Kulit Hitam dan Rasialisme

Kulit Hitam dan Rasialisme

Ada apa dengan kulit hitam manusia? Manusia merupakan makhluk kreasi Tuhan nan paling paripurna dari kreasi nan lainnya. Hal itu dibuktikan dengan pintarnya akal manusia. Banyak sekali nan dapat diciptakan oleh manusia, mulai dari perangkat lunak hingga perangkat keras. Selain itu, manusia pun dianugerahi berbagai keunikan serta perbedaan, salah satunya rona kulit. Kulit putih, kulit hitam, dan kulit kuning mendominasi rona kulit manusia di seantero dunia.

Beragamnya rona kulit memang menjadikan manusia sebagai suatu kebanggan nan harusnya disyukuri. Di balik rona nan mengikat kulit manusia, entah itu hitam, putih, atau apa pun, sudah sewajarnya dilakukan rasa syukur nan amat dalam.

Seperti kita tahu bahwa semua rona kulit nan diciptakan Tuhan buat kita tentu mempunyai maksud nan tak main-main. Hal itu juga rupanya telah disesuaikan dengan kondisi alam sekitar. Tuhan tak pernah menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maka dari itu, rona kulit nan telah kita miliki saat ini merupakan kekayaan Tuha buat kita.

Di luar penyesuaian dengan alam sekitar, rupanya rona kulit mempunyai suatu keunggulan nan pastinya sudah manusia itu sendiri rasakan. Untuk kulit berwarna hitam sendiri seperti kita tahu bahwa memiliki banyak keunggulan dibanding rona kulit lainnya. Salah satunya nan paling tersohor ialah kekuatan fisik nan mereka miliki.

Benar sekali memang bahwa pemilik kulit legam ini memiliki anugerah nan luar biasa. Kekuatan fisik mereka serta daya tahan tubuhnya sangat unggul dibanding dengan rona kulit lainnya. Banyak pelari marathon, pelari jeda pendek, petinju, dan pesepak bola nan meraih berhasil berkat kemampuannya melakukan daya tahan terhadap olahraga tersebut.

Cabang-cabang olahraga tersebut tentunya memiliki beban nan sangat berat dan lebih mengarah kepada kekuatan fisik. Untuk itu, mereka nan memiliki rona kulit legam orisinil selalu mempunyai sisi keunggulan dalam hal beradu otot dengan mereka nan memiliki rona di luar itu.

Satu lagi bukti bahwa pemilik kulit hitam nan menuai berhasil di cabang olahraga ialah pelari jeda pendek, Usain Bolt. Pelari kelahiran Jamaika ini memang selalu menjadi sorotan. Di tengah banyaknya hinaan dan sikap riasialisme nan sering melanda kaum ini, dia justru membuktikan dengan banyaknya prestasi nan diraihnya.



Kesuksesan Kaum Kulit Hitam

Warna hitam tak selamanya identik dengan kelabu. Rona hitam tidaklah selalu dikaitkan dengan sisi kejahatan. Begitupun dengan rona kulit manusia nan sangat gelap. Mereka nan memiliki rona kulit gelap dapat melakukan banyak aktivitas nan positif tentunya. Selain itu, dari aktivitas tersebut akan dapat menghasilkan banyak kesuksesan.

Banyak nan menjadi bukti bahwa kesuksesan itu dapat diraih dalam apa saja. Jika kita melihat dalam bidang olahraga, tentu tak akan sulit buat mendaftar siapa saja nan meraih berhasil dengan rona kulitnya nan hitam. Mereka tak menjadikan semua itu sebagai kelemahan, malah sebaliknya.

Sang legenda olahraga tinju Muhammad Ali ialah bukti konkret nan pernah menuai berhasil di mata dunia. Petinju asal Amerika Perkumpulan nan tergabung ke dalam kelas berat ini mampu menjadi raja di atas ring dengan mengalahkan banyak petinju hebat.

Dia mampu mengolah tubuhnya serta keahliannya dalam bertinju buat dapat menjadi petinju nan ditakuti juga disegani lawan. Dengan begitu, dia mampu menjadi panutan bagi semua orang di kala itu, bahkan hingga masa kini. Bagi nan pernah mengetahui perjalanan hidupnya, sudah niscaya Muhammad Ali senantiasa menjadi idola.

Siapa nan tak tahu dengan orang nan menjadi nomor satu di Amerika Serikat, negara nan menjadi negara Adidaya. Sahih sekali, Barrack Obama dalah orangnya, nan menjadi orang nomor satu di negeri Paman Sam tersebut.

