapatkan loka di hati Dayang Sumbi. Peperangan antara raja-raja tersebut juga menjadi bagian dari legenda Tangkuban Perahu.

Merasa sedih dan prihatin akan keadaan ini, Dayang Sumbi pun pergi mengasingkan diri ke dalam hutan nan lebat. Dayang Sumbi tak ditemani satu orang anggota keluarga atau pembantu-pembantunya, hanya seekor anjing jantan nan setia nan menemaninya dan diberi nama Si Tumang. Perjalanan Dayang Sumbi di hutan ini menajdi bagian nan tidak terpisahkan dari legenda Tangkuban Perahu .

Dalam legenda Tangkuban Perahu, selama di pengasingan, Dayang Sumbi suka sekali menenun kain. Sampai suatu hari ketika sedang asyik menenun, tiba-tiba alat penenunnya jatuh ke bawah rumah anjung nan ditinggalinya sebab malas mengambilnya, Dayang Sumbi pun berucap tanpa berpikir panjang, “jika laki-laki nan mengambilnya, akan dijadikan suami, dan jika wanita akan dijadikan saudara”.

Tiba-tiba si Tumang anjingnya nan setia bangkit dari duduknya dan segera turun ke bawah mengambilkan alat tenun tadi. Pantang bagi Dayang Sumbi buat mengingkari apa nan telah terucap. Ia pun menikah dengan si Tumang. Walaupun raganya anjing Tumang bukanlah anjing biasa, ia anjing sakti nan memiliki kekuatan spesial. Pernikahan Dayang Sumbi dengan seekor anjing menjadi bagian terpenting dalam legenda Tangkuban Bahtera ini.

Dayang Sumbi dan si Tumang pun kemudian memiliki seorang anak nan diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak nan kuat, pemberani, tampan dan memiliki kekuatan spesial. Sehari-hari Sangkuriang selalu bermain ditemani Si Tumang, ke mana pun Sangkuriang pergi Tumang selalu ikut, Tumang selalu menjaga Sangkuriang kapan pun. Keceriaan Sangkuriang digambarkan dalam legenda Tangkuban Perahu.

Namun, Sangkuriang tak tahu bahwasanya Tumang ialah ayahnya. Anjing itu bukan sekadar binatang nan setia menemaninya. Pada suatu hari, Dayang Sumbi sangat ingin memakan hati rusa, maka ia meminta Sangkuriang berburu ke hutan.

Sangkuriang pun pergi berburu, setelah lama tak menemukan seekor rusa pun, Sangkuriang merasa putus harapan dan sedih sekaligus marah. Ia putus harapan sebab sangat ingin membahagiakan dan meluluskan keinginan ibunya, Dayang Sumbi. Suasana hati juga mengiringi jalannya cerita legenda Tangkuban Bahtera ini.

Tumang dibunuh dan hatinya diambil. Sesampainya di rumah ia memberikan hati si Tumang kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi baru sadar setelah tak melihat si Tumang berkeliaran.

Ketika akhirnya Sangkuriang mengaku bahwa ia terpaksa membunuh si Tumang dan memberikan hatinya, Dayang Sumbi sangat marah, ia memukul Sangkuriang dengan sendok nasi sampai kepalanya terluka. Kemarahan Dayang Sumbi ini juga terangkum jelas dalam legenda Tangkubah Perahu.

Tidak hanya itu, Dayang Sumbi pun mengusir Sangkuriang pergi dari rumah. Sangkuriang pergi dengan sejuta penyesalan. Namun nasi telah menjadi bubur, Sangkuriang telah diusir. Legenda Tangkuban Bahtera menceritakan kegagaha Sangkuriang. Ia pun tumbuh dewasa sebagai pria nan gagah berani dan memiliki kekuatan luar biasa. Sangkuriang pun dapat berkomunikasi dengan mahkluk mistik seperti jin.

Setelah bertualang ke berbagai belahan negeri, Sangkuriang pun sampai ke suatu hutan dan tanpa sadar ia sampai ke rumah ibunya dulu nan kini telah jauh berubah. Satu-satunya nan tak berubah ialah Dayang Sumbi nan tetap cantik dan muda, oleh karenanya Sangkuriang pun tak mengenali ibunya sendiri demikian pula sebaliknya. Mereka pun saling jatuh cinta. Kisah percintaan Sangkuriang dan Dayang Sumbi juga menajdi bagian dari legenda Tangkuban Bahtera ini.

Suatu hari ketika tengah memadu kasih, Dayang Sumbi sangat kaget melihat bekas luka nan ada di dahi Sangkuriang. Sangkuriang bercerita bahwa luka ini dampak pukulan sendok nasi nan dilakukan ibunya beberapa waktu lalu. Legenda Tangkuban Bahtera kemudian memiliki cerita nan mulai menarik.

Dayang Sumbi terkejut bukan main mendengar pengakuan Sangkuriang, itu berarti Sangkuriang ialah anaknya sendiri. Dayang Sumbi pun langsung menjelaskan kesalahpahaman nan terjadi itu. Namun Sangkuriang bersikeras tak percaya dan tetap ingin menikahi Dayang Sumbi.

Akhirnya, dalam legenda Tangkuban Perahu, Dayang Sumbi pun memerintahkan Sangkuriang buat membuatkan telaga besar untuknya lengkap dengan sebuah bahtera buat mereka berdua. Namun bahtera dan telaga ini harus selesai dalam waktu semalam. Karena merasa sakti dan mampu, Sangkuriang pun langsung menyanggupi.

Ia meminta donasi bangsa jin nan ia kenal buat membantunya. Ketika semua syarat-syarat pernikahan hampir jadi, Dayang Sumbi sangat takut, ia tak mau menikah dengan anaknya sendiri. Ia pun memohon petunjuk Dewata. Petunjuk tersebut memerintahkan Dayang Sumbi membentangkan kain hasil tenunannya ke arah timur, maka terbitlah fajar dengan lebih cepat. Peristiwa ini tercatat dalam legenda Tangkuban Perahu.

Sangkuriang sangat kaget setelah tahu bahwasanya lamarannya telah gagal. Saking kesalnya, Sangkuriang menendang bahtera buatannya ke arah utara hingga jatuh terbalik dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Itulah kisah legenda Tangkuban Perahu. Beberapa versi cerita memang banyak nan berkembang di masyarakat, dan inilah salah satu legenda Tangkuban Bahtera tersebut.