Seperti kita tahu bahwa sosok Obama ialah orang dengan keturunan kulit hitam pertama nan menjadi presiden di negara tersebut. Tidak ada nan menyangka bahwa negara nan memiliki disparitas kulit nan sering dipermasalahkan itu akhirnya dipimpin oleh orang kulit hitam. Pada akhirnya, masyarakat di sana tak mempermasalahkan keadaan rona kulit mereka.

Namun, dari semua nan terjadi di global ini tentang rona kulit ialah hadirnya sosok Nelson Mandela. Beliau ialah seorang aktivis kemerdekaan nan memperjuangkan hak-hak orang kulit gelap atau hitam di Benua Afrika. Beliau sempat dipenjara di Johannesburg sebab sikapnya tersebut. Namun, semua hadangan dari pemerintahan tersebut tak mematahkan semangat Mandela buat terus berjuang.

Hingga pada akhirnya Mandela menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan kulit hitam pertama pada Mei 1994 hingga Juni 1999. Dengan menjabatnya Mandela sebagi kepala pemerintahan, di negara tersebut khususnya tak terdengar permasalahan nan mengenai rona kulit, semua berjalan dengan damai.

Saking seriusnya ingin membela kaum kulit hitam di tanah kelahirannya, Mandela sampai harus berurusan dengan pihak pemerintahan nan menolak kegiatannya. Mandela bahkan sempat ditangkap hinngga akhirnya dimasukkan ke dalam penjara sebab kegiatannya tersebut. Mandela tak sendiri, ia bersama beberapa temannya menggerakkan kegiatan tersebut, hingga masuk penjara pun bersama-sama.

Mandela hayati di dalam jeruji besi dengan waktu nan tak sebentar, rentang waktu 1962 dan dibebaskan hingga periode 1990. Bayangkan, bagaimana kehidupan Mandela saat itu nan ingin memperjuangkan kehidupan masyarakat banyak, terutama kaum kulit gelap.

Perjuangan Mandela tak sia-sia. Mata global mendukung sikapnya tersebut dan semuanya menjadi terbuka mata hatinya bahwa sikap membeda-bedakan berdasarkan rona kulit merupakan suatu kesalahan besar. Efeknya, Mandela beserta temannya, de Klerk nan masa itu menjabat sebagai Deputi Presiden mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian.



Kulit Hitam dan Rasialisme

Sudah bukan misteri generik lagi jika masyarakat dengan rona kulit nan gelap selalu menjadi objek olok-olok banyak orang. Hal itu banyak terjadi di mana-mana, namun nan paling sering terjadi ialah di dalam global olahraga, khususnya sepak bola.

Banyak pemain berkulit legam nan sering diperlakukan tak mengenakkan dari para supporter lawan. Sikap itu sering terdengar dengan teriakan nan menyerupai hewan. Tentu sikap tersebut sangat melukai hati para warga nan berkulit gelap.

Maka dari itu, pihak otoritas sepak bola paling tinggi FIFA selalu menyatakan perang terhadap segala bentuk rasialisme. Hadirnya sikap tersebut itu sama saja dengan membunuh dan membatasi kebebasan hak setiap warga, terutama mereka nan berkulit gelap. FIFA akan terus melakukan hal itu hingga sikap rasis benar-benar hilang dari muka bumi.

Banyak sekali pelanggaran nan terjadi terhadap kaum kulit legam. Mereka dianggap sebagai golongan nan rendah, hanya menilai dari rona kulit semata. Sungguh hal itu merupakan salah satu kesalahan manusia nan menganggap dirinya bagus. Memiliki rona kulit seperti itu tentu bukan keinginan mereka dan itu kehendak Tuhan Sang Pencipta.

Mereka tak menghendaki itu semua terjadi dengannya. Hadirnya rona kulit nan inheren dalam tubuh mereka sudah sepatutnya disyukuri. Satu hal nan tak boleh tertingtgal ialah harus dimilikinya sikap saling menghormati dan menghargai sesama manusia.

Perbedaan wara kulit antara hitam dan putih memang selalu memicu suasana konflik. Namun, di luar itu terdapat petikan pelajaran terhadap individu itu sendiri. Mereka nan tak dapat menerima fenomena dengan berdampingan sesama manusia merupakan manusia nan tak mampu bersikap syukur.

Bayangkan jika hal itu terus menerus berlanjut hingga ke generasi penerus dan setiap orangtua mengajarkan anaknya buat menjauhi mereka nan berkulit putih ataupun berkulit gelap, tentu akan terjadi hal-hal jelek terhadap perkembangan si anak. Beruntung sikap rasis sangat minim terdengar di negeri tercinta Indonesia ini. Masyarakat kita sudah mampu bersikap dewasa dengan mau hayati berdampingan dengan mereka, tanpa membedakan rona kulit, termasuk kulit hitam